tag:blogger.com,1999:blog-82523172041480426562024-03-14T13:34:41.393+07:00i - HIKMAHi - HIKMAHAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.comBlogger153125tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-78917369994773424352013-09-18T11:14:00.001+07:002013-09-18T11:14:59.949+07:00Contoh Istri Sholihah (Zainab binti Judair, Istri Syuraih Al-Qodli) <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-rupmmLWv_qI/Ujkoe1lq-wI/AAAAAAAADEE/lh9LuR6QTJQ/s1600/suami-soleh-dan-isteri-solehah1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="http://1.bp.blogspot.com/-rupmmLWv_qI/Ujkoe1lq-wI/AAAAAAAADEE/lh9LuR6QTJQ/s400/suami-soleh-dan-isteri-solehah1.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
Suatu hari Syuraih Al-Qodhi (sang hakim)
bertemu dengan Asy-Sy'abi, maka Asy-Sya'bi bertanya kepadanya tentang
kondisinya di rumahnya. Maka Syuraih berkata : "Semenjak 20 tahun akan
tidak pernah melihat sesuatu perkara dari istriku yang membuatku marah".<br /><br />Asy-Sya'bi berkata : "Kok bisa demikian?"<br /><br />Syuraih
berkata : "Sejak malam pertama pernikahan aku menemui istriku maka aku
melihat pada dirinya kecantikan yang sangat menggoda, kemolekan yang
langka, maka aku berkata dalam diriku, "Aku akan berwudhu dan sholat dua
raka'at, untuk bersyukur kepada Allah". Tatkala aku salam dari sholatku
ternyata aku dapati istri menjadi makmum di belakangku. Tatkala aku
menoleh kembali ternyata ia telah berada di atas tempat tidur. Lalu
akupun mengulurkan tanganku kepadanya. Ia berkata, "Sebentar, tetaplah
di posisimu wahai Abu Umayyah (kunyah panggilan Syuraih)", lalu ia
berkata, "Segala puji bagi Allah, aku menyanjungNya, dan aku memohon
pertolonganNya, serta aku bersholawat kepada Muhammad dan keluarganya,
kemudian dari pada itu :
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br />Sesungguhnya aku adalah seorang
wanita asing yang tidak mengetahui tentang akhlakmu, maka tolong
jelaskanlah kepadaku apa yang engkau sukai agar aku bisa kerjakan dan
apa yang engkau benci untuk aku jauhi". Lalu ia berkata, "Sesungguhnya
ada pada kaummu wanita yang bisa engkau nikahi, dan pada kaumku ada
lelaki yang sekufu (setara) denganku (yang bisa menikahiku), akan tetapi
jika Allah telah memutuskan keputusanNya maka yang terjadi adalah
keputusanNya. Engkau telah memiliki diriku, maka lakukanlah apa yang
Allah perintahkan kepadamu, (yaitu) menjalani pernikahan dengan
pergaulan yang baik atau menceraikan dengan cara yang baik. Demikianlah
apa yang aku haturkan kepadamu, dan memohon ampunan dari Allah untuk
diriku dan untukmu"<br /><br />Syuraih berkata, "Maka demi Allah wahai
Asy-Sya'bi-, istriku menjadikan aku akhirnya untuk berkhutbah pada saat
itu. Maka aku berkata :<br /><br />"Segala puji bagi Allah, aku
menyanjungNya dan memohon pertolonganNya, serta aku bersholawat kepada
Muhammad dan keluarganya. Kemudian daripada itu :<br /><br />Sesungguhnya
engkau –wahai istriku- telah mengucapkan suatu perkataan yang jika
engkau tegar di atasnya maka merupakan kebaikanmu, akan tetapi jika
hanya merupakan pengakuan belaka maka akan menjadi boomerang bagimu.
Sesungguhnya aku suka ini dan itu, dan aku membenci ini dan itu, maka
apa saja kebaikan yang engkau lihat maka sebarkanlah, dan keburukan apa
saja yang engkau lihat maka tutuplah".<br /><br />Istriku berkata,
"Bagaimana sikap yang kau sukai dalam kunjungan keluargaku?". Aku
berkata, "Aku tidak ingin kunjungan mereka menjadikan aku bosan".
Istriku berkata, "Siapa tetanggamu yang engkau sukai untuk masuk di
rumahmu agar aku mengizinkannya, dan siapa tetanggamu yang engkau benci
?"<br /><br />Aku berkata, "Banu Fulan orang-orang yang sholeh, dan banu fulan orang-orang yang buruk"<br /><br />Syuraih
berkata, "Maka malam itu akupun tidur bersamanya dengan malam yang
terindah, dan aku hidup bersamanya setahun yang aku tidak melihat
sesuatupun darinya kecuali yang aku sukai. Tidaklah datang hari
bersamanya kecuali lebih baik dari hari sebelumnya. Tatkala genap
setahun aku hidup bersamanya, suatu hari aku baru pulang dari tempat
pengadilan (karena Syuraih adalah seorang hakim-pen) tiba-tiba di
rumahku ada seorang wanita tua yang memerintah-merintah dan
melarang-larang. Maka aku bertanya, "Siapa wanita ini?", maka istriku
berkata kepadaku, "Itu adalah ibu istrimu". Lalu ibunya menoleh kepadaku
dan bertanya kepadaku, "Bagaimana kau dapati istrimu?". Aku berkata,
"Istri yang terbaik". Ibunya berkata, "Wahai Abu Umayyah, jika engkau
melihat keraguan pada istrimu maka cambuklah ia !, didiklah ia dengan
apa yang engkau kehendaki dan aturlah dia sesuai dengan yang kau
kehendaki !" Dan setiap tahun ibunya datang mengunjungi kami dan
mengucapkan perkataannya tersebut.<br /><br />Akupun tinggal bersamanya
selama 20 tahun, aku tidak pernah memarahinya sama sekali kecuali hanya
sekali, dan sekali itupun akulah yang dzolim/salah kepadanya.<br /><br />Dan
istriku akhirnya meninggal. Sungguh aku berangan-angan agar aku
memberikan sebagian umurku untuknya, atau aku dan dia meninggal bersama
dalam hari yang sama" (Dirangkum dan digabung-gabungkan dari kitab
Ahkaam Al-Qur'an li Ibnil 'Arobi 1/532 dan Ahkaam An-Nisaa' hal 239-240,
serta sumber lainnya)<br /></div>
Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 11-11-1434 H / 17 September 2013 M<br />Abu Abdil Muhsin Firanda<br />www.firanda.comAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-3514204867015701442013-09-11T11:33:00.001+07:002013-09-11T11:33:43.857+07:00Agar Selalu Merindukan Kenikmatan Surga Yang Sempurna... <div class="newsitem_tools">
<div class="newsitem_info">
<span class="newsitem_category"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-I0x6oH6piFY/Ui_yiNdHpBI/AAAAAAAADDw/nGsxP5uCMEk/s1600/Jannah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="298" src="http://4.bp.blogspot.com/-I0x6oH6piFY/Ui_yiNdHpBI/AAAAAAAADDw/nGsxP5uCMEk/s400/Jannah.jpg" width="400" /></a></div>
</span></div>
<div class="newsitem_info">
<span class="newsitem_category">Kategori: <a href="http://firanda.com/index.php/artikel/status-facebook">Status Facebook</a> </span>
<span class="newsitem_published">
Diterbitkan pada 19 July 2013 </span>
<span class="newsitem_hits">
Klik: 1750 </span>
</div>
<div class="buttonheading">
<span class="email"> <a href="http://firanda.com/index.php/component/mailto/?tmpl=component&template=yougrids&link=04545f53d707bb0b30491fe6371431ff1125ec45" title="Email"><img alt="Email" src="http://firanda.com/templates/yougrids/images/system/emailButton.png" /></a> </span>
<span class="print"> <a href="http://firanda.com/index.php/artikel/status-facebook/458-agar-selalu-merindukan-kenikmatan-surga-yang-sempurna?tmpl=component&print=1&layout=default&page=" rel="nofollow" title="Print"><img alt="Print" src="http://firanda.com/templates/yougrids/images/system/printButton.png" /></a> </span>
</div>
</div>
Tdk ada kenikmatan yg sempurna di dunia ini, kenikmatannya sulit diraih, dan jika telah diraihpun tak kekal kenikmatannya.<br />Memakan
kepiting yg begitu lezatnya pun butuh kepayahan untuk membuka cangkang
kulitnya, setelah terbuka tdk bisa memakannya sebanyak-banyaknya
dikarenakan kemampuan lambung terbatas dan kepiting berkolesterol
tinggi.<br />Dan betapa banyak makanan yang lezat-lezat ternyata berkolestrol tinggi<br />
Durian yg begitu lezatnya pun memiliki kulit berduri dan bau yang sangat tajam, serta berbahaya bagi yg berpenyakit kolesterol<br />Gulai kambing yg begitu lezatnya..., cumi..., udang..., telur puyuh..., otak...tidak ada yg sempurna kenikmatannya<br />Kenikmatan yg sempurna hanyalah di surga, mudah diraih, mudah untuk disantap, kelezatan yg tak terbatas dan kekal...<br />Ya Allah lindungilah kami dari pedihnya neraka dan celupkanlah kami dalam keledzatan surgamu yang abadi...Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-29913699747967279852013-08-21T14:27:00.003+07:002013-08-21T14:27:46.647+07:00Status Facebook Ustad Firanda Akhlak yang Baik Terhadap Istri<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-p4hA2Y_cRPo/UhRrv525C-I/AAAAAAAAC3U/y6ywV9rGn8o/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="286" src="http://3.bp.blogspot.com/-p4hA2Y_cRPo/UhRrv525C-I/AAAAAAAAC3U/y6ywV9rGn8o/s400/images.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
Abu Hamid Al-Gozali rahimahullah berkata ;<br />
"واعلم أن ليس حُسن الخلق مع المرأة كفَّ الأذى عنها، بل احتمال الأذى منها، والحلم عند طيشها وغضبها؛ اقتداءً برسول الله - صلى الله عليه وسلم - فقد كانت نساؤه تُراجعنه الكلام، وتَهجره الواحدة منهن يومًا إلى الليل"؛ ا.هـ.<br />
"Ketahuilah bukanlah akhlak yang baik terhadap istri dengan menahan diri untuk tdk menyakitinya, akan tetapi akhlak yg mulia terhadap istri adalah bersabar terhadap gangguan istri, bijak dalam menghadapi ketidakstabilan dan kemarahan istri, dengan meneladani Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Sungguh istri-istri beliau pernah membantah perkataan beliau, bahkan salah seorang istri beliau menghajr (ngambek dan tdk mengajak bicara) Nabi sehari semalam"<br />
(Al-ihyaa 4/720)Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-92157241561594989102013-07-20T21:07:00.001+07:002013-07-20T21:07:59.225+07:00Mari Bershalawat<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-PWphJFq7a7g/UeqZq9VdI7I/AAAAAAAAC1Y/GdQaq3RW4yA/s1600/3819456689_1716cfeb2f_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-PWphJFq7a7g/UeqZq9VdI7I/AAAAAAAAC1Y/GdQaq3RW4yA/s1600/3819456689_1716cfeb2f_o.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:<br />
<br />
أَتَانِيْ آتٍ مِنْ عِنْدِ رَبِّي عَزَّ وَ جَلَّ فَقَالَ : مَنْ صَلَّى عَلَيْكَ مِنْ أُمَّتِكَ صَلَاةً كَتَبَ اللهُ لَهُ بِهَا عَشْرَ حَسَنَاتٍ وَ مَحَا عَنْهُ عَشْرَ سَيِّئَاتٍ وَ رَفَعَ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ وَ رَدَّ عَلَيْهِ مِثْلَهَا .<br />
<br />
“Telah datang kepadaku malaikat dari sisi Rabbku ‘Azza wa Jalla, lalu ia berkata: “Barang siapa dari umatmu yang bershalawat kepadamu sekali, Allah akan tuliskan untuknya sepuluh kebaikan, di hapus darinya sepuluh keburukan, diangkat untuknya sepuluh derajat dan dijawab kepadanya seperti apa yang ia ucapkan”. (HR Ahmad dari Abu Thalhah).[1]<br />
<br />
Allah Ta’ala dan malaikatNya bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan memerintahkan kaum mukminin untuk bershalawat dan mengucapkan salam kepada beliau. Allah Ta’ala berfirman:<br />
<br />
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (Al Ahzab: 56).<br />
<br />
Malaikat Jibril mendoakan kecelakaan kepada hamba yang disebutkan nama beliau namun tidak bershalawat kepadanya, dan diaminkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda:<br />
<br />
شَقِيَ عَبْدٌ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ وَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ فَقُلْتُ آمِيْنَ<br />
<br />
“Semoga celaka seorang hamba yang namamu disebut di sisinya namun ia tidak bershalawat kepadamu.” Beliau bersabda, “Amiin.” (HR Al Bukhari dalam kitab Al Adabul Mufrod).[2]<br />
<br />
Bahkan beliau menganggapnya sebagai orang yang bakhil.<br />
<br />
الْبَخِيلَ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ.<br />
<br />
“Orang bakhil adalah orang yang apabila disebutkan namaku di sisinya, ia tidak bershalawat kepadaku.” (HR An Nasai, At Tirmidzi dan lainnya).[3]<br />
<br />
Sesungguhnya banyak bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam akan mengampuni dosa dan mencukupi keinginan. Dalam hadits:<br />
<br />
وعن أُبَيِّ بن كعبٍ – رضي الله عنه – : كَانَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – إِذَا ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ قَامَ ، فَقَالَ : (( يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، اذْكُرُوا اللهَ ، جَاءتِ الرَّاجِفَةُ ، تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ ، جَاءَ المَوْتُ بِمَا فِيهِ ، جَاءَ المَوْتُ بِمَا فِيهِ )) قُلْتُ : يَا رسول الله ، إنِّي أُكْثِرُ الصَّلاَةَ عَلَيْكَ ، فَكَمْ أجْعَلُ لَكَ مِنْ صَلاَتِي ؟ فَقَالَ : (( مَا شِئْتَ )) قُلْتُ : الرُّبُع ، قَالَ : (( مَا شِئْتَ ، فَإنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ )) قُلْتُ : فَالنِّصْف ؟ قَالَ : (( مَا شِئْتَ ، فَإنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ )) قُلْتُ : فالثُّلُثَيْنِ ؟ قَالَ : (( مَا شِئْتَ ، فَإنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ )) قُلْتُ : أجعَلُ لَكَ صَلاَتِي كُلَّهَا ؟ قَالَ : (( إذاً تُكْفى هَمَّكَ ، وَيُغْفَر لَكَ ذَنْبكَ )) رواه الترمذي ، وقال : (( حديث حسن )) .<br />
<br />
“Dari Ubayy bin Ka’ab radliyallahu ‘anhu berkata, “Apabila telah berlalu sepertiga malam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri bersabda, “Wahai manusia, berdzikirlah kepada Allah. Telah dekat Ar Rajifah (tiupan sangkakala pertama) yang diikuti oleh Ar Radifah (Tiupan sangkakala kedua). Telah dekat kematian beserta kedahsyatannya, telah dekat kematian beserta kedahsyatannya.” Aku berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku sering bershalawat untukmu, lalu berapa banyak aku jadikan shalawatku untukmu dalam do’aku?” Beliau bersabda, “Terserah keinginanmu.” Aku berkata, “Seperempat?” beliau bersabda, “Terserah kamu, bila kamu tambahkan lebih baik lagi.” Aku berkata, “ Setengah?” Beliau bersabda, “Terserah kamu, bila kamu tambahkan lebih baik lagi.” Aku berkata, “Dua pertiga?” Beliau bersabda, “Terserah kamu, bila kamu tambahkan lebih baik lagi.” Aku berkata, “Bagaimana bila aku jadikan seluruh do’aku untukmu?” Beliau bersabda, “Kalau begitu akan dicukupi keinginanmu dan diampuni dosamu.” (HR At Tirmidzi dan berkata, “Hadits Hasan.”).[4]<br />
<br />
Shalawat menjadikan sebuah majelis dirahmati oleh Allah dan pelakunya tidak akan menyesal pada hari kiamat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:<br />
<br />
مَا قَعَدَ قَوْمٌ مَقْعَدًا لاَ يَذْكُرُونَ فِيهِ اللَّهَ , عَزَّ وَجَلَّ , وَيُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم إِلاَّ كَانَ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، وَإِنْ دَخَلُوا الْجَنَّةَ لِلثَّوَابِ<br />
<br />
“Tidaklah suatu kaum duduk dan tidak mengingat Allah Azza wa jalla dan tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kecuali akan menjadi penyesalan bagi mereka pada hari kiamat, walaupun mereka masuk surga karena pahala.” (HR Ahmad dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah).[5]<br />
<br />
Shalawat membuka hijab do’a seorang hamba kepada Allah, karena do’a yang tidak disebutkan padanya shalawat akan terhalang sebagaimana dalam hadits:<br />
<br />
كُلُّ دُعَاءٍ مَحْجُوْبٌ حَتَّى يُصَلَّى عَلَى النَّبِيِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.<br />
<br />
“Setiap do’a itu terhalang sampai bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR Ibnu Makhlad dari Ali bin Abi Thalib).[6]<br />
<br />
Fadlalah bin ubaid Al Anshari radliyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mendengar seseorang berdo’a dalam shalatnya, ia tidak memuji Allah dan tidak bershalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda, “Orang ini tergesa-gesa.” Lalu beliau memanggilnya dan bersabda:<br />
<br />
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ رَبِّهِ جَلَّ وَعَزَّ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ يُصَلِّى عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ يَدْعُو بَعْدُ بِمَا شَاءَ<br />
<br />
“Apabila salah seorang dari kamu berdo’a, hendaklah ia memulai dengan memuji Rabbnya Azza wa Jalla dan menyanjungNya, kemudian bershalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian berdo’a setelah itu dengan apa yang ia inginkan.” (HR Abu Dawud, At Tirmidzi dan lainnya).[7]<br />
<br />
Kaidah yang harus kita ketahui dalam masalah shalawat adalah bahwa kita tidak diperkenankan bershalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan lafadz yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah. Dahulu para shahabat bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang lafadz shalawat:<br />
<br />
عَنْ أَبِى مَسْعُودٍ الأَنْصَارِىِّ قَالَ أَتَانَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَنَحْنُ فِى مَجْلِسِ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ فَقَالَ لَهُ بَشِيرُ بْنُ سَعْدٍ أَمَرَنَا اللَّهُ تَعَالَى أَنْ نُصَلِّىَ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَكَيْفَ نُصَلِّى عَلَيْكَ قَالَ فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- حَتَّى تَمَنَّيْنَا أَنَّهُ لَمْ يَسْأَلْهُ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قُولُوا « اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِى الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. وَالسَّلاَمُ كَمَا قَدْ عَلِمْتُمْ<br />
<br />
“Dari Abu mas’ud Al Anshari berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi kami yang sedang berada di majelis Sa’ad bin Ubadah. Basyir bin Sa’ad berkata, “Allah telah memerintahkan kami untuk bershalawat kepada engkau wahai Rasulullah, lalu bagaimana bershalawat kepadamu?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diam hingga kami berharap ia tidak bertanya kepadanya. Kemudian beliau bersabda, “Ucapkanlah: Allahumma Shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa shollaita ‘alaa aali Ibrahin wa baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa baarakta ‘alaa aali Ibraahim fil’aalamiina innaka hamiidun majiid.” Adapun salam sebagaimana yang telah kamu katahui.” (HR Muslim).<br />
<br />
Lihatlah para shahabat bertanya kepada Rasulullah tentang shalawat, padahal mereka adalah kaum yang sangat fasih bahasa arabnya, mereka mampu menggubah sya’ir yang indah untuk bershalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ini menunjukkan bahwa lafadz shalawat bersifat tauqifiyah artinya harus menunggu dalil dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak boleh membuat buat sendiri shalawat yang tidak diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.<br />
<br />
Ada beberapa lafadz shalawat yang diajarkan oleh nabi shallallahu ‘alaihi wasallam[8]:<br />
<br />
1 – ( اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَّجِيْدٌ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ بَيْتِهِ وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ) (رواه أحمد والطحاوي بسند صحيح )<br />
<br />
2 – ( اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى [ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ] آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى [ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ] آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ) ( البخاري ومسلم )<br />
<br />
3 – اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ [ وَآلِ إِبْرَاهِيْمَ ] إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى [ إِبْرَاهِيْمَ ] وَآلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ) (رواه أحمد والنسائي وأبو يعلى )<br />
<br />
4 – ( اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ [ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ ] وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى [ آلِ ] إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ [ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ ] وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى [ آلِ ] إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ) (رواه مسلم وأبو عوانة )<br />
<br />
5- ( اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى [ آلِ ] إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ [ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ ] [ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ] كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ [ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ ] ) (رواه البخاري والنسائي والطحاوي وأحمد )<br />
<br />
6- اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ (عَلَى) أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى (آلِ) إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ (عَلَى) أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى (آلِ) إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. (رواه البخاري ومسلم والنسائي)<br />
<br />
7- اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ وَبَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. (رواه النسائي)<br />
<br />
<br />
<br />
Tempat dan waktu bershalawat.<br />
<br />
Bershalawat kepada Rasulullah amat dianjurkan pada keadaan-keadaan berikut:<br />
<br />
1. Di hari jum’at.<br />
<br />
Dari Aus bin Aus berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:<br />
<br />
إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ قُبِضَ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ فَأَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَىَّ ». قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلاَتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرِمْتَ يَقُولُونَ بَلِيتَ. فَقَالَ « إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَرَّمَ عَلَى الأَرْضِ أَجْسَادَ الأَنْبِيَاءِ ».<br />
<br />
“Sesungguhnya diantara hari yang paling utama adalah hari jum’at; di hari tersebut Adam diciptakan dan dicabut nyawanya. Di hari itu terjadi tiupan sangkakala dan manusia jatuh tersungkur. Maka perbanyaklah bershalawat kepadaku pada hari tersebut, karena shalawat kalian akan ditampakkan kepadaku.” Mereka berkata, “Bagaimana akan ditampakkan kepadamu sementara engkau telah menjadi tulang belulang?” beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mengharamkan atas bumi untuk memakan jasad para Nabi.” (HR Abu dawud).[9]<br />
<br />
2. Setelah mendengarkan adzan.<br />
<br />
Dari Abdullah bin Amru bin Al ‘Ash bahwa ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:<br />
<br />
إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَىَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا <br />
<br />
“Apabila kamu mendengar muadzin maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan oleh muadzin kemudian bershalawatlah kepadaku karena orang yang bershalawat kepadaku sekali maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR Muslim).<br />
<br />
3. Masuk masjid.<br />
<br />
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:<br />
<br />
إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ فَلْيُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ لْيَقُلْ : اللَّهُمَّ افْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ وَ إِذَا خَرَجَ فَلْيُسَلِّمْ عَلَى النَّبِيِّ وَ لْيَقُلْ : اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ<br />
<br />
“Apabila salah seorang dari kamu hendak masuk masjid, hendaklah ia bershalawat atas nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengucapkan: “Allahummaftahlii abwaaba rohmatika” (Ya Allah, bukakanlah untukku pintu rahmatMu). Dan apabila hendak keluar maka ucapkanlah: “Allahumma inni as-aluka min fadllika” (Ya Allah aku memohon karuniaMu).” (HR Ahmad dan Muslim dari Abu Humaid).[10]<br />
<br />
4. Ketika berdo’a.<br />
<br />
Karena do’a akan terhalang bila tidak bershalawat, sebagaimana dalam hadits lalu:<br />
<br />
كُلُّ دُعَاءٍ مَحْجُوْبٌ حَتَّى يُصَلَّى عَلَى النَّبِيِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.<br />
<br />
“Setiap do’a itu terhalang sampai bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR Ibnu Makhlad dari Ali bin Abi Thalib).[11]<br />
<br />
5. Tasyahud awal dan akhir.<br />
<br />
Berdasarkan hadits Abu Mas’ud Uqbah bin Amru:<br />
<br />
أَقْبَلَ رَجُلٌ حَتَّى جَلَسَ بَيْنَ يَدَىْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَنَحْنُ عِنْدَهُ فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمَّا السَّلاَمُ عَلَيْكَ فَقَدْ عَرَفْنَاهُ ، فَكَيْفَ نُصَلِّى عَلَيْكَ إِذَا نَحْنُ صَلَّيْنَا عَلَيْكَ فِى صَلاَتِنَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْكَ. قَالَ : فَصَمَتَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- حَتَّى أَحْبَبْنَا أَنَّ الرَّجُلَ لَمْ يَسْأَلْهُ ثُمَّ قَالَ :« إِذَا أَنْتُمْ صَلَّيْتُمْ عَلَىَّ فَقُولُوا : اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِىِّ الأُمِّىِّ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِىِّ الأُمِّىِّ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ».<br />
<br />
“Ada seseorang datang lalu duduk di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sementara kami berada di sisinya. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui cara mengucapkan salam kepada engkau. Lalu bagaimana kami bershalawat kepadamu apabila apabila kami hendak membaca shalawat di dalam sholat kami? Semoga Allah bershalawat kepadamu.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diam hingga kami suka kalau ia tidak bertanya demikian. Kemudian beliau bersabda, “Apabila kalian bershalawat kepadaku maka ucapkanlah: “Allahumma sholli ‘alaa Muhammadin Nabiyyil Umiyy… Alhadits (Lihat matan di atas). (HR Ahmad, ibnu Khuzaimah dan lainnya, dan di hasankan oleh Ad Daroquthni dalam sunannya).[12]<br />
<br />
6. Shalat jenazah.<br />
<br />
Berdasarkan perkataan seorang shahabat:<br />
<br />
أَنَّ السُّنَّةَ فِى الصَّلاَةِ عَلَى الْجَنَازَةِ أَنْ يُكَبِّرَ الإِمَامُ ، ثُمَّ يَقْرَأُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ بَعْدَ التَّكْبِيرَةِ الأُولَى سِرًّا فِى نَفْسِهِ ، ثُمَّ يُصَلِّى عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- وَيُخْلِصُ الدُّعَاءَ لِلْجَنَازَةِ فِى التَّكْبِيرَاتِ لاَ يَقْرَأُ فِى شَىْءٍ مِنْهُنَّ ، ثُمَّ يُسَلِّمُ سِرًّا فِى نَفْسِهِ.<br />
<br />
“Yang sunnah di dalam shalat janazah adalah imam bertakbir kemudian membaca al fatihah setelah takbir yang pertama secara pelan pada dirinya. Kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengikhlaskan do’a untuk jenazah pada takbir-takbir selanjutnya dan tidak membaca apa-apa. Kemudian mengucapkan salam secara pelan pada dirinya.” (HR Asy Syafi’i).[13]<br />
<br />
7. Dalam khutbah.<br />
<br />
Ibnu Qayyim dalam kitabnya Jalaa-ul afhaam (hal 526) setelah menyebutkan atsar-atsar dari shahabat berkata, “Ini menunjukkan bahwa bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihoi wasallam dalam khutbah adalah perkara yang masyhur di kalangan para shahabat.”<br />
<br />
8. Dalam majelis.<br />
<br />
Berdasarkan hadits yang telah berlalu:<br />
<br />
مَا قَعَدَ قَوْمٌ مَقْعَدًا لاَ يَذْكُرُونَ فِيهِ اللَّهَ , عَزَّ وَجَلَّ , وَيُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم إِلاَّ كَانَ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، وَإِنْ دَخَلُوا الْجَنَّةَ لِلثَّوَابِ<br />
<br />
“Tidaklah suatu kaum duduk dan tidak mengingat Allah Azza wa jalla dan tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kecuali akan menjadi penyesalan bagi mereka pada hari kiamat, walaupun mereka masuk surga karena pahala.” (HR Ahmad dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah).[14]<br />
<br />
9. Ketika disebut nama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.<br />
<br />
Ini berdasarkan hadits yang telah kita sebutkan sebelumnya:<br />
<br />
شَقِيَ عَبْدٌ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ وَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ فَقُلْتُ آمِيْنَ<br />
<br />
“Semoga celaka seorang hamba yang namamu disebut di sisinya namun ia tidak bershalawat kepadamu.” Beliau bersabda, “Amiin.” (HR Al Bukhari dalam kitab Al Adabul Mufrod).[15]<br />
<br />
Bahkan beliau menganggapnya sebagai orang yang bakhil.<br />
<br />
الْبَخِيلَ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ.<br />
<br />
“Orang bakhil adalah orang yang apabila disebutkan namaku di sisinya, ia tidak bershalawat kepadaku.” (HR An Nasai, At Tirmidzi dan lainnya).[16]<br />
<br />
10. Disela-sela takbir dalam shalat ‘ied.<br />
<br />
Dari ‘Alqamah bahwa Al Walid bin Uqbah keluar menuju Abdullah bin Mas’ud, Abu Musa dan Hudzaifah, ia berkata, “Sesungguhnya hari ‘ied telah dekat, bagaimana cara bertakbir padanya?” Abdullah bin Mas’ud berkata: “Mulailah dengan bertakbir sebagai pembuka shalatmu, lalu pujilah Rabbmu dan bershalawat kepada Nabi Muhammad. Kemudian kamu berdo’a dan bertakbir dan kamu lakukan lagi seperti tadi.. dan diakhir kisah tersebut disebutkan bahwa Abu Musa dan hudzaifah membenarkannya. (HR Al Baihaqi dalam sunannya 3/291).[17]<br />
<br />
Walaupun ini adalah perkataan ibnu Mas’ud, namun disetujui oleh shahabat lainnya dan tidak diketahui adanya shahabat lain yang menyelisihi beliau. Oleh karena itu imam Al baihaqi setelah menyebutkan atsar tersebut berkata, “Ini adalah mauquf dari perkataan ibnu Mas’ud, namun kita mengikuti beliau dalam berdzikir di sela-sela takbir karena tidak ada riwayat dari shahabat lain yang menyelisihi beliau. Tetapi kita menyelisihi ibnu Mas’ud dalam jumlah takbir berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan perbuatan penduduk makkah dan Madinah dan amalan kaum muslimin sampai hari ini.”[18]<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
[1] Dishahihkan oleh Syaikh Al AlBani dalam Shahih Jami’ non 57.<br />
<br />
[2] Al Adabul Mufrod 1/224 no 644.<br />
<br />
[3] Dishahihkan oleh Syaikh Al AlBani dalam Shahih Jami’ no 5189.<br />
<br />
[4] Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam silsilah shahihah no 954.<br />
<br />
[5] Syaikh Al Albani berkata, “Shahih.” Lihat silsilah shahihah no 76.<br />
<br />
[6] Dihasankan oleh Syaikh Al AlBani dalam silsilah shahihah no 2035.<br />
<br />
[7] Lihat shahih Sunan Abi Dawud no 1331.<br />
<br />
[8] Lihat sifat sholat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hal 165-167 karya Syaikh Al AlBani.<br />
<br />
[9] Sunan Abu Dawud (1/562 no 1533). Dishahihkan oleh Syaikh Al bani dalam Shahih Sunan Abu Dawud no 962.<br />
<br />
[10] Shahih jami’ no 516.<br />
<br />
[11] Dihasankan oleh Syaikh Al AlBani dalam silsilah shahihah no 2035.<br />
<br />
[12] Lihat kitab Jalaa-ul Afhaam karya ibnu Qayyim hal 67 tahqiq Syaikh Masyhur Alu Salman.<br />
<br />
[13] Asy Syafi’i dalam Al Umm (1/270). Namun di dalam sanadnya terdapat Mutharif bin Mazin, ia dianggap pendusta oleh Yahya bin Ma’in. Namun ibnul Jarud meriwayatkan dari jalan Abdrurrazzaq dari Ma’mar dari Az Zuhri dari Abu Umamah bin Sahl bin Hanif. Ini adalah sanad hyang shahih. Oleh karena itu Syaikh Al AlBani menshahihkannya dalam irwa-ul ghalil no 734.<br />
<br />
[14] Syaikh Al Albani berkata, “Shahih.” Lihat silsilah shahihah no 76.<br />
<br />
[15] Al Adabul Mufrod 1/224 no 644.<br />
<br />
[16] Dishahihkan oleh Syaikh Al AlBani dalam Shahih Jami’ no 5189.<br />
<br />
[17] Dihasankan oleh Syaikh Al Bani dalam shahih sunan Abi Dawud. Syaikh Masyhur berkata dalam tahqiq jalaa-ul afhaam (hal 228), “Sanadnya shahih, dan dishahihkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya dan As Sakhawi dalam Al Qoulul Badie’.<br />
<br />
[18] Al Baihaqi, Sunan Kubro 3/291.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-19427120123038657912013-07-20T20:59:00.000+07:002013-07-20T20:59:07.588+07:00Kapankah Disyari’atkan Membaca Basmalah?<h1 class="titles" style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 24px; font-weight: normal; line-height: 30px; margin: 0px 0px 4px;">
<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/" rel="bookmark" style="color: #ee5113; display: block; font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 25px; margin-bottom: 4px; text-decoration: none;" title="Kapankah Disyari’atkan Membaca Basmalah?Permanent Link to "><br /></a></h1>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-u63832Sr0ts/UeqXfWtDYJI/AAAAAAAAC1I/LjaFpapv_1k/s1600/bismillah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="512" src="http://1.bp.blogspot.com/-u63832Sr0ts/UeqXfWtDYJI/AAAAAAAAC1I/LjaFpapv_1k/s640/bismillah.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="post-info" style="border-bottom-color: rgb(228, 228, 228); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; color: #545454; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 10px; line-height: 18px; margin-bottom: 10px; padding-bottom: 10px; width: 593px;">
<br /></div>
<div style="clear: both; color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<strong>1. Hendak makan</strong></div>
<div align="right" style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
عن أبي حفص عمر بن أبي سلمة عبد الله بن عبد الأسد قال : كنت غلاما في حجر رسول الله صلى الله عليه وسلم وكانت يدي تطيش في الصفحة , فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : يا غلام سم الله وكل بيمينك وكل مما يليك (متفق عليه).</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
Dari Abu Hafsh Umar bin Abi Salamah Abdullah bin Abdil Asad ia berkata : Aku seorang anak yang ada dalam asuhan Rosulullah sallalahu ‘alaihi wasallam, dan adalah tanganku berputar kesana kemari dalam nampan, maka Rosulullah sallallahu ‘alahi wasallam bersabda :” Wahai anak. Bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang dekat darimu “. (Muttafaq ‘alaih)<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftn1" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[1]</a>.</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<strong>2. Hendak berjima’</strong></div>
<div align="right" style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
عن ابن عباس أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : لو أن أحدكم إذا أتى أهله قال : بسم الله اللهم جنبنا الشيطان وجنب الشيطان ما رزقتنا , فقضي بينهما ولد لم يضره .</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
Dari Ibnu Abbas sesungguhnya Rosulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :” seandainya salah seorang dari kalian apabila hendak mendatangi istrinya berkata :” Ya Allah, jauhkanlah kami dari Setan, dan jauhkan Setan dari rizki yang Engkau berikan kepada kami “. Lalu ditakdirkan untuk keduanya anak, niscaya (setan) tidak akan memberinya mudlarat “. (Muttafaq ‘alaih)<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftn2" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[2]</a>.</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<strong>3. Meletakkan mayat</strong></div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wasallam</em> bersabda :</div>
<div align="right" style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
قال إذا وضعتم موتاكم في القبر فقولوا بسم الله وعلى ملة رسول الله .</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
Dari ibnu Umar, Rosulullah sallalahu ‘alaihi wasallam bersabda :” Apabila kalian meletakkan mayat kalian dalam qubur, ucapkanlah :” bismillah wa ‘ala millati Rosulillah “. (Bismillah dan di atas millati Rosulillah). (HR Ahmad, ibnu Majah dan lainnya)<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftn3" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[3]</a>.</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<strong>4. Menyembelih.</strong></div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
Allah Ta’ala berfirman :</div>
<div align="right" style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
وَلاَ تَأْكُلُواْ مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
“ Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya, sesungguhnya perbuatan semacam itu adalah suatu kefasikan…”. (QS Al An’am 6 : 121).</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
Rosulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : ما أنهر الدم وذكر اسم الله فكل</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
“ (Binatang) yang dialirkan darahnya dan disebutkan nama Allah maka makanlah…”. (HR Bukhari dan Muslim)<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftn4" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[4]</a>.</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
Demikian pula bagi yang hendak berburu dengan menggunakan anjing berburu, maka wajib membaca bismillah ketika hendak melepas anjingnya untuk berburu, berdasarkan hadits Adiy bin Hatim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:</div>
<div dir="RTL" style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<strong>إِذَا أَرْسَلْتَ كَلْبَكَ الْمُعَلَّمَ وَذَكَرْتَ اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ فَكُلْ</strong></div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
“Apabila kamu mengirim anjingmu yang telah diajari berburu dan kamu menyebut nama Allah maka makanlah.” (HR Muslim).</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<strong>5. Hendak buang air</strong></div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
Rosulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :</div>
<div align="right" style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
ستر ما بين الجن و عورات بني آدم إذا دخل أحدهم الخلاء أن يقول : بسم الله .</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
“ penutup antara Jinn dan aurat anak Adam apabila salah seorang dari mereka masuk wc, yaitu mengucapkan : bismillah “. (HR ibnu Majah dan lainnya)<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftn5" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[5]</a>.</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<strong>6. Ketika terpeleset</strong></div>
<div align="right" style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
عن أبي المليح عن رجل قال كنت رديف النبي فعثرت دابته فقلت تعس الشيطان فقال لا تقل تعس الشيطان فإنك إذا قلت ذلك تعاظم حتى يكون مثل البيت ويقول بقوتي ولكن قل بسم الله فإنك إذا قلت ذلك تصاغر حتى يكون مثل الذباب</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
Dari Abul Malih dari seseorang ia berkata :” Aku membonceng nabi sallallahu ‘alaihi wasallam, lalu untanya terpeleset, maka aku berkata :” Celaka setan ! beliau bersabda :” Jangan engkau katakan : Celaka Setan, karena jika engkau katakan demikian maka setan akan menjadi besar sehingga sebesar rumah, ia berkata :” Dengan kekuatanku”. Akan tetapi katakan :” Bismillah “, maka jika engkau katakan demikian ia akan menjadi kecil sehingga menjadi sebesar lalat “. (HR Abu Dawud<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftn6" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[6]</a> dan lainnya).</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<strong>7. Masuk rumah</strong></div>
<div align="right" style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
عن جابر بن عبد الله أنه سمع النبي صلى الله عليه وسلم يقول : إذا دخل الرجل بيته فذكر الله عند دخوله وعند طعامه قال الشيطان : لا مبيت لكم ولا عشاء . وإذا دخل فلم يذكر الله عند دخوله قال الشيطان : أدركتم المبيت . وإذا لم يذكر الله عند طعامه قال : أدركتم المبيت والعشاء .</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
Dari Jabir bin Abdillah bahwa ia mendengar Nabi sallalahu ‘alaihi wasallam bersabda :” Apabila seseorang masuk rumahnya dan menyebut nama Allah ketika masuknya dan ketika makannya, setan berkata :” tidak ada tempat bermalam dan makan malam untuk kalian “. Dan apabila masuk tidak menyebut nama Allah ketika masuknya, setan berkata :” Kalian mendapatkan tempat bermalam “. Dan apabila tidak menyebut nama Allah ketika makannya, setan berkata :” kalian mendapatkan tempat bermalam dan makan “. (HR Muslim)<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftn7" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[7]</a>.</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<strong>8. Keluar rumah</strong></div>
<div align="right" style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
عن أنس بن مالك أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : إذا خرج الرجل من بيته فقال بسم الله توكلت على الله لا حول ولا قوة إلا بالله قال يقال حينئذ هديت وكفيت ووقيت فتتنحى له الشياطين فيقول له شيطان آخر كيف لك برجل قد هدي وكفي ووقي .</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
Dari Anas bin Malik sesungguhnya nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :” Apabila seseorang keluar dari rumahnya dan membaca : “ bismillah aku bertawakal kepada Allah, dan tiada daya dan upaya kecuali dengan (idzin) Allah “. Akan dikatakan pada waktu itu :” engkau diberi hidayah, dicukupi dan dilindungi “, setan pun menyingkir darinya, dan setan lain akan berkata kepadanya :” Bagaimana engkau akan dapat mengganggu orang yang dikatakan padanya :” telah diberi hidayah, dicukupi dan dilindungi “. (HR Abu dawud, At Tirmidzi dan lainnya)<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftn8" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[8]</a>.</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<strong>9. Menulis surat</strong></div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
Sebagaimana yang dilakukan oleh Rosulullah sallallahu ‘alaihi wasallam ketika mengirim surat kepada Heraklius, yang bunyinya :” bismillahirrahmanirrahim dari Muhamad hamba Allah dan Rosul-Nya kepada Heraklius pembesar Romawi, keselamatan atas orang yang mengikuti hidayah, amma ba’du : Sesungguhnya aku menyerumu dengan seruan islam, masuk islamlah niscaya engkau akan selamat dan Allah akan memberimu dua kali pahala, dan jika engkau berpaling maka engkaulah yang akan menanggung dosa rakyatmu lalu beliau membacakan firman Allah surat Ali Imran : 64 “. (HR Bukhari)<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftn9" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[9]</a>.</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<strong>10. Ruqyah</strong></div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
Diantara ruqyah yang beliau ucapkan adalah :</div>
<div align="right" style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
بسم الله أرقيك من كل شيء يؤذيك ومن شر كل نفس أو عين حاسد , الله يشفيك بسم الله أرقيك .</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
“Bismillah aku meruqyahmu, dari segala sesuatu yang menyakitimu, dari dari kejahatan seluruh jiwa atau mata yang dengki, Allah yang menyembuhkanmu, bismillah aku meruqyahmu “. (HR Muslim)<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftn10" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[10]</a>.</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<strong>11. Hendak berwudlu</strong></div>
<div align="right" style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
لا صلاة لمن لا وضوء له ولا وضوء لمن لم يذكر اسم الله عليه .</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
“ Tidak sah sholat bagi orang tidak berwudlu dan tidak sah wudlu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah padanya “. (HR Abu Dawud, ibnu Majah, Ahmad dan lainnya)<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftn11" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[11]</a>.</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<strong>11. Menutup pintu, memadamkan lampu, dan menutup bejana</strong></div>
<div align="right" style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
إذا استنجح الليل أو كان جنح الليل فكفوا صبيانكم فإن الشياطين تنتشر حينئذ , فإذا ذهب ساعة من العشاء فخلوهم وأغلق بابك واذكر اسم الله وأطفئ مصباحك واذكر اسم الله وأوك سقاءك واذكر اسم الله وخمر إناءك واذكر اسم الله .</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
“ Apabila malam telah menjelang –atau apabila berada di awal malam- maka tahanlah anak anak kalian, karena pada waktu itu syetan syetan bertebaran, dan apabila telah pergi sesaat dari waktu isya maka biarkanlah mereka, tutuplah pintumu dan bacakan padanya nama Allah, padamkan lampu dan baca nama Allah, ikat siqo’ mu (bejana yang terbuat dari kulit untuk menyimpan air) dan baca nama Allah, tutup bejanamu dan baca nama Allah walaupun engkau hanya melintangkan diatasnya sesuatu “. (HR Bukhari dan Muslim)<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftn12" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[12]</a>.</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<strong>Kaidah</strong></div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
Ibnu Abdissalaam rahimahullah berkata :” perbuatan perbuatan hamba ada tiga macam : ada yang disunnahkan padanya membaca bismillah seperti wudlu, mandi, tayamum, menyembelih, membaca al qur’an, demikian pula disunnahkan untuk yang mubah seperti makan, minum, dan bersetubuh.</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
Adapula yang tidak disunnahkan membaca bismillah seperti hendak sholat, adzan, haji, umrah, dzikir dzikir dan do’a. adapula yang diharamkan yaitu (hendak melakukan) perbuatan perbuatan yang diharamkan, karena tujuan membaca bismillah adalah tabarruk untuk perbuatan yang akan dilaksanakan, sedangkan yang haram tidak diharapkan banyak dan keberkahannya, demikian pula yang makruh.</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
Beliau berkata :” dan membedakan ibadah yang disunnahkan padanya bismillah dengan yang tidak disunnahkan amat sulit. Jika ada yang berkata :” yang tidak disunnahkan adalah perbuatan yang mengandung keberkahan pada dirinya sehingga tidak butuh lagi untuk tabarruk “. Kita menjawab :” patokan ini tertolak dengan disunnahkannya bismillah ketika hendak membaca al qur’an, karena membaca al qur’an itu sendiri berkah “. Bila ia membaca basmalah pada bagian tersebut tentu boleh, akan tetapi yang menjadi pembicaraan kita adalah apakah ia sunnah, jika ia sunnah tentu telah dinukil dari Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam dan salafusshalih sebagaimana sunah sunah lain dinukil kepada kita “.<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftn13" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[13]</a></div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<br /></div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
</div>
<hr align="left" size="1" style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" width="33%" />
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftnref1" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[1]</a> Al Bukhari dalam shahihnya no. 5376, dan Muslim dalam shahihnya no. 2022.</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftnref2" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[2]</a> Bukhari dalam shahihnya (141), dan Muslim dalam shahihnya (1434).</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftnref3" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[3]</a> Ahmad dalam musnadnya (2/27 no. 4812), ibnu Majah dalam sunannya (1/494 no. 1550). Dan ini adalah lafadz Ahmad. Dan dishahihkan oleh Syaikh Al Bani</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftnref4" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[4]</a> Dikeluarkan oleh Al Bukhari dalam shahihnya (no 5543), dan Muslim (no 1968) dari Rafi’ bin Khadiij.</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftnref5" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[5]</a> Dikeluarkan oleh ibnu majah dalam sunannya (1/109 no 297) dari Ali. Dan dishahihkan oleh syaikh Al Bani dalam Shahih Al Jami’ no 3611).</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftnref6" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[6]</a> Dikeluarkan oleh Abu Dawud (4/296 no 4982). Syaikh Salim bin ‘Ied berkata :” Sanadnya shahih “. (kitab maqami’ asy syaithan hal. 48).</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftnref7" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[7]</a> Dikeluarkan oleh Muslim dalam shahihnya (3/1598 no 2018).</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftnref8" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[8]</a> Dikeluarkan oleh Abu Dawud dalam sunannya (no 5095), dan At Tirmidzi (3487). Dan dishahihkan oleh syaikh Al Bani dalam shahih sunan Tirmidzi (2724).</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftnref9" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[9]</a> Bukhari dalam shahihnya no. 7.</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftnref10" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[10]</a> Muslim dalam shahihnya (4/1718 no 2186) dari Abu Sa’id Al Khudri.</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftnref11" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[11]</a> Abu Dawud dalam sunannya (1/25 no 101), ibnu majah dalam sunannya (1/140 no 398, 399, 400), Ahmad dalam musnadnya (2/418 no 9408). Dan dihasankan oleh Syaikh Al Bani dalam irwa-ul ghalil (1/122).</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftnref12" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[12]</a> Bukhari dalam shahihnya (no 3280) dan Muslim dalam shahihnya (3/1595 no 2012).</div>
<div style="color: #313131; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">
<a href="http://cintasunnah.com/kapankah-disyariatkan-membaca-basmalah/#_ftnref13" style="color: #ee5113; text-decoration: none;" title="">[13]</a> Lihat kitab tashhihud du’a karya Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid hal 274-275.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-75323239340648775462013-07-12T20:18:00.002+07:002013-07-12T20:19:59.380+07:00Mualaf-Mualaf Yang Memiliki Pengaruh Besar Dalam Sejarah Islam<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-8VeMEZkDBK8/UeAB9xkgbVI/AAAAAAAAC0g/aWkBzHUuO2c/s1600/hero.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="516" src="http://3.bp.blogspot.com/-8VeMEZkDBK8/UeAB9xkgbVI/AAAAAAAAC0g/aWkBzHUuO2c/s640/hero.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Keluarga Barmakid (600 M – 900 M)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Keluarga Barmakid adalah sebuah keluarga Budha yang berpengaruh dari daerah Balkh, sekarang berada di teritorial Afghanistan. Pada saat Dinasti Umayyah menaklukkan daerah tersebut, pada pertengahan tahun 600-an M, keluarga ini pun memeluk Islam. Setelah revolusi Abbasiyah tahun 750 M, keluarga Barmakid mulai menunjukkan bakat mereka sebagai administrator yang handal. Mereka mewarisi pengalaman nenek moyang mereka yang pernah mengurusi birokrasi kerajaan Persia selama berabad-abad. Pengalaman mengurusi birokrasi yang besar inilah yang tidak dimiliki oleh keluarga Abbasiyah.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebagai menteri atau pelaksana pemerintahan, keluarga Barmakid memiliki pengaruh yang signifikan dalam stabilitas kerajaan di akhir abad ke-8, Yahya bin Khalid al-Barmaki adalah adalah salah satu contohnya. Yahya ditunjuk sebagai mentor Harun al-Rasyid yang masih belia kala itu. Hasilnya sudah kita ketahui, Harun al-Rasyid dikenal sebagai khalifah terbaik di zaman Abbasiyah dan berhasil membawa kerajaan tersebut mencapai masa keemasan. Di bawah arahan dan bimbingannya, Harun al-Rasyid membangun hubungan yang baik dengan negara-negara tetangga, menumbuhkan ekonomi progresif, jaminan terhadap para ulama, dan sistem infrastruktur yang menyaingi kemegahan Romawi kuno di zamannya. Keluarga Barmakid lah yang sangat mempengaruhi menajemen perpolitikan dunia Islam yang berlangsung hingga beberapa abad.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Berke Khan (wafat tahun 1266 M)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ia adalah cucu dari Jenghis Khan sang penakluk dari Mongol. Berke Khan merupakan tokoh penting dalam sejarah Mongol pada pertengahan tahun 1200-an M. Ia adalah raja Dinasti Golden Horde, salah satu generasi yang membawa bangsa Mongol mengecap masa keemasan mereka. Sebagaimana nenek moyangnya, Berke juga menganut paham Shamanisme sebelum ia memeluk Islam. Berke adalah seorang pemimpin yang kuat, ia pernah mengirim pasukan ke Utara pegunungan Kaukasus dan Tenggara Eropa untuk menaklukkan orang-orang Kipchak Turki. Ia juga memobilisasi pasukannya untuk menaklukkan seluruh wilayah Hungaria.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah misi militernya selesai di wilayah-wilayah tersebut, dalam perjalanan pulang menuju Mongol, ia singgah di wilayah Bukhara, tempat dimana rasa keingintahuannya tentang Islam muncul. Lalu ia bertanya tentang Islam kepada penduduk setempat. Mendengar penjelasan-penjelasan tentang Islam, Berke meyakini pesan-pesan yang dibawa oleh agama Islam benar-benar sejalan dengan tujuan penciptaan manusia dan mendamaikan jiwanya yang tidak tenang dalam keyakinan animisme dan dinamisme yang dibawa oleh ajaran Shamaniah. Ia pun memutuskan untuk memeluk agama Islam sekaligus menjadi pemimpin Mongol pertama yang menerima Islam. Keislamannya juga diikuti oleh banyak prajuritnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Keislaman Berke dan pasukannya secara otomatis menanamkan jiwa persaudaraan mereka sesama umat Islam. Saat itulah mulai muncul ketegangan ditubuh pasukan Mongol, terutama dengan kubu sepupunya Hulagu Khan dari Dinasti Chagtai. Hulagu Khan adalah penguasa Mongol untuk wilayah bekas-bekas kerajaan Persia, ia dikenal kejam dan sangat mirip dengan kakek mereka Jenghis Khan. Hulagu telah membantai jutaan umat Islam dalam ekspansi-ekspansinya di wilayah-wilayah Islam.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah mendengar jatuhnya Baghdad oleh sepupunya, Hulaghu Khan, pada tahun 1258, dengan penuh keyakinan dan semangat persaudaraan sesama muslim, ia kesampingkan pertalian darah atau nasabnya dengan Hulagu. Ia mengatakan “Hulagu telah memporak-porandakan semua kota-kota Islam dan membunuh khalifah, dengan pertolongan Allah aku akan membalas dan membuat perhitungan dengannya atas banyak darah umat Islam yang ia tumpahkan.” Dengan dukungan pasukan kerajaan Mamluk di Mesir, Berke memobilisasi pasukannya untuk memukul mundur pasukan Hulagu.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Zaganos Pasha (1446–1466 M)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Zagaros Pasha adalah seseorang yang berasal dari Yunani ada juga yang mengatakan seorang Albania. ia direkrut menjadi Yenicheri, korps elit kekaisaran Utsmani. Seperti Yenicheri lainnya, ia dibekali ilmu agama Islam, administrasi pemerintahan, dan pelatihan militer. Ia ditunjuk menjadi mentor dan penasihat calon raja ketujuh Dinasti Utsmani Sultan Mehmed II atau yang lebih dikenal dengan Sultan Muhammad al-Fatih yang masih sangat belia.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Saat Mehmed menjabat sebagai raja Utsmani, Zaragos pun diangkat menjadi seorang menteri. Zaragos selalu dilibatkan dalam semua urusan negara, terutama rencana penaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453. Saat penyerangan Konstantinopel, Zaragos ditugaskan mengepung benteng Konstantinopel dari bagian Utara, dan pasukannya merupakan rombongan pertama yang berhasil menyentuh dinding Konstantinopel yang dikenal begitu kokoh. Peninggalan-peninggalan Zaragos masih tersisa di wilayah Edrine berupa masjid, dapur umum, dan pemandian umum.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ibrahim Muteferrika (1674 – 1745 M)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Isu yang sering diarahkan kepada kerajaan Utsmani adalah ilmu pengetahuan pada masa kerajaan ini tidak berkembang, stagnan, dan sangat minim dengan inovasi, tidak berbanding dengan luasnya wilayah kerajaan dan lamanya masa kekuasaan mereka. Seorang yang berasal dari Hungaria, Ibrahim Muteferrika, mendengar dan mengamati isu yang beredar ini. Sebagai seorang diplomat yang ditugaskan menjembatani hubungan Utsmani dan Eropa, khususnya Prancis dan Swedia, Ibrahim Muteferrika menangkap peluang dari kebangkitan Eropa (Renaissance) dimana penggunaan mesin cetak menjadi budaya baru dan menurut Ibrahim orang-orang Eropa belum optimal menggunakan alat tersebut. Ia pulang ke Istanbul dengan misi mengembangkan inovasi percetakan dengan alat tersebut.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ibrahim mulai mencetak dan menerbitkan atlas dunia yang berisikan peta-peta berbagai negara, kamus-kamus, dan buku-buku agama. Di antara hasil percetakannya yang paling terkenal adalah sebuah atlas yang dibuat oleh seorang ahli geograpi yang terkenal, Katip Celebi, yang menggambarkan peta dunia di zaman tersebut dengan tingkat detail dan presisi yang luar biasa. Selain mengembangkan percetakan buku-buku, Ibrahim Muteferrika juga menulis beberapa buku tentang sejarah, teologi, sosiologi, dan astronomi.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Alexander Russel Webb (1846 – 1965 M)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di akhir abad 19, dunia jurnalistik Amerika mulai memasuki era baru. Pengaruh dunia tulis-menulis sangat besar dan efektif dalam membentuk opini di masyarakat. Salah seorang yang berperan dalam perkembangan tersebut adalah Alexander Russel Webb. Awalnya, Webb adalah seseorang yang beragama Kristen, namun semakin hari agama tersebut malah menimbulkan keraguan baginya, hingga hilanglah kepercayaannya dengan agama Kristen.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah kepercayaan terhadap agama Kristen hilang, ia mulai membuka diri dan mempelajari agama-agama selain Kristen. Dan tiba-tiba ia merasakan ketertarikan terhadap Islam. Ketika ditunjuk pemerintah Amerika untuk menjadi salah satu pejabat kedutaan Amerika di Philipina tahun 1887, ia menggunakan kesempatan ini untuk berkorespondensi dengan temannya, seorang penganut Ahmadiyah dari India dan bertanya tentang Islam kepadanya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Meskipun keislamannya dimulai dengan menganut paham Ahmadiyah, ia terus mengembangkan wawasan keislamannya dengan menuntut ilmu ke berbagai negeri Islam dan bertemu dengan para ulama-ulama Islam sehingga ia mendapatkan pemahaman yang baik tentang Islam dan terlepas dari pengaruh Ahmadiyah.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tahun 1893, ia mengundurkan diri dari dunia diplomatik dan kembali ke Amerika. Di negeri Paman Sam inilah ia memulai dakwahnya menyeru kepada Islam. Dengan kemampuan jurnalistiknya, ia menulis beberapa buku dan kolom-kolom opini di media masa menjelaskan kepada masyarakat Amerika tentang Islam. Di awal abad 20, ia semakin dikenal sebagai seorang muslim yang giat dan vokal dalam mendakwahkan Islam di Amerika, bahkan Sultan Utsmani, Sultan Abdul Hamid II, memberinya gelar kehormatan dari kerajaan sebagai apresiasi terhadap apa yang telah ia lakukan. Alexander Russel Webb wafat pada tahun 1916 dan dimakamkan di New Jesrey. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmatinya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Malcolm X (1925 – 1965 M)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Banyak hal yang bisa diceritakan dari perjalanan hidup Malcolm X karena perjalanan hidupnya tidak semulus tokoh-tokoh sebelumnya. Hidupnya sempat diwarnai rekam jejak negatif. Terlahir sebagai seorang kulit hitam adalah sebuah masalah di zamannya, karena masyarakat Amerika masih memarjinalkan orang-orang kulit hitam. Malcolm memulai masa mudanya yang keras dan berusaha menunjukkan eksistensinya di kehidupan, walaupun terkadang itu membawa masalah bagi dirinya sendiri. Ia pernah dikeluarkan oleh sekolahnya dan masuk bui di tahun 1946 karena kasus kriminal yang ia lakukan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Selama 8 tahun mendekam di jeruji besi, Malcolm mulai terpengaruh dengan pemikiran “Negara Islam” yang dibawa oleh salah satu kelompok yang menyimpang yang didirikan pada tahun 1900-an. Kelompok ini mengkampanyekan supremasi orang-orang kulit hitam dan ras kulit putih adalah kelompok setan. Tentu saja latar belakang berdirinya kelompok ini adalah penindasan yang dilakukan oleh orang-orang kulit putih terhadap orang-orang kulit hitam. Setelah bebas dari penjara, Malcolm bertemu dengan “Nabi” gerakan NOI (Nation of Islam), Elijah Muhammad, Malcolm pun diangkat sebagai mentri dalam NOI.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pada tahun 1950-an, Malcolm menduduki jabatan tertinggi dalam kelompok ini. Hal itu dikarenakan kecerdasannya dan retorikanya yang baik. Di era kebebasan Amerika kala itu, Malcolm menjadi seorang pejuang hak asasi yang terkemuka. Ia mengadvokasi hak-hak warga Amerika keturunan Afrika agar menjadi setara dengan orang-orang kulit putih. Perjuangan Malcolm ini sama halnya dengan Martin Luther King yang berusaha menjadikan hak warga kulit hitam setara dengan kulit putih, hanya saja, perjuangan Malcolm cenderung lebih keras dan radikal.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tahun 1950-an terjadi transformasi lagi pada ideologi Malcolm, ia mulai melihat celah dan kekeliruan gerakan Nation of Islam. Ia pun meninggalkan gerakan ini dan mulai mengkaji Islam, mencari nilai-nilai murni dari ajaran Islam yang penuh kedamaian. Ketika ber-haji di tahun 1964, saat itulah ia menemukan hakikat ajaran Islam. Ia pulang ke Amerika lalu mengajarkan dan menyebarkan nilai-nilai dan ajaran-ajaran tersebut ke warga Afrika-Amerika di lingkungannya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di masa-masa perubahan ini pulalah Malcolm mulai angkat bicara tentang penyimpangan paham Nation of Amerika. Satu demi satu anggota Nation of Islam keluar dari gerakan tersebut, namun tidak sedikit pula anggota-anggota gerakan ini yang membenci dan memusuhinya. Puncaknya adalah pembunuhan terhadap dirinya pada tahun 1965 oleh anggota gerakan Nation of Islam.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Walaupun masa keislamannya tidak begitu lama, Malcolm X dianggap memiliki pengaruh besar bagi perjuangan umat Islam di Amerika dan persamaan hak warga kulit hitam yang termarjinalkan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Oleh ustadz Nur Fitri Hadi, MA</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Artikel www.KisahMuslim.com</span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-65478724329894107622013-07-10T11:38:00.001+07:002013-07-10T11:38:31.544+07:00Fikih Puasa (1): Syarat Wajib Puasa<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-wCsQDlOcMl8/Udzk7us6qkI/AAAAAAAAC0Q/SEo28ewKBis/s1600/ramadhan-karim1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="http://4.bp.blogspot.com/-wCsQDlOcMl8/Udzk7us6qkI/AAAAAAAAC0Q/SEo28ewKBis/s400/ramadhan-karim1.jpg" width="300" /></a></div>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Fikih Puasa (1): Syarat Wajib Puasa</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kategori: Bahasan Utama, Ramadhan6 Komentar // 13 Juni 2013</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sebentar lagi insya Allah kita akan memasuki bulan Ramadhan di mana kaum muslimin akan menjalani puasa yang wajib ketika itu. Tentu saja sebelum memasukinya ada persiapan ilmu yang harus kita miliki. ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata,</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">مَنْ عَبَدَ اللَّهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِحُ</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Barangsiapa beribadah kepada Allah tanpa didasari ilmu, maka kerusakan yang diperbuat lebih banyak daripada kebaikan yang diraih.” (Majmu’ Al Fatawa, 2: 382). Jadi biar ibadah puasa kita tidak sia-sia, dasarilah dan awalilah puasa tersebut dengan ilmu.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kali ini Muslim.Or.Id akan mengangkat pembahasan puasa dari kitab fikih Syafi’i yang sudah sangat ma’ruf di tengah-tengah kita yaitu kitab Matan Al Ghoyah wat Taqrib, disebut pula Ghoyatul Ikhtishor, atau ada pula yang menyebut Mukhtashor Abi Syuja’. Kitab ini disusun oleh Ahmad bin Al Husain Al Ashfahani Asy Syafi’i (hidup pada tahun 433-593 H). Lalu matan tersebut akan dijelaskan dari penjelasan ulama lainnya.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Al Qodhi Abu Syuja’ rahimahullah dalam Matan Abi Syuja’ mengatakan:</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ada empat syarat wajib puasa: (1) islam, (2) baligh, (3) berakal, (4) mampu menunaikan puasa.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pengertian Puasa</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Puasa secara bahasa berarti menahan diri (al imsak) dari sesuatu. Hal ini masih bersifat umum, baik menahan diri dari makan dan minum atau berbicara. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman tentang Maryam,</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah” (QS. Maryam: 26). Yang dimaksud berpuasa yang dilakukan oleh Maryam adalah menahan diri dari berbicara sebagaimana disebutkan dalam lanjutan ayat,</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini” (QS. Maryam: 26).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sedangkan secara istilah, puasa adalah:</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">إمساك مخصوص من شخص مخصوص في وقت مخصوص بشرائط</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Menahan hal tertentu yang dilakukan oleh orang tertentu pada waktu tertentu dengan memenuhi syarat tertentu.” (Lihat Kifayatul Akhyar, hal. 248).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dalil Kewajiban Puasa</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Allah Ta’ala berfirman,</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183). Kata ‘kutiba’ dalam ayat ini berarti diwajibkan.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Yang diwajibkan secara khusus adalah puasa Ramadhan. Allah Ta’ala berfirman,</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al Baqarah: 185). Al Qur’an dalam ayat ini diterangkan sebagai petunjuk bagi manusia menuju jalan kebenaran. Al Qur’an itu sendiri adalah sebagai petunjuk. Al Qur’an juga petunjuk yang jelas dan sebagai pembimbing untuk membedakan yang halal dan haram. Al Qur’an pun disebut Al Furqon, yaitu pembeda antara yang benar dan yang batil. Siapa yang menyaksikan hilal atau mendapatkan bukti adanya hilal ketika ia dalam keadaan mukim (tidak bersafar), maka hendaklah ia berpuasa.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dari hadits shahih, dari ‘Abdullah bin ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">بُنِىَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَالْحَجِّ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Islam dibangun di atas lima perkara: (1) bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, (2) mendirikan shalat, (3) menunaikan zakat, (4) haji, (5) puasa Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Begitu pula yang mendukungnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada seorang Arab Badui. Dari Tholhah bin ‘Ubaidillah bahwa orang Arab Badui pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia pun bertanya,</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">أَخْبِرْنِى بِمَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَىَّ مِنَ الصِّيَامِ قَالَ « شَهْرَ رَمَضَانَ ، إِلاَّ أَنْ تَطَوَّعَ شَيْئًا »</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Kabarkanlah padaku mengenai puasa yang Allah wajibkan.” Rasul menjawab, “Yang wajib adalah puasa Ramadhan. Terserah setelah itu engkau mau menambah puasa sunnah lainnya.” (HR. Bukhari no. 1891 dan Muslim no. 11).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Bahkan ada dukungan ijma’ (konsensus ulama) yang menyatakan wajibnya puasa Ramadhan (Lihat At Tadzhib, hal. 108 dan Kifayatul Akhyar, hal. 248).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">1- Syarat wajib puasa: islam</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Orang yang tidak Islam tidak wajib puasa. Ketika di dunia, orang kafir tidak dituntut melakukan puasa karena puasanya tidak sah. Namun di akhirat, ia dihukum karena kemampuan dia mengerjakan ibadah tersebut dengan masuk Islam. (Lihat Al Iqna’, 1: 204 dan 404).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">2- Syarat wajib puasa: baligh</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Puasa tidak diwajibkan bagi anak kecil. Sedangkan bagi anak yang sudah tamyiz masih sah puasanya. Selain itu, di bawah tamyiz, tidak sah puasanya. Demikian dijelaskan dalam Hasyiyah Syaikh Ibrahim Al Baijuri, 1: 551.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Muhammad Al Khotib berkata, “Diperintahkan puasa bagi anak usia tujuh tahun ketika sudah mampu. Ketika usia sepuluh tahun tidak mampu puasa, maka ia dipukul.” (Al Iqna’, 1: 404).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ada beberapa tanda baligh yang terdapat pada laki-laki dan perempuan:</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">ihtilam (keluarnya mani ketika sadar atau tertidur).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">tumbuhnya bulu kemaluan. Namun ulama Syafi’iyah menganggap tanda ini adalah khusus untuk anak orang kafir atau orang yang tidak diketahui keislamannya, bukan tanda pada muslim dan muslimah.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tanda yang khusus pada wanita: (1) datang haidh, dan (2) hamil.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jika tanda-tanda di atas tidak didapati, maka dipakai patokan umur. Menurut ulama Syafi’iyah, patokan umur yang dikatakan baligh adalah 15 tahun. (Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 8: 188-192).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Yang dimaksud tamyiz adalah bisa mengenal baik dan buruk atau bisa mengenal mana yang manfaat dan mudhorot (bahaya) setelah dikenalkan sebelumnya. Anak yang sudah tamyiz belum dikenai kewajiban syar’i seperti shalat, puasa atau haji. Akan tetapi jika ia melakukannya, ibadah tersebut sah. Bagi orang tua anak ini ketika usia tujuh tahun, ia perintahkan anaknya untuk shalat dan puasa. Jika ia meninggalkan ketika usia sepuluh tahun, maka boleh ditindak dengan dipukul. (Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 14: 32-33).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">3- Syarat wajib puasa: berakal</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Orang yang gila, pingsan dan tidak sadarkan diri karena mabuk, maka tidak wajib puasa.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jika seseorang hilang kesadaran ketika puasa, maka puasanya tidak sah. Namun jika hilang kesadaran lalu sadar di siang hari dan ia dapati waktu siang tersebut walau hanya sekejap, maka puasanya sah. Kecuali jika ia tidak sadarkan diri pada seluruh siang (mulai dari shubuh hingga tenggelam matahari), maka puasanya tidak sah. (Lihat Hasyiyah Syaikh Ibrahim Al Baijuri, 1: 551-552).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Mengenai dalil syarat kedua dan ketiga yaitu baligh dan berakal adalah hadits,</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ عَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنِ الصَّبِىِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ وَعَنِ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَعْقِلَ</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Pena diangkat dari tiga orang: (1) orang yang tidur sampai ia terbangun, (2) anak kecil sampai ia ihtilam (keluar mani), (3) orang gila sampai ia berakal (sadar dari gilanya).” (HR. Abu Daud no. 4403, An Nasai no. 3432, Tirmidzi no. 1423, Ibnu Majah no. 2041. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">4- Syarat wajib puasa: mampu untuk berpuasa</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kemampuan yang dimaksud di sini adalah kemampuan syar’i dan fisik. Yang tidak mampu secara fisik seperti orang yang sakit berat atau berada dalam usia senja atau sakitnya tidak kunjung sembut, maka tidak wajib puasa. Sedangkan yang tidak mampu secara syar’i artinya oleh Islam untuk puasa seperti wanita haidh dan nifas. Lihat Hasyiyah Syaikh Ibrahim Al Baijuri, 1: 552, dan Al Iqna’, 1: 404.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Mengenai apa yang jadi kewajiban orang-orang yang tidak mampu ketika tidak puasa, insya Allah akan dikaji oleh Abu Syuja’ dalam bahasan-bahasan selanjutnya.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Semoga bermanfaat. Wallahu waliyyut taufiq.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Referensi:</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Mukhtashor Abi Syuja’, Ahmad bin Al Husain Al Ashfahani Asy Syafi’i, terbitan Darul Minhaj, cetakan pertama, tahun 1428 H.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">At Tadzhib fii Adillati Matan Al Ghoyah wat Taqrib, Prof. Dr. Musthofa Al Bugho, terbitan Darul Musthofa, cetakan kesebelas, tahun 1428 H.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Al Iqna’ fii Halli Alfazhi Abi Syuja’, Syamsudin Muhammad bin Muhammad Al Khotib, terbitan Al Maktabah At Tauqifiyah.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kifayatul Akhyar fii Halli Ghoyatil Ikhtishor, Taqiyuddin Abu Bakr Muhammad bin ‘Abdul Mu’min Al Hishni, terbitan Darul Minhaj, cetakan pertama, 1428 H.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Fathul Qorib (Al Qoulul Mukhtar fii Syarh Ghoyatil Ikhtishor), Syamsuddin Muhammad bin Qosim Al Ghozzi, terbitan Maktabah Al Ma’arif, cetakan pertama, 1432 H.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Hasyiyah Syaikh Ibrahim Al Baijuri ‘ala Syarh Al ‘Allamah Ibnul Qosim Al Ghozzi ‘ala Matan Abi Syuja’, terbitan Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, terbitan Kementrian Wakaf dan Urusan Islamiyah Kuwait.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">—</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">@ Pesantren Darush Sholihin, Warak, Girisekar, Panggang, Gunungkidul, D. I. Yogyakarta, di Kamis pagi, 4 Sya’ban 1434 H</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Artikel Muslim.Or.Id</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">==========</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Silakan like FB fanspage Muslim.Or.Id dan follow twitter @muslimindo</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dari artikel 'Fikih Puasa (1): Syarat Wajib Puasa — Muslim.Or.Id'</span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-44363935527550758742013-07-04T15:34:00.001+07:002013-07-04T15:34:43.366+07:00Selamat Menyambut Ramadhan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-B-YiMWXVbU4/UdUzjDGQQPI/AAAAAAAACzg/kcMZlVTz3ow/s310/Ramadhan+is+Coming+Soon.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="336" src="http://4.bp.blogspot.com/-B-YiMWXVbU4/UdUzjDGQQPI/AAAAAAAACzg/kcMZlVTz3ow/s640/Ramadhan+is+Coming+Soon.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
Selamat Menyambut Ramadhan<br />
(Syaikh DR. Sa'ad Al-Khotslaan hafizohullaoh)<br />
<br />
Beliau berkata :<br />
<br />
التهنئة بشهر رمضان أو بغيره تدخل في أبواب العادات، والأصل في العادات الحل والإباحة إلا ما ورد الدليل بمنعه، ولا أعلم ما يمنع من جواز التهنئة بشهر رمضان، وتهنئة المسلم بحصول ما يسره أمر مشروع كما جاء في الصحيحن عن كعب بن مالك في قصة الثلاثة الذين خلفوا أنه لما نزل القرآن بتوبة الله عليهم جعل الصحابة يهنئونه ،<br />
<br />
Memberi selamat menyambut datangnya bulan ramadhan atau yang lainnya termasuk dalam perkara-perkara adat-istiadat/tradisi. Dan hukum asal dalam perkara adat-istiadat adalah halal kecuali perkara yang dilarang oleh dalil. Dan aku tidak mengetahui dalil yang melarang bolehnya memberi selamat akan datangnya ramadhan.<br />
<br />
<br />
Dan menyampaikan selamat kepada seorang muslim atas sesuatu perkara yang menggembirakannya merupakan perkara yang disyariatkan, sebagaimana datang dalam shahihain (shahih al-Bukhari dan shahih Muslim) dari Ka'ab bin Malik tentang kisah tiga sahabat yang tidak ikut perang Tabuk. Yaitu tatkala turun ayat Al-Quran bahwa Allah menerima taubat mereka bertiga maka para sahabat pun memberi ucapan selamat kepada Ka'ab bin Malik.<br />
<br />
ولا شك أن دخول شهر رمضان مما يسر المسلم ويغتبط به ، وكيف لايسر المسلم بنعمة الله عليه أن بلغه شهرالخيرات والبركات ورفعة الدرجات ،<br />
<br />
Dan tidak diragukan bahwa masuknya bulan Ramadhan merupakan perkara yang menggembirakan seorang muslim dan ia dicemburui karenanya. Bagaimana seorang muslim tidak gembira dengan anugerah Allah yang berikan kepadanya dengan menjadikannya bertemu dengan bulan kebaikan dan keberkahan serta ditinggikannya derajat?<br />
<br />
وأسوق هنا فتوى للشيخ العلامة عبد الرحمن السعدي رحمه الله وقد سئل عن هذه المسألة فقال :- (هذه المسائل وما أشبهها مبنية على أصل عظيم نافع، وهو أن الأصل في جميع العادات القولية والفعلية الإباحة والجواز، فلا يحرم منها ولا يكره إلا ما نهى عنه الشارع، أو تضمن مفسدة شرعية، وهذا الأصل الكبير قد دل عليه الكتاب والسنة في مواضع وذكره شيخ الإسلام ابن تيمية وغيره ،<br />
<br />
Dan aku bawakan di sini fatwa syaikh Al-'Allaamah Abdurrahman As-Sa'diy rahimahullah, tatkala beliau ditanya tentang permasalahan ini maka beliau berkata :<br />
<br />
"Permasalahan-permasalahan seperti ini dan yang semisalnya dibangun di atas suatu kaidah yang agung dan bermanfaat, yaitu bahwasanya hukum asal dalam seluruh perkara-perkara adat/tradisi baik berupa perkataan maupun perbuatan adalah mubah dan bolehnya. Maka tidak yang diharamkan atau dimakruhkan kecuali perkara yang dilarang oleh syar'at, atau mengandung suatu mafsadah syar'iyyah. Qaidah besar akan hukum asal ini telah ditunjukkan oleh Al-Qur'an dan hadits-haidts Nabi dalam beberapa tempat, dan juga telah disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan ulama yang lainnya.<br />
<br />
فهذه الصور المسؤول عنها وما أشبهها من هذا القبيل، فإن الناس لم يقصدوا التعبد بها، وإنما هي عوائد وخطابات وجوابات جرت بينهم في مناسبات لا محذور فيها، بل فيها مصلحة دعاء المؤمنين بعضهم لبعض بدعاء مناسب، وتآلف القلوب كما هو مشاهد<br />
<br />
Permasalahan yang ditanyakan ini dan juga yang semisalnya termasuk dalam bentuk ini (hukum asal dalam tradisi adalah mubah/boleh), karena masyarakat tidak memaksudkan untuk beribadah tatkala memberi ucapan selamat. Akan terapi ini hanyalah adat istiadat/ tradisi dan kebiasaan, surat-suratan dan jawaban surat-surat tersebut (sms-sms, email, dll-pen) yang sering mereka lakukan diantara mereka dalam acara-acara dan momen-momen tertentu yang tidak ada perkara haram padanya. Bahkan pada perbuatan ini ada kemaslahatan berupa bentuk saling mendoakan dengan doa yang cocok/sesuai, serta semakin timbul kedekatan hati diantara mereka, sebagaimana yang telah disaksikan buktinya.<br />
<br />
أما الإجابة في هذه الأمور لمن ابتدأ بشيء من ذلك، فالذي نرى أنه يجب عليه أن يجيبه بالجواب المناسب مثل الأجوبة بينهم، لأنها من العدل، ولأن ترك الإجابة يوغر الصدور ويشوش الخواطر.<br />
<br />
Adapun hukum menjawab ucapan-ucapan selamat tersebut kepada orang yang memulai/mendahului memberi selamat maka menurut kami adalah wajib baginya untuk menjawabnya dengan jawaban yang sesuai seperti jawaban-jawaban yang sesuai diantara mereka. Karena ini termasuk keadilan, dan tidak memberi jawaban akan mengusik hati dan menggelisahkan dada.<br />
<br />
ثم اعلم أن هاهنا قاعدة حسنة، وهي: أن العادات والمباحات قد يقترن بها من المصالح والمنافع ما يلحقها بالأمور المحبوبة لله، بحسب ما ينتج عنها وما تثمره، كما أنه قد يقترن ببعض العادات من المفاسد والمضار ما يلحقها بالأمور الممنوعة، وأمثلة هذه القاعدة كثيرة جداً " أ.هـ.<br />
<br />
Kemudian untuk diketahui bahwasanya ada sebuah kaidah yang indah, yaitu bahwasanya perkara-perkara adat istiadat dan juga perkara-perkara yang mubah terkadang disertai dengan kemaslahatan-kemaslahatan dan manfaat-manfaat yang menjadikan perkara adat tersebut termasuk perkara-perkara yang dicintai oleh Allah, sesuai berdasarkan buah dari perkara adat istiadat tersebut. Sebagaimana pula terkadang perkara adat istiadat tersebut disertai dengan mafsadah dan kemudorotan yang menjadikan perkara adat istiadat tersebut akhirnya terlarang. Dan contoh-contoh kaidah sangatlah banyak"<br />
<br />
(http://www.saad-alkthlan.com/text-60)<br />
<br />
<br />
<br />
Firanda Andirja<br />
Artikel www.firanda.comAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-72836234489849116382013-06-14T15:31:00.000+07:002013-06-14T15:31:13.693+07:00Robert Dickson Crane,Mantan Penasehat Presiden AS memilih jadi Muslim<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-3PMQt64e2YY/UbrUpdR4_WI/AAAAAAAACwE/DrS1Z7bq15w/s1600/Robert+Dickson+Crane+masuk+islam.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-3PMQt64e2YY/UbrUpdR4_WI/AAAAAAAACwE/DrS1Z7bq15w/s1600/Robert+Dickson+Crane+masuk+islam.png" /></a></div>
<div style="background-color: #fefdfa; color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
<br /></div>
<div style="background-color: #fefdfa; color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
Berbagai posisi penting dalam pemerintahan Amerika Serikat (AS) pernah ditempati Robert Dickson Crane. Dia pernah menjabat sebagai penasihat politik luar negeri untuk Presiden AS ke-37, Richard Nixon, dari 1963 sampai 1968, dan untuk waktu yang sangat singkat menjabat wakil direktur perencanaan Dewan Keamanan Nasional pada masa pemerintahan Nixon, serta menjadi duta besar untuk Uni Emirat Arab (UEA) di masa pemerintahan Presiden Ronald Reagan.</div>
<div style="background-color: #fefdfa; color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
Setelah memeluk Islam, lelaki kelahiran Cambridge, Massachusetts, AS, 26 Maret 1929 ini lebih banyak berkecimpung dalam berbagai kegiatan yang mengkampanyekan tentang Islam. Perjalanan Crane dalam menemukan Islam cukup panjang. Nenek moyang Crane dari garis ibu berasal dari daratan Eropa yang bermigrasi ke wilayah Amerika.<br /><span id="more-3823"></span><br />Keluarganya datang ke New Haven, Connecticut, pada 1636. Beberapa di antara mereka menetap di Elizabethtown (sekarang Elizabeth), New Jersey. Sementara nenek dari pihak ayahnya berasal dari suku Indian Cherokee. Meski berasal dari kalangan suku Indian, namun keluarga besar Crane tetap menomorsatukan urusan pendidikan. Ayah Crane merupakan seorang pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Harvard.</div>
<div style="background-color: #fefdfa; color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
Sementara keluarga besar ibunya dikenal publik Amerika sebagai salah satu penyokong finansial Universitas Northwestern. Karenanya tak mengherankan jika sedari kecil hingga dewasa ia mendapatkan pendidikan yang memadai.</div>
<div style="background-color: #fefdfa; color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
Selepas menamatkan pendidikan menengah atas, Crane sempat berkuliah di Universitas Harvard, namun tidak sampai tamat. Kemudian ia melanjutkan pendidikan setingkat sarjana muda di Universitas Northwestern. Setelah lulus dari Northwestern, ia diminta untuk membantu menjalankan usaha keluarga.</div>
<div style="background-color: #fefdfa; color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
Kemudian kedua orang tuanya memintanya untuk melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Harvard. Sejak muda, Crane gemar menulis berbagai artikel. Salah satu artikel yang pernah ditulisnya adalah mengenai strategi ruang angkasa Soviet. Ketika pecah Krisis Misil Kuba, ia menulis sebuah artikel panjang tentang strategi perang psikis.</div>
<div style="background-color: #fefdfa; color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
“Saya sudah menduga bahwa Soviet akan memenangkan krisis misil itu. Setiap orang berpikir bahwa Amerika Serikat akan menundukkan mereka, tetapi bagi saya jelas bahwa tujuan Krushchev (pemimpin Soviet kala itu, red) bukanlah mengintimidasi atau menggunakan misinya untuk melawan Amerika Serikat. Tujuannya adalah mengkonsolidasi kekuatan Komunis di Kuba. Caranya adalah dengan memasang misil-misil tersebut, kemudian menariknya kembali dengan jaminan komitmen Amerika agar tidak mencampuri urusan Fidel Castro, itulah yang sebenarnya terjadi,’’ papar Crane dalam buku American Jihad, Islam After Malcolm X, karya Steven Barbosa.</div>
<div style="background-color: #fefdfa; color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
Tanpa ia duga, artikel tersebut dibaca oleh mantan orang nomor satu di Amerika, Richard Nixon. Nixon membacanya di atas pesawat dalam penerbangan dari California ke New York. “Dia memanggil saya segera setelah mendarat, pada Januari 1963, dan bertanya apakah saya bersedia menjadi penasihatnya untuk urusan politik luar negeri,” ungkap Crane.</div>
<div style="background-color: #fefdfa; color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
Sebagai penasihat presiden tentunya ia harus menguasai berbagai aspek persoalan terkait dengan politik luar negeri. Tugas utamanya saat itu adalah mengumpulkan artikel-artikel terbaik pada setiap pokok persoalan dan menggabungkan semua artikel tersebut menjadi buku ringkasan untuk dibaca oleh Nixon.</div>
<div style="background-color: #fefdfa; color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
Berbagai macam artikel dibacanya, salah satunya adalah mengenai agama. Ia tertarik untuk membaca tentang bermacam-macam agama. Dan dia ingin mengetahui tentang Islam. “Saat itu saya telah membaca sedikit tentang Islam, sebab saya pikir Islam akan menjadi sekutu Amerika Serikat yang paling kuat dan tahan lama untuk melawan Komunisme. Sebab kami berdua, saya dan Nixon, memandang Komunisme sebagai ancaman dunia,” tutur Crane.</div>
<div style="background-color: #fefdfa; color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
Saat Nixon hendak mencalonkan diri sebagai Presiden AS, Crane termasuk salah satu orang terdekat Nixon yang tidak memberikan dukungan. Terlebih lagi pemikirannya yang kerap berseberangan dengan ketua tim sukses Henry Kissinger, membuatnya disingkirkan selama masa kampanye 1968.</div>
<div style="background-color: #fefdfa; color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
Setelah terpilih menjadi Presiden AS ke-37, Nixon menunjuk Crane menjadi wakil direktur perencanaan untuk Dewan Keamanan Nasional. Sementara posisi direktur dipegang oleh Kissinger. Namun, hubungannya yang kurang harmonis dengan Kissinger membuat Crane tersingkir dari Dewan Keamanan Nasional.</div>
<div style="background-color: #fefdfa; color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
Crane mengakui pada awalnya tidak pernah memikirkan Islam secara serius. Yang diketahuinya tentang Islam hanyalah bahwa Muslim yang baik harus membunuh orang Kristen dan surga orang Muslim seperti rumah pelacuran. “Saya sangat muak dan tidak pernah berhasrat mempelajari agama ini. Agama ini sangat primitif. Dan saya menasihati Nixon untuk menggunakan Islam sebagai sekutu untuk melawan komunis. Saya pikir Islam adalah agama yang menjijikkan, tetapi paling tidak, dapat digunakan untuk melawan komunisme,” kata dia memaparkan.</div>
<div style="background-color: #fefdfa; color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
Tetapi, sebuah perjamuan makan di Bahrain mengubah pandangannya tentang Islam. Saat itu musim panas tahun 1977, Crane beserta istrinya sedang berada di Bahrain. Di tengah suhu yang begitu panas, sang istri memintanya menemani melihat-lihat istana di Al-Muharraq, yang merupakan kota dagang tertua di dunia. Kota ini hanya terdiri dari lorong-lorong sempit, seperti sebuah jaringan jalan yang semrawut.</div>
<div style="background-color: #fefdfa; color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
Kondisi jalan yang semrawut ini membuat Crane dan istrinya tersesat di tengah keramaian. Dalam kondisi bingung, tiba-tiba ada orang tua lewat di depannya dan mengajak Crane ke rumahnya yang berada tidak jauh dari lokasinya saat itu. Crane beserta istri kemudian menghabiskan sisa hari mereka di sana. Sang tuan rumah menjamu mereka dengan berbagai macam makanan.</div>
<div style="background-color: #fefdfa; color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
“Kami berbicara tentang berbagai hal, dan dia mengatakan bahwa dia seorang Muslim. Saya sungguh terpesona karena dia benar-benar orang baik. Kami tidak pernah membicarakan tentang Islam. Kami berbincang tentang apa-apa yang baik di dunia, tentang hal-hal yang buruk di dunia, dan tentang apa yang penting di dunia. Juga tentang peran Tuhan di dunia, tetapi tidak mengenai agama Islam,’’ ujar dia mengenang.</div>
<div style="background-color: #fefdfa; color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
Momen tersebut benar-benar membekas dalam dirinya. Setelah perjamuan tersebut, Crane mulai berpikir apakah sebaiknya ia mulai mempelajari agama Islam. Ia pun mempelajari Islam, dan menyadari bahwa segala sesuatu dalam Islam adalah benar-benar apa yang selama ini selalu diyakininya.</div>
<div style="background-color: #fefdfa; color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
Pada tahun 1980, ia berkesempatan mengikuti sebuah konferensi tentang gerakan Islam di New Hampshire. Seluruh pemikir besar dari gerakan Islam dunia hadir di sana. Ketika waktu makan siang tiba, Crane lebih memilih bergabung bersama para tamu asing. Yang ada dalam pikirannya saat itu hanyalah keinginan untuk belajar sebanyak mungkin dari mereka.</div>
<div style="background-color: #fefdfa; color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
Tanpa banyak bertanya, Crane kemudian mengikuti langkah para delegasi asing ini ke sebuah ruangan yang lantainya ditutupi permadani. Semula ia mengira mereka akan makan siang. Namun, dia baru menyadari kalau hari itu adalah hari Jumat.</div>
<div style="background-color: #fefdfa; color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
“Mereka akan melakukan shalat Jumat. Saya memutuskan sebaiknya saya meninggalkan mereka. Tetapi saya pikir itu akan menyinggung perasaan mereka. Lalu saya hanya duduk di bagian belakang ruangan,” ujar. Yang bertindak selaku imam shalat saat itu adalah Hasan Al-Turabi, seorang tokoh terkemuka gerakan Islam internasional asal Sudan. Menyaksikan Al-Turabi bersujud, Crane pun terhenyak sesaat.</div>
<div style="background-color: #fefdfa; color: #333333; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
“Saya menyadari bahwa dia membungkuk kepada Allah. Jika dia dapat bersujud kepada Allah maka itu artinya dia sepuluh kali lebih baik dari saya. Saya memutuskan bahwa saya juga harus bersujud,” batinnya. Dia merasa mendapatkan teladan dari situ. Saat itu juga, Crane bersujud dan memutus kan untuk menjadi seorang Muslim[republika/answering.wordpress.com]</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-1797458472436179982013-06-12T11:43:00.003+07:002013-06-12T11:43:50.704+07:00TIRANI KECANTIKAN; Jebakan bagi Wanita Muslimah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-Wuy7BJSC1BU/Ubf8R0vVkWI/AAAAAAAACvk/6zcLglVJBLE/s1600/chunkybarcantiksih.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="http://4.bp.blogspot.com/-Wuy7BJSC1BU/Ubf8R0vVkWI/AAAAAAAACvk/6zcLglVJBLE/s400/chunkybarcantiksih.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
Membaca judul di atas mungkin membuat sebagian di antara anda bertanya, “Bagaimana bisa kecantikan menjadi tirani?” Menyaksiakan fenomena di zaman sekarang ini yakinlah bahwa kecantikan bisa menjadi tirani yang memenjarakan seorang wanita sehingga menjadi budaknya. Kecantikan saat ini layaknya berhala yang dipuja. Seorang wanita bisa mengisolasi diri berjam-jam dan merogoh kocek yang fantastis hanya untuk tampil menawan. Wanita lainnya rela melakukan ritual apa pun yang bisa membuatnya tampil cantik dan menarik. Mulai dari berlapar-lapar dengan diet super ketat, menjauhi makanan yang halal lagi baik demi mendapatkan bentuk tubuh yang proporsional, sedot sana sini, dempul sana sini, agar terlihat seperti bintang iklan yang mempromosikan sebuah produk kecantikan. Padahal bukan rahasia kalau foto atau gambar bintang yang ditampilkan dalam iklan tersebut telah mengalami ‘retouched’ dengan perangkat teknologi canggih agar terlihat sempurna. Yang lebih parah lagi, sebagian bahkan rela merusak agamanya, mendatangi para dukun dan tukang tenung hanya untuk bisa tampil cantik dan menarik.<br />
<br />
Kecantikan memang sudah lama bukan lagi menjadi kesenangan pribadi yang rahasia bagi kaum wanita. Kecantikan telah menjadi ‘barang publik’ yang bisa dinikmati siapa saja yang melihatnya. Dan sebagaimana layaknya barang publik, ada tuntutan untuk memberi layanan prima, sehingga para wanita selalu berusaha untuk tampil cantik dalam segala kesempatan. Tidak terkecuali wanita muslimah dengan jilbab trendi mereka. “Tampil cantik dengan berjilbab”, itu adalah moto sebagian orang. Soal pakaiannya benar-benar syar’i atau tidak, itu urusan lain. Yang penting kepala dan seluruh tubuh atau aurat ‘terbalut’ dengan ‘indah.<br />
<br />
Saya ingin mengutip tulisan Ismail Adam Patel dalam bukunya ‘Islam, the Choice of Thinking Women’ terkait masalah ini. Dia mengatakan:<br />
<br />
Kecantikan telah menjadi nilai tukar, dan seperti uang, sangat dicari oleh para wanita. Namun demikian, ia lebih sukar untuk dijangkau daripada pound atau dolar, karena kaum laki-laki terus mendevaluasi ’nilai tukar’ tersebut. Tidak ada standar yang universal: ”Kecantikan” adalah sebuah berhala yang diciptakan oleh kaum laki-laki Barat, yang menaikkan dan merubah standar sekehendaknya, menjadikannya tidak mungkin untuk diraih oleh ibu, saudari atau anak perempuannya. Kecantikan wanita tidak ada hubungannya dengan wanita: kecantikan adalah segala hal mengenai intuisi dan kekuasaan laki-laki. Di Barat, hak laki-laki untuk memberikan penilaian terhadap penampilan wanita tanpa dirinya sendiri tunduk pada penilaian cermat (seperti yang dilakukannya kepada wanita-pent), dipandang sebagai pemberian Tuhan.<br />
<br />
Ketika para wanita kulit putih kelas menengah melemparkan celemek mereka dan berbaris keluar dari pintu rumahnya dalam mengejar kebebasan, mereka jatuh tepat ke dalam jebakan salon kecantikan kapitalis. Pasar kapitalis telah memanipulasi wanita untuk membelanjankan lebih dari $33 milyar setiap tahun untuk produk diet, $20 milyar untuk produk kosmetik, $300 milyar untuk bedah kecantikan dan lebih dari $7 milyar dalam pornografi.<br />
<br />
Di bagian lagi sang penulis berkata:<br />
<br />
Industri mode menekan wanita untuk berperang dengan tubuh alami mereka sendiri melalui bedah kosmetik, mencekik diri mereka dengan pakaian dan rok ketat, membuat pincang kakinya dengan hak sepatu lancip dan berlapar-lapar hingga membahayakan kesehatan mereka atas nama diet.<br />
Mode dan trend. Tampil modis dan trendi. Betapa banyak orang yang merasa gagal dan menjadi kehilangan kepercayaan diri bahkan frustrasi ketika tidak (mampu) mengikuti mode atau trend. Bukankah jilbab pun akhirnya diperlakukan sama, agar selalu mengikuti mode dan tren yang sedang ‘in’?. Bukankah jilbab kemudian kehilangan ensensinya sebagai penutup aurat dan lebih dimaksudkan untuk tampil menarik dalam paduan kaos pendek dan ketat dengan celana yang membentuk setiap lekukan tubuh, ditambah sepatu hak tinggi lancip yang menyebabkan setiap ayunan langkah membuat risih orang yang memandang?<br />
<br />
Ya, itu semua demi untuk memenuhi selera pasar (atau pasaran) yang menghendaki wanita tampil cantik dan menarik. Menurut anda, siapa sebenarnya yang diuntungkan dengan penampilan cantik seorang wanita? Wanita itu sendiri kah? Atau para penikmat asing di luar sana? Sadar atau tidak, sebagian besar penikmat kecantikan itu adalah orang-orang di luar sana. Para lelaki yang tidak anda kenal yang terdiri dari berbagai macam karakter, dengan berbagai macam ide dan hayalan yang bisa timbul di benak mereka yang distimulasi oleh penampilan anda.<br />
<br />
Tahukah anda bahwa sebagaimana layaknya barang publik, maka dalam kasus penampilan cantik pun ada saja yang namanya ‘free rider’, alias orang-orang yang menarik manfaat dari penampilan cantik tersebut, meskipun kecantikan itu tidak ditujukan untuk menarik perhatiannya. Jangan salahkan mata liar laki-laki berpemikiran mesum pada penampilan anda, karena kecantikan anda adalah barang publik, yang memang dipertontonkan untuk umum. Hanya sekedar melilitkan kerudung kecil di kepala dan balutan pakaian ketat di sekujur tubuh dan pengakuan bahwa itu adalah jilbab, tidak menjadikan diri anda terlindung dari pengamatan jahil laki-laki iseng.<br />
<br />
Sebagian wanita dengan enteng mengatakan, “Hak saya untuk berpenampilan seperti yang saya inginkan. Soal orang lain kemudian berpikiran ‘kotor’ itu salah mereka.” Loh? Bukankah anda sendiri yang menempatkan diri anda sebagai ‘obyek’ tontonan yang menggoda? Bukankah pelecehan seksual yang banyak terjadi atas kaum wanita diantaranya disebabkan oleh penampilan menggoda sang wanita itu sendiri? Bukankah kaum wanita itu sendiri yang telah menempatkan dirinya pada posisi rawan, rentan terhadap aksi pelecehan sementara dirinya sendiri lemah, tidak memiliki kemampuan untuk melawan? Tanggung jawab untuk melindungi kehormatan wanita adalah dimulai dari diri mereka sendiri. Mengapa justru memancing di air keruh?<br />
<br />
Maaf, saya tidak hendak mengatakan bahwa keinginan untuk tampil cantik itu salah. Ingin tampil cantik dan menarik adalah tabiat wanita. Semua wanita saya kira sama pada kadar tertentu, ingin selalu terlihat cantik. Akan tetapi kecantikan bukanlah barang publik. Tidak ditentukan oleh trend di majalah mode. Kecantikan bukanlah kesepakatan orang (baca kaum laki-laki) atas diri anda bahwa penampilan anda super. Kecantikan itu tidak ditunjukkan dengan jilbab gaul yang trendi, yang membalut ketat seluruh tubuh disertai riasan-riasan sehingga tampil menggoda. Bukan! Bukan itu! Jangan seperti itu! Jilbab syar’i tidak seperti itu!<br />
<br />
Anda adalah pribadi yang bebas, yang mandiri! Anda adalah subyek, bukan obyek! Anda adalah wanita yang dimuliakan di dalam Islam, yang dilindungi dengan seperangkat aturan untuk menjaga kehormatannya. Islam memerintahkan untuk menutup diri dengan pakaian malu bukan untuk mengucilkan anda dari pergaulan, tetapi justru untuk melindungi kehornmatan anda.<br />
<br />
Anda adalah seorang yang merdeka, bukan benda yang bisa dinilai, ditaksir dan diberi label harga yang pantas, sehingga untuk medapatkan label harga yang tinggi atas kecantikan itu, anda rela melakukan berbagai cara, meski menyakiti diri dan menabrak norma-norma syar’i. Anda bukan wanita lemah tanpa daya yang selalu terombang-ambing mengikuti arus pasar kapitalis dan para penyerunya. Tidak! Anda lebih berharga daripada wanita pembeo yang latah pada perkembangan mode. Anda jauh lebih berharga dari itu! Menutup aurat dengan jilbab syar’i bukanlah kungkungan dan bukan pula keterbelakangan, akan tetapi kebebasan. Terbebas dari padangan mata iseng yang melihat wanita dan kecantikannya hanya sekedar obyek. Kebebasan untuk menunjukkan sikap dan menentukan pilihan; pilihan pada sesuatu yang Allah ridhai. Menjadikan diri anda subyek, pribadi yang dihargai kecerdasannya, agama dan akhlaknya, karakter dan kepribadiannya, dan bukan sekedar penghargaan pada fisiknya, atau isi rekeningnya.<br />
<br />
Dan seperti kata Mr. Patel dalam judul bukunya, ‘Islam adalah pilihan bagi wanita yang berakal’, sebuah pertanyaan terlintas, “seberapa cerdas kita kaum muslimah, menjadikan Islam sebagai pilihan?” Bukan sesuatu yang mudah dijawab, apalagi diimplemetasikan. Setidaknya pada tataran penampilan kita bisa mulai berbenah diri agar tidak terjebak dalam tirani kecantikan dan belajar untuk memilih yang terbaik, keberanian untuk mengakui identitas sebagai seorang muslimah yang menampakkan rasa malu, dengan mengenakan jilbab syar’i.<br />
Wallahu a’lam.<br />
<br />
---------------------Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-21743740423221762332013-06-12T11:21:00.001+07:002013-06-12T11:21:28.586+07:00Sebelum Waktu Kita Usai…<b><span style="color: red;">Sebelum Waktu Kita Usai…</span></b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-cr-jnf6JK14/Ubf3HJAQfFI/AAAAAAAACvU/u2FN09HGH2o/s1600/12-acuan-pentingtidaknya-aktivitas-anda-3821-todopano-.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-cr-jnf6JK14/Ubf3HJAQfFI/AAAAAAAACvU/u2FN09HGH2o/s1600/12-acuan-pentingtidaknya-aktivitas-anda-3821-todopano-.jpg" /></a></div>
<br />
Penulis: Ummul Hasan<br />
Muraja’ah: Ust. Abu Salman<br />
<br />
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa menyiapkan bekalnya untuk hari esok (Hari Kiamat). Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala hal yang engkau kerjakan.” (Qs. Al-Hasyr: 18)<br />
<br />
Jika ada jual-beli yang paling menguntungkan di dunia, maka itu adalah jual-beli antara orang-orang yang beriman dengan Allah. Dalam perdagangan tersebut, Allah memberi manusia sebuah modal yang sangat mahal dan tak ternilai harganya, yang dengannya manusia menjalani kehidupannya di muka bumi. Di antara mereka ada yang cerdas dalam berdagang sehingga akhirnya memperoleh keuntungan yang luar biasa. Akan tetapi, ternyata ada pula di antara mereka yang tak pandai berdagang sehingga sungguh merugilah perdagangannya. Sungguh kenyataan yang menyedihkan.<br />
<br />
<br />
Allah telah memberi modal yang sama kepada setiap orang berupa waktu 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu, 30 hari dalam sebulan, dan 12 bulan dalam setahun. Jika setiap orang mempunyai modal yang sama, bagaimana caranya agar kita menjadi pedagang yang memperoleh keuntungan luar biasa di akhir perdagangan ini?? Peliharalah waktu dengan baik. Itu kuncinya!!<br />
<br />
Apa Makna “Mengelola Waktu”?<br />
<br />
Terlebih dahulu mari kita luruskan persepsi kita mengenai pengelolaan waktu.<br />
<br />
Saudariku, menurutmu apa persepsi “pandai mengelola waktu”? Apakah orang yang pandai mengelola waktu adalah orang yang waktunya habis untuk menekuni pelajaran-pelajaran kuliah? Ataukah orang yang sibuk bekerja dan mendapat uang yang banyak? Ataukah orang yang sibuk berorganisasi? Ataukah mereka yang lelah dan letih berpeluh berkeringat semata-mata untuk dunia?<br />
<br />
Semoga jawabanmu bukan itu. Jika jawabanmu seperti itu, maka mari kita simak penjelasan berikut ini:<br />
<br />
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam memgang pundakku, lalu bersabda, ‘Jadikanlah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara.’” Lalu Ibnu `Umar radhiyallahu `anhu berkata, “Jika engkau di waktu sore, maka janganlah engkau menunggu pagi, dan jika engkau di waktu pagi, maka jangnlah menunggu sore, dan pergunakanlah waktu sehatmu sebelum engkau sakit dan waktu hidupmu sebelum kamu mati.” (HR. Bukhari).<br />
<br />
Seorang ulama yaitu Ibnu Daqiq Al-`Id menjelaskan hadits tersebut dengan sangat indah,<br />
“Kalimat “pergunakanlah waktu sehatmu sebelum engkau sakit” adalah perintah kepada kita untuk memanfaatkan kesehatan kita dan berusaha dengan penuh kesungguhan selama masa itu, karena khawatir bertemu dengan masa sakit yang dapat merintangi usaha untuk beramal. Begitu pula “waktu hidupmu sebelum engkau mati” mengingatkan agar memanfaatkan masa hidup kita, karena barangsiapa mati, amalnya terputus dan angan-angannya lenyap, serta akan muncul penyesalan yang berat karena kelengahannya meninggalkan kebaikan. Hendaklah ia menyadari bahwa ia akan menghadapi masa yang panjang di alam kubur, sedangkan ia tidak dapat beramal dan tidak mungkin dapat beribadah kepada Allah lagi di alam kubur. Oleh karena itu, hendaklah ia memanfaatkan seluruh masa hidupnya itu untuk berbuat kebajikan.<br />
<br />
Ali bin Abi Thalib berkata, ‘Dunia berjalan meninggalkan (manusia) sedangkan akhirat berjalan menjemput (manusia) dan masing-masing mempunyai penggemar, karena itu jadilah engkau penggemar akhirat dan jangan menjadi penggemar dunia. Sesungguhnya masa ini (hidup di dunia adalah masa beramal bukan masa pembalasan, sedangkan esok (hari akhirat) adalah masa pembalasan bukan masa beramal.’<br />
<br />
Seseorang hendaknya mempersedikit angan-angannya karena takut ajalnya akan datang dengan tiba-tiba serta selalu ingat bahwa ajalnya telah dekat. Barang siapa yang mengabaikan ajalnya, maka patutlah dia didatangi ajalnya degan tiba-tiba dan diserang ketika ia dalam keadaan terpedaya dan lengah, karena manusia sering terpedaya oleh angan-angannya akan (kesenangan dunia).”<br />
<br />
Wahai saudariku, bagaimana tanggapanmu setelah membaca penuturan Ibnu Daqiq Al-`Id di atas. Semoga kini pandanganmu tentang hidup dan waktu telah berubah. Ya, engkau benar, bahwa modal yang dikaruniakan Allah kepada kita berupa waktu haruslah kita manfaatkan sebesar-besarnya untuk mengejar akhirat.<br />
<br />
Meskipun demikian, bukan berarti kita sama sekali tidak mengurusi dunia kita. Akan tetapi, kita mengurusinya sebatas kebutuhan dan jangan sampai seumur hidup kita habis untuk mencari uang. Padahal makan dan minum, tempat tinggal, pakaian, dan kebutuhan hidup telah tercukupi. Jangan pula kita habiskan hidup ini untuk mengejar jabatan, kedudukan, karir dan prestasi duniawi, sedangkan persoalan mendasar dalam agama justru kita sepelekan. Sungguh merupakan pengaturan waktu yang buruk ketika seorang muslim menghabiskan hampir seluruh waktunya dalam sehari untuk dunia sedangkan waktu untuk mengurusi akhiratnya hanya dia sisihkan dari sisa-sisa waktu yang terselip.<br />
<br />
Lalu, bagaimana seharusnya cara mengelola waktu yang benar?<br />
<br />
Pengelolaan waktu pastinya berbeda setiap orang, namun ada cara pengelolaan waktu secara umum yang insya Allah dapat diterapkan setiap orang.<br />
<br />
Siapkanlah buku agenda, catatan, atau yang sejenisnya untuk menyusun jadwal harian. Catatlah jadwal kegiatan harian dan evaluasilah. Sudahkah rencana itu dikerjakan? Jika tidak, mengapa tidak dikerjakan? Apakah karena faktor kemalasan atau faktor lain yang tidak bisa kita hindari?<br />
Bagilah waktumu dalam tiga pembagian besar: pagi (jam 03.00-12.00), siang (jam 12.00-18.00), dan malam (jam 18.00-03.00).<br />
Pagi hari (jam 03.00) dapat kita gunakan untuk shalat tahajjud, menghafal Al-Qur’an, bermunajat kepada Allah, dan mengevaluasi diri. Saat waktu shubuh tiba, kita bisa segera shalat kemudian mandi dan mempersiapkan aktifitas di hari itu. Jam 05.30-06.30 bisa digunakan untuk mempelajari ulang ilmu-ilmu agama. Semoga bisa menjadi bekal menjalani hari. Selanjutnya hingga siang, kita bisa menyelesaikan berbagai urusan.<br />
Pagi hingga siang hari biasanya merupakan waktu yang padat aktifitas, maka pandailah dalam mengelola waktu. Saat berjalan kaki, jangan lupa sembari berdzikir. Jika sedang istirahat atau ada waktu luang sekitar 15 menit, bukalah Al-Qur’an, buku hadits yang ringkas, atau buku agama lainnya. Waktu luang yang singkat tersebut juga bisa kita manfaatkan dengan mendengarkan kaset murottal Al-Qur’an atau rekaman ta`lim. Semoga Allah memberi taufik kepada kita untuk dapat memanfaatkan waktu dengan baik.<br />
Pada waktu sore, sempatkanlah untuk menghadiri majelis ta’lim. Bagaimanapun juga jiwa membutuhkan makanan dan jika jiwa tak memperoleh makanan tentu dia akan sakit merana dan bisa mati tanpa kita duga!6. Pada malam hari, setelah menyelesaikan pekerjaan yang perlu diselesaikan, ulangilah kembali pelajaran ta`lim yang tadi sore diperoleh. Sesungguhnya ilmu dicari untuk diamalkan, bukan hanya untuk menambah tumpukan catatan. Jangan lupa mengevaluasi diri (muhasabah) sebelum tidur. Perbanyaklah istighfar dan dzikir kepada Allah.<br />
Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat. Aamiin.<br />
<br />
Marji’:<br />
Syarah Hadits Arba ‘in Imam Nawawi, oleh Ibnu Daqiq Al-`Id (edisi terjemahan, penerbit: Media Hidayah, 2001)Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-78730521448524036192013-06-11T09:55:00.000+07:002013-06-11T09:55:13.966+07:00Serba-Serbi Bulan Sya’ban (02)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-e75x5jW8Ghs/UbaRUBpVIMI/AAAAAAAACvE/Ni8oSzVt1iM/s1600/ada-apa-bulan-syaban.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="459" src="http://2.bp.blogspot.com/-e75x5jW8Ghs/UbaRUBpVIMI/AAAAAAAACvE/Ni8oSzVt1iM/s640/ada-apa-bulan-syaban.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><br /></strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Puasa Setelah Pertengahan Sya’ban</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Ada beberapa lafazh yang membicarakan larangan puasa setelah pertengahan bulan Sya’ban.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dari Abu Hurairah, Nabi <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda,</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانُ فَلاَ تَصُومُوا</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Jika tersisa separuh bulan Sya’ban, janganlah berpuasa.”</em> (HR. Tirmidzi no. 738 dan Abu Daud no. 2337)</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span id="more-1034" style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"></span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dalam lafazh lain,</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
إِذَا كَانَ النِّصْفُ مِنْ شَعْبَانَ فَلاَ صَوْمَ حَتَّى يَجِىءَ رَمَضَانُ</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Jika tersisa separuh bulan Sya’ban, maka tidak ada puasa sampai datang Ramadhan.”</em> (HR. Ibnu Majah no. 1651)</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dalam lafazh yang lain lagi,</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
إِذَا كَانَ النِّصْفُ مِنْ شَعْبَانَ فَأَمْسِكُوا عَنِ الصَّوْمِ حَتَّى يَكُونَ رَمَضَانُ</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Jika tersisa separuh bulan Sya’ban, maka tahanlah diri dari berpuasa hingga datang bulan Ramadhan.”</em> (HR. Ahmad)</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Sebenarnya para ulama berselisih pendapat dalam menilai hadits-hadits di atas dan hukum mengamalkannya.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Di antara ulama yang menshahihkan hadits di atas adalah At Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al Hakim, Ath Thahawiy, dan Ibnu ‘Abdil Barr. Di antara ulama belakangan yang menshahihkannya adalah Syaikh Al Albani <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">rahimahullah</em>.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Sedangkan ulama lainnya mengatakan bahwa hadits tersebut adalah hadits yang mungkar dan hadits mungkar adalah di antara hadits yang lemah. Di antara ulama yang berpendapat demikian adalah ‘Abdurrahman bin Mahdiy, Imam Ahmad, Abu Zur’ah Ar Rozi, dan Al Atsrom. Alasan mereka adalah karena hadits di atas bertentangan dengan hadits,</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
لاَ تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلاَ يَوْمَيْنِ</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Janganlah mendahulukan Ramadhan dengan sehari atau dua hari berpuasa.”</em> (HR. Muslim no. 1082). Jika dipahami dari hadits ini, berarti boleh mendahulukan sebelum <a href="http://muslim.or.id/ramadhan" style="-webkit-transition: color 0.3s ease 0s; background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; transition: color 0.3s ease 0s; vertical-align: baseline;">ramadhan</a> dengan berpuasa dua hari atau lebih.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Al Atsrom mengatakan, “Hadits larangan berpuasa setelah separuh bulan Sya’ban bertentangan dengan hadits lainnya. Karena Nabi <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> sendiri berpuasa di bulan Sya’ban seluruhnya (mayoritasnya) dan beliau lanjutkan dengan berpuasa di bulan Ramadhan. Dan hadits di atas juga bertentangan dengan hadits yang melarang berpuasa dua hari sebelum Ramadhan. Kesimpulannya, hadits tersebut adalah hadits yang syadz, bertentangan dengan hadits yang lebih kuat.”</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
At Thahawiy sendiri mengatakan bahwa hadits larangan berpuasa setelah separuh Sya’ban adalah hadits yang <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">mansukh</em> (sudah dihapus). Bahkan Ath Thohawiy menceritakan bahwa telah ada ijma’ (kesepakatan ulama) untuk tidak beramal dengan hadits tersebut. Dan mayoritas ulama memang tidak mengamalkan hadits tersebut.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Namun ada pendapat dari Imam Asy Syafi’i dan ulama Syafi’iyah, juga hal ini mencocoki pendapat sebagian ulama belakangan dari Hambali. Mereka mengatakan bahwa larangan berpuasa setelah separuh bulan Sya’ban adalah bagi orang yang tidak memiliki kebiasaan berpuasa ketika itu. Jadi bagi yang memiliki kebiasaan berpuasa (seperti puasa senin-kamis), boleh berpuasa ketika itu, menurut pendapat ini. (Lihat <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Lathoif Al Ma’arif</em>, 244-245)</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Puasa Satu atau Dua Hari Sebelum Ramadhan</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dari Abu Hurairah, Rasulullah <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda,</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
لاَ تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلاَ يَوْمَيْنِ إِلاَّ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا فَلْيَصُمْهُ</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Janganlah mendahulukan Ramadhan dengan sehari atau dua hari berpuasa kecuali jika seseorang memiliki kebiasaan berpuasa, maka berpuasalah.”</em> (HR. Muslim no. 1082)</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Berdasarkan keterangan dari Ibnu Rajab <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">rahimahullah</em>, berpuasa di akhir bulan Sya’ban ada tiga model:</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Pertama, jika berniat dalam rangka berhati-hati dalam perhitungan puasa Ramadhan sehingga dia berpuasa terlebih dahulu, maka seperti ini jelas terlarang.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Kedua, jika berniat untuk berpuasa nadzar atau mengqodho puasa Ramadhan yang belum dikerjakan, atau membayar kafaroh (tebusan), maka mayoritas ulama membolehkannya.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Ketiga, jika berniat berpuasa sunnah semata, maka ulama yang mengatakan harus ada pemisah antara puasa <a href="http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/serba-serbi-bulan-sya%E2%80%99ban-02.html" style="-webkit-transition: color 0.3s ease 0s; background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; transition: color 0.3s ease 0s; vertical-align: baseline;" title="Serba serbi bulan Sya'ban">Sya’ban</a> dan Ramadhan melarang hal ini walaupun itu mencocoki kebiasaan dia berpuasa, di antaranya adalah Al Hasan Al Bashri. Namun yang tepat dilihat apakah puasa tersebut adalah puasa yang biasa dia lakukan ataukah tidak sebagaimana makna tekstual dari hadits. Jadi jika satu atau dua hari sebelum Ramadhan adalah kebiasaan dia berpuasa –seperti puasa Senin-Kamis-, maka itu dibolehkan. Namun jika tidak, itulah yang terlarang. Pendapat inilah yang dipilih oleh Imam Asy Syafi’i, Imam Ahmad dan Al Auza’i. (Lihat <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Lathoif Al Ma’arif</em>, 257-258)</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Kenapa ada larangan mendahulukan puasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan?</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Pertama, jika berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan adalah dalam rangka hati-hati, maka hal ini terlarang agar tidak menambah hari berpuasa Ramadhan yang tidak dituntunkan.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Kedua, agar memisahkan antara puasa wajib dan <a href="http://muslim.or.id/tag/puasa" style="-webkit-transition: color 0.3s ease 0s; background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; transition: color 0.3s ease 0s; vertical-align: baseline;">puasa</a> sunnah. Dan memisahkan antara amalan yang wajib dan sunnah adalah sesuatu yang disyariatkan. Sebagaimana Nabi <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> melarang menyambungkan shalat wajib dengan shalat <a href="http://muslim.or.id/tag/sunnah" style="-webkit-transition: color 0.3s ease 0s; background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; transition: color 0.3s ease 0s; vertical-align: baseline;">sunnah</a> tanpa diselangi dengan salam atau <a href="http://muslim.or.id/tag/dzikir" style="-webkit-transition: color 0.3s ease 0s; background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; transition: color 0.3s ease 0s; vertical-align: baseline;">dzikir</a> terlebih dahulu. (Lihat <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Lathoif Al Ma’arif</em>, 258-259)</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Beberapa Hadits Lemah (Dho’if) dan Palsu (Maudhu’) di Bulan Sya’ban</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[Hadits Pertama]</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعَرِ غَنَمِ كَلْبٍ</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Sesungguhnya Allah Ta’ala turun ke langit dunia pada malam Nishfu Sya’ban, Dia akan mengampuni dosa walaupun itu lebih banyak dari jumlah bulu yang ada di kambing Bani Kalb.” [Bani Kalb adalah salah satu kabilah di Arab yang punya banyak kambing]</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Hadits ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi dan Ibnu Majah. At Tirmidzi mengatakan bahwa beliau mendengar Muhammad (yaitu Imam Bukhari) mendhoifkan hadits ini. (Lihat <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">As Silsilah Ash Shohihah</em>, no. 1144)</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[Hadits Kedua]</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا يَوْمَهَا. فَإِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ أَلاَ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ أَلاَ مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلاَ مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلاَ كَذَا أَلاَ كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Apabila datang malam nishfu sya’ban, maka hidupkanlah malam tersebut dan berpuasalah di siang harinya. Karena ketika itu, Allah turun ke langit dunia pada malam tersebut mulai dari tenggelamnya matahari. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Siapa saja yang meminta ampunan, Aku akan mengampuninya. Siapa saja yang meminta rizki, aku pun akan memberinya. Siapa saja yang tertimpa kesulitan, Aku pun akan membebaskannya. Siapa pun yang meminta sesuatu, Aku akan mengabulkannya hingga terbit fajar”.”</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Sanad hadits ini adalah lemah, bahkan menurut Syeikh Al Albani adalah <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">maudhu’</em> (palsu) karena di dalamnya terdapat perowi yang bernama Ibnu Abi Sabroh yang tertuduh sering memalsukan hadits sebagaimana dikatakan dalam <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">At Taqrib</em>. Imam Ahmad bin Hambal dan Ibnu Ma’in juga berpendapat demikian yaitu Ibnu Abi Basroh sering memalsukan hadits. Sehingga Syeikh Al Albani berkesimpulan bahwa sanad hadits ini <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">maudhu’</em> (palsu). (Lihat <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">As Silsilah Adh Dho’ifah</em>, no. 2132)</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[Hadits Ketiga]</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
رَجَبٌ شَهْرُ اللهِ وَ شَعْبَانُ شَهْرِيْ وَ رَمَضَانُ شَهْرُ أُمَّتِي .</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Rajab adalah syahrullah (bulan Allah), Sya’ban adalah bulanku dan <a href="http://muslim.or.id/tag/ramadhan" style="-webkit-transition: color 0.3s ease 0s; background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; transition: color 0.3s ease 0s; vertical-align: baseline;">Ramadhan</a> adalah bulan ummatku.”</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Dalam <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Al Jami’ Ash Shogir</em> (6839), Syeikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini dho’if.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<strong style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[Hadits Keempat]</strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
من صلى ليلة النصف من شعبان ثنتى عشرة ركعة يقرأ في كل ركعة قل هو الله أحد ثلاثين مرة، لم يخرج حتى يرى مقعده من الجنة …</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
“Barangsiapa melaksanakan <a href="http://muslim.or.id/tag/shalat" style="-webkit-transition: color 0.3s ease 0s; background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; transition: color 0.3s ease 0s; vertical-align: baseline;">shalat</a> pada malam Nishfu Sya’ban sebanyak 12 raka’at, setiap raka’atnya membaca surat “Qul huwallahu ahad” sebanyak tiga kali, maka dia tidaklah akan keluar sampai dia melihat tempat duduknya di surga …”<br />Hadits ini dibawakan oleh Ibnul Jauziy dalam Al Maudhu’at (kumpulan hadits-hadits palsu). Ibnul Jauziy mengatakan bahwa <a href="http://muslim.or.id/tag/hadits" style="-webkit-transition: color 0.3s ease 0s; background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; transition: color 0.3s ease 0s; vertical-align: baseline;">hadits</a> di atas adalah <a href="http://muslim.or.id/hadits" style="-webkit-transition: color 0.3s ease 0s; background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; transition: color 0.3s ease 0s; vertical-align: baseline;">hadits</a> <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">maudhu’</em> (palsu) dan di dalamnya banyak perowi yang <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">majhul</em> (tidak dikenal). (Lihat <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Al Maudhu’at</em>, 2/129)</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Demikian pembahasan kami mengenai panduan amalan di bulan Sya’ban. Semoga apa yang kami suguhkan ini bermanfaat bagi kaum muslimin sekalian. Semoga Allah selalu memberikan kepada kita <a href="http://muslim.or.id/tag/ilmu" style="-webkit-transition: color 0.3s ease 0s; background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; transition: color 0.3s ease 0s; vertical-align: baseline;">ilmu</a> yang bermanfaat, rizki yang thayib dan amalan yang diterima. <em style="background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.</em></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Diselesaikan di Panggang, Gunung Kidul, 29 Rajab 1430 H</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
***</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal<br />Artikel <a href="http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/serba-serbi-bulan-sya%E2%80%99ban-02.html" style="-webkit-transition: color 0.3s ease 0s; background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; transition: color 0.3s ease 0s; vertical-align: baseline;" title="Serba serbi bulan Sya'ban">www.muslim.or.id</a></div>
<div id="credit" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br />Dari artikel '<a href="http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/serba-serbi-bulan-syaban-02.html" style="-webkit-transition: color 0.3s ease 0s; background-color: transparent; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; transition: color 0.3s ease 0s; vertical-align: baseline;">Serba-Serbi Bulan Sya’ban (02) — Muslim.Or.Id</a>'</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-46710338194777043232013-06-11T09:49:00.002+07:002013-06-11T09:49:40.465+07:00Serba-Serbi Bulan Sya’ban (01)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-cbZ71K-OFnc/UbaP7UlhlII/AAAAAAAACu0/y-AVGzmIHxk/s1600/syaban.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://3.bp.blogspot.com/-cbZ71K-OFnc/UbaP7UlhlII/AAAAAAAACu0/y-AVGzmIHxk/s320/syaban.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman. Alhamdulillah, saat ini kita telah menginjak bulan Sya’ban. Namun kadang kaum muslimin belum mengetahui amalan-amalan yang ada di bulan tersebut. Juga terkadang kaum muslimin melampaui batas dengan melakukan suatu amalan yang sebenarnya tidak ada tuntunannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga dalam tulisan yang singkat ini, Allah memudahkan kami untuk membahas serba-serbi bulan Sya’ban. Allahumma a’in wa yassir (Ya Allah, tolong dan mudahkanlah kami).</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Keutamaan Bulan Sya’ban</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dari Usamah bin Zaid, beliau berkata, “Katakanlah wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan-bulannya selain di bulan Sya’ban.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits di atas terdapat dalil mengenai dianjurkannya melakukan amalan ketaatan di saat manusia lalai. Inilah amalan yang dicintai di sisi Allah.” (Lathoif Al Ma’arif, 235)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Banyak Berpuasa di Bulan Sya’ban</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Terdapat suatu amalan yang dapat dilakukan di bulan ini yaitu amalan puasa. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri banyak berpuasa ketika bulan Sya’ban dibanding bulan-bulan lainnya selain puasa wajib di bulan Ramadhan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">‘Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam lafazh Muslim, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya. Namun beliau berpuasa hanya sedikit hari saja.” (HR. Muslim no. 1156)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dari Ummu Salamah, beliau mengatakan,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلاَّ شَعْبَانَ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam setahun tidak berpuasa sebulan penuh selain pada bulan Sya’ban, lalu dilanjutkan dengan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Abu Daud dan An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Lalu apa yang dimaksud dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya (Kaana yashumu sya’ban kullahu)? Asy Syaukani mengatakan, “Riwayat-riwayat ini bisa dikompromikan dengan kita katakan bahwa yang dimaksud dengan kata “kullu” (seluruhnya) di situ adalah kebanyakannya (mayoritasnya). Alasannya, sebagaimana dinukil oleh At Tirmidzi dari Ibnul Mubarrok. Beliau mengatakan bahwa boleh dalam bahasa Arab disebut berpuasa pada kebanyakan hari dalam satu bulan dengan dikatakan berpuasa pada seluruh bulan.” (Nailul Author, 7/148). Jadi, yang dimaksud Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa di seluruh hari bulan Sya’ban adalah berpuasa di mayoritas harinya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Lalu Kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak puasa penuh di bulan Sya’ban? An Nawawi rahimahullah menuturkan bahwa para ulama mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyempurnakan berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan agar tidak disangka puasa selain Ramadhan adalah wajib. ” (Syarh Muslim, 4/161)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di antara rahasia kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak berpuasa di bulan Sya’ban adalah karena puasa Sya’ban adalah ibarat ibadah rawatib (ibadah sunnah yang mengiringi ibadah wajib). Sebagaimana shalat rawatib adalah shalat yang memiliki keutamaan karena dia mengiringi shalat wajib, sebelum atau sesudahnya, demikianlah puasa Sya’ban. Karena puasa di bulan Sya’ban sangat dekat dengan puasa Ramadhan, maka puasa tersebut memiliki keutamaan. Dan puasa ini bisa menyempurnakan puasa wajib di bulan Ramadhan. (Lihat Lathoif Al Ma’arif, Ibnu Rajab, 233)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hikmah di balik puasa Sya’ban adalah:</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bulan Sya’ban adalah bulan tempat manusia lalai. Karena mereka sudah terhanyut dengan istimewanya bulan Rajab (yang termasuk bulan Harom) dan juga menanti bulan sesudahnya yaitu bulan Ramadhan. Tatkala manusia lalai, inilah keutamaan melakukan amalan puasa ketika itu. Sebagaimana seseorang yang berdzikir di tempat orang-orang yang begitu lalai dari mengingat Allah -seperti ketika di pasar-, maka dzikir ketika itu adalah amalan yang sangat istimewa. Abu Sholeh mengatakan, “Sesungguhnya Allah tertawa melihat orang yang masih sempat berdzikir di pasar. Kenapa demikian? Karena pasar adalah tempatnya orang-orang lalai dari mengingat Allah.”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa setiap bulannya sebanyak tiga hari. Terkadang beliau menunda puasa tersebut hingga beliau mengumpulkannya pada bulan Sya’ban. Jadi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki bulan Sya’ban sedangkan di bulan-bulan sebelumnya beliau tidak melakukan beberapa puasa sunnah, maka beliau mengqodho’nya ketika itu. Sehingga puasa sunnah beliau menjadi sempurna sebelum memasuki bulan Ramadhan berikutnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Puasa di bulan Sya’ban adalah sebagai latihan atau pemanasan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Jika seseorang sudah terbiasa berpuasa sebelum puasa Ramadhan, tentu dia akan lebih kuat dan lebih bersemangat untuk melakukan puasa wajib di bulan Ramadhan. (Lihat Lathoif Al Ma’arif, hal. 234-243)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan kita mengikuti suri tauladan kita untuk memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Semoga dengan melakukan hal ini kita termasuk orang yang mendapat keutamaan yang disebutkan dalam hadits qudsi berikut.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.” (HR. Bukhari no. 2506). Orang yang senantiasa melakukan amalan sunnah (mustahab) akan mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk pada pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya. Allah juga akan memberikan orang seperti ini keutamaan dengan mustajabnya (terkabulnya) do’a. (Faedah dari Fathul Qowil Matin, Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al Abad)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Malam Nishfu Sya’ban, Malam Diturunkannya Al Qur’an (?)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di antara kaum muslimin ada yang menganggap bahwa malam Nishfu Sya’ban (malam pertengahan bulan Sya’ban) adalah malam yang istimewa. Di antara keyakinan mereka adalah bahwa malam tersebut adalah malam diturunkannya Al Qur’an. Sandaran mereka adalah perkataan ‘Ikrimah tatkala beliau menjelaskan maksud firman Allah,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (3) فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (Qs. Ad Dukhan: 3-4)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Yang dimaksud dengan malam yang diberkahi dalam ayat ini adalah malam Lailatul Qadar, menurut mayoritas ulama. Sedangkan ‘Ikrimah –semoga Allah merahmati beliau- memiliki pendapat yang lain. Beliau berpendapat bahwa malam tersebut adalah malam nishfu sya’ban. (Zaadul Maysir, 5/346)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun pendapat yang mengatakan bahwa Al Qur’an itu turun pada malam Nishfu Sya’ban adalah pendapat yang lemah karena pendapat tersebut telah menyelisihi dalil tegas Al Qur’an. Ayat di atas (surat Ad Dukhan) itu masih global dan diperjelas lagi dengan ayat,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an.” (Qs. Al Baqarah: 185)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dan dijelaskan pula dengan firman Allah,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada Lailatul Qadr.” (Qs. Al Qadr: 1)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Syeikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithi rahimahullah mengatakan, “Klaim yang mengatakan bahwa malam yang penuh berkah (pada surat Ad Dukhan ayat 3-4) adalah malam Nishfu Sya’ban –sebagaimana yang diriwayatkan dari ‘Ikrimah dan lain-lain-, tidak diragukan lagi bahwasanya itu adalah klaim yang jelas keliru yang menyelisihi dalil tegas dari Al Qur’an. Dan tidak diragukan lagi bahwa apa saja yang menyelisihi al haq (kebenaran) itulah kebatilan. Sedangkan berbagai hadits yang menerangkan bahwa yang dimaksudkan dengan malam tersebut adalah malam Nishfu Sya’ban, itu jelas-jelas telah menyelisihi dalil Al Qur’an yang tegas dan hadits tersebut sungguh tidak berdasar. Begitu pula sanad dari hadits-hadits tersebut tidaklah shahih sebagaimana ditegaskan oleh Ibnul ‘Arobi dan para peneliti hadits lainnya. Sungguh sangat mengherankan, ada seorang muslim yang menyelisihi dalil Al Qur’an yang tegas, padahal dia sendiri tidak memiliki sandaran dalil, baik dari Al Qur’an atau hadits yang shahih.” (Adhwaul Bayan, 1552)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menghidupkan Malam Nishfu Sya’ban dengan Shalat dan Do’a (?)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebagian ulama negeri Syam ada yang menganjurkan untuk menghidupkan atau memeriahkan malam tersebut dengan berkumpul ramai-ramai di masjid. Landasan mereka sebenarnya adalah dari berita Bani Isroil (berita Isroiliyat). Sedangkan mayoritas ulama berpendapat bahwa berkumpul di masjid pada malam Nishfu Sya’ban –dengan shalat, berdo’a atau membaca berbagai kisah- untuk menghidupkan malam tersebut adalah sesuatu yang terlarang. Mereka berpendapat bahwa menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan berkumpul di masjid rutin setiap tahunnya adalah suatu amalan yang tidak ada tuntunannya (baca: bid’ah).</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun bagaimanakah jika menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan shalat di rumah dan khusus untuk dirinya sendiri atau mungkin dilakukan dengan jama’ah tertentu (tanpa terang-terangan, pen)? Sebagian ulama tidak melarang hal ini. Namun, mayoritas ulama -di antaranya adalah ‘Atho, Ibnu Abi Mulaikah, para fuqoha (pakar fiqih) penduduk Madinah, dan ulama Malikiyah- mengatakan bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang tidak ada tuntunannya (baca: bid’ah). (Lathoif Al Ma’arif, 247-248). Dan di sini pendapat mayoritas ulama itu lebih kuat dengan beberapa alasan berikut:</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pertama, tidak ada satu dalil pun yang shahih yang menjelaskan keutamaan malam Nishfu Sya’ban. Bahkan Ibnu Rajab sendiri mengatakan, “Tidak ada satu dalil pun yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Dan dalil yang ada hanyalah dari beberapa tabi’in yang merupakan fuqoha’ negeri Syam.” (Lathoif Al Ma’arif, 248).</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Seorang ulama yang pernah menjabat sebagai Ketua Lajnah Ad Da’imah (komisi fatwa di Saudi Arabia) yaitu Syeikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz mengatakan, “Hadits yang menerangkan keutamaan malam nishfu Sya’ban adalah hadits-hadits yang lemah yang tidak bisa dijadikan sandaran. Adapun hadits yang menerangkan mengenai keutamaan shalat pada malam nishfu sya’ban, semuanya adalah berdasarkan hadits palsu (maudhu’). Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh kebanyakan ulama.” (At Tahdzir minal Bida’, 20). Begitu juga Syeikh Ibnu Baz menjelaskan, “Hadits dhoif barulah bisa diamalkan dalam masalah ibadah, jika memang terdapat penguat atau pendukung dari hadits yang shahih. Adapun untuk hadits tentang menghidupkan malam nishfu sya’ban, tidak ada satu dalil shahih pun yang bisa dijadikan penguat untuk hadits yang lemah tadi.” (At Tahdzir minal Bida’, 20)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kedua, ulama yang mengatakan tidak mengapa menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dan menyebutkan bahwa ada sebagian tabi’in yang menghidupkan malam tersebut, sebenarnya sandaran mereka adalah dari berita Isroiliyat. Lalu jika sandarannya dari berita tersebut, bagaimana mungkin bisa jadi dalil untuk beramal[?] Juga orang-orang yang menghidupkan malam Nishfu Sya’ban, sandaran mereka adalah dari perbuatan tabi’in. Kami katakan, “Bagaimana mungkin hanya sekedar perbuatan tabi’in itu menjadi dalil untuk beramal[?]” (Lihat Al Bida’ Al Hawliyah, 296)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ketiga, adapun orang-orang yang berdalil dengan pendapat bahwa tidak terlarang menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan shalat sendirian sebenarnya mereka tidak memiliki satu dalil pun. Seandainya ada dalil tentang hal ini, tentu saja mereka akan menyebutkannya. Maka cukup kami mengingkari alasan semacam ini dengan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718). Ingatlah, ibadah itu haruslah tauqifiyah yang harus dibangun di atas dalil yang shahih dan tidak boleh kita beribadah tanpa dalil dan tanpa tuntunan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Lihat Al Bida’ Al Hawliyah, 296-297)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Keempat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">لاَ تَخْتَصُّوا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ بِقِيَامٍ مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِى وَلاَ تَخُصُّوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنِ الأَيَّامِ</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Janganlah mengkhususkan malam Jum’at dari malam lainnya untuk shalat. Dan janganlah mengkhususkan hari Jum’at dari hari lainnya untuk berpuasa.” (HR. Muslim no. 1144)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Seandainya ada pengkhususan suatu malam tertentu untuk ibadah, tentu malam Jum’at lebih utama dikhususkan daripada malam lainnya. Karena malam Jum’at lebih utama daripada malam-malam lainnya. Dan hari Jum’at adalah hari yang lebih baik dari hari lainnya karena dalam hadits dikatakan, “Hari yang baik saat terbitnya matahari adalah hari Jum’at.” (HR. Muslim). Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan agar jangan mengkhususkan malam Jum’at dari malam lainnya dengan shalat tertentu, hal ini menunjukkan bahwa malam-malam lainnya lebih utama untuk tidak boleh dikhususkan suatu ibadah di dalamnya kecuali jika ada suatu dalil yang mengkhususkannya. (At Tahdzir minal Bida’, 28).</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Syeikh Ibnu Baz rahimahullah mengatakan, “Seandainya malam Nishfu Sya’ban, malam jum’at pertama di bulan Rajab, atau malam Isra’ Mi’raj boleh dijadikan perayaan (hari besar Islam) atau ibadah lainnya, tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan memberi petunjuk kepada kita umat Islam mengenai hal ini atau beliau sendiri merayakannya. Jika memang seperti itu beliau lakukan, tentu para sahabat radhiyallahu ‘anhum akan menyampaikan hal tersebut pada kita umat Islam dan tidak mungkin para sahabat menyembunyikannya. Ingatlah, para sahabat adalah sebaik-baik manusia di masa itu dan mereka paling bagus dalam penyampaian setelah para Nabi ‘alaihimus shalatu was salaam. … Dan kalian pun telah mengetahui sebelumnya, para ulama sendiri mengatakan bahwa tidak ada satu dalil yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau para sahabat yang menunjukkan keutamaan malam jumat pertama dari bulan Rajab dan keutamaan malam Nishfu Sya’ban. Oleh karena itu, menjadikan hari tersebut sebagai perayaan termasuk amalan yang tidak ada tuntunannya sama sekali dalam Islam.” (At Tahdzir minal Bida’, 30). Semoga Allah selalu memberi hidayah kepada kaum muslimin yang masih ragu dengan berbagai alasan ini. [Silakan lihat penilaian kelemahan beberapa hadits mengenai malam Nishfu Sya'ban di akhir pembahasan ini]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Adapun mengenai Shalat Alfiyah, apakah shalat ini adalah suatu amalan yang dituntukan ketika malam Nishfu Sya’ban?</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Perlu diketahui, orang yang pertama kali menghidupkan shalat ini pada malam Nishfu Sya’ban adalah seseorang yang dikenal dengan Babin Abul Hamroo’. Dia tinggal di Baitul Maqdis pada tahun 448 H. Dia memiliki bacaan Qur’an yang bagus. Suatu saat di malam Nishfu Sya’ban dia melaksanakan shalat di Masjidil Aqsho. Kemudian ketika itu ikut pula di belakangnya seorang pria. Kemudian datang lagi tiga atau empat orang bermakmum di belakangnya. Lalu akhirnya jama’ah yang ikut di belakangnya bertambah banyak. Ketika datang tahun berikutnya, semakin banyak yang shalat bersamanya pada malam Nishfu Sya’ban. Kemudian amalan yang dia lakukan tersebarlah di Masjidil Aqsho dan di rumah-rumah kaum muslimin, sehingga shalat tersebut seakan-akan menjadi sunnah Nabi. (Al Bida’ Al Hawliyah, 299)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Lalu kenapa shalat ini dinamakan shalat Alfiyah? Alfiyah berarti 1000. Shalat ini dinamakan demikian karena di dalam shalat tersebut dibacakan surat Al Ikhlas sebanyak 1000 kali. Shalat tersebut berjumlah 100 raka’at dan setiap raka’at dibacakan surat Al Ikhlas sebanyak 10 kali. Jadi total surat Al Ikhlas yang dibaca adalah 1000 kali. Oleh karena itu, dinamakanlah shalat alfiyah.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Adapun hadits yang membicarakan mengenai tata cara dan pahala mengerjakan shalat alfiyah ini terdapat beberapa riwayat sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnul Jauziy dalam Al Maudhu’at (Kumpulan Hadits-hadits palsu). Ibnul Jauzi mengatakan, “Hadits yang membicarakan keutamaan shalat alfiyah tidak diragukan lagi bahwa hadits tersebut adalah hadits palsu (maudhu’). Mayoritas jalan dalam tiga jalur adalah majhul (tidak diketahui), bahkan di dalamnya banyak periwayat yang lemah. Oleh karena itu, dipastikan haditsnya sangat tidak mungkin sebagai dalil.” (Al Maudhu’at, 2/127-130)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[bersambung ke Serba-Serbi Bulan Sya'ban (2) ]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">***</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Artikel www.muslim.or.id</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dari artikel 'Serba-Serbi Bulan Sya’ban (01) — Muslim.Or.Id'</span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-55367998285710574342013-06-07T14:52:00.003+07:002013-06-07T14:52:10.682+07:0074 WASIAT UNTUK PARA PEMUDA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-SBd5LE3nj_s/UbGQ6IUGFVI/AAAAAAAACuc/itv841-cAjU/s1600/cover+73+nasehat.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-SBd5LE3nj_s/UbGQ6IUGFVI/AAAAAAAACuc/itv841-cAjU/s1600/cover+73+nasehat.jpg" /></a></div>
<span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;"><span style="color: red;"><b><br /></b></span></span>
<span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;"><span style="color: red;"><b>74 WASIAT UNTUK PARA PEMUDA</b></span></span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Segala puji bagi Allah yang berfirman:“Dan sungguh Kami telah memerintahkan orang-orang</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah.” (An-</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Nisa’: 131)</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Serta shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada hamba dan rasul-Nya</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Muhammad yang bersabda:</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">“Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah , serta agar kalian mendengar dan</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">patuh.”</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Dan takwa kepada Allah adalah mentaati-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya dan</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">menjauhi larangan-Nya.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Wa ba’du:</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Berikut ini adalah wasiat islami yang berharga dalam berbagai aspek seperti ibadah,</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">muamalah, akhlak, adab dan yang lainnya dari sendi-sendi kehidupan. Kami persembahkan</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">wasiat ini sebagai peringatan kepada para pemuda muslim yang senantiasa bersemangat</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">mencari apa yang bermanfaat baginya, dan sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">orang-orang yang beriman. Kami memohon kepada Allah agar menjadikan hal ini bermanfaat</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">bagi orang yang membacanya ataupun mendengarkannya. Dan agar memberikan pahala</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">yang besar bagi penyusunnya, penulisnya, yang menyebarkannya ataupun yang</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">mengamalkannya. Cukuplah bagi kita Allah sebaik-baik tempat bergantung.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">1. Ikhlaskanlah niat kepada Allah dan hati-hatilah dari riya’ baik dalam perkataan ataupun</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">perbuatan.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">2. Ikutilah sunnah Nabi dalam semua perkataan, perbuatan, dan akhlak.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">3. Bertaqwalah kepada Allah dan ber’azamlah untuk melaksanakan semua perintah dan</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">menjauhi segala larangan-Nya.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">4. Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nashuha dan perbanyaklah istighfar.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">5. Ingatlah bahwa Allah senatiasa mengawasi gerak-gerikmu. Dan ketahuilah bahwa Allah</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">melihatmu, mendengarmu dan mengetahui apa yang terbersit di hatimu.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">6. Berimanlah kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">serta qadar yang baik ataupun yang buruk.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">7. Janganlah engkau taqlid (mengekor) kepada orang lain dengan buta (tanpa memilih dan</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">memilah mana yang baik dan yang buruk serta mana yang sesuai dengan sunnah/syari’at</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">dan mana yang tidak). Dan janganlah engkau termasuk orang yang tidak punya pendirian.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">8. Jadilah engkau sebagai orang pertama dalam mengamalkan kebaikan karena engkau akan</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengikuti/mencontohmu dalam</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">mengamalkannya.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">9. Peganglah kitab Riyadlush Shalihin, bacalah olehmu dan bacakan pula kepada keluargamu,</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">demikian juga kitab Zaadul Ma’ad oleh Ibnul Qayyim.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">10. Jagalah selalu wudlu’mu dan perbaharuilah. Dan jadilah engkau senantiasa dalam</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">keadaan suci dari hadats dan najis.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">11. Jagalah selalu shalat di awal waktu dan berjamaah di masjid terlebih lagi sahalat ‘Isya</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">dan Fajr (shubuh).</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">12. Janganlah memakan makanan yang mempunyai bau yang tidak enak seperti bawang</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">putih dan bawang merah. Dan janganlah merokok agar tidak membahayakan dirimu dan</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">kaum muslimin.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">13. Jagalah selalu shalat berjamaah agar engkau mendapat kemenangan dengan pahala yang</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">ada pada shalat berjamaah tersebut.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">14. Tunaikanlah zakat yang telah diwajibkan dan janganlah engkau bakhil kepada orangorang</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">yang berhak menerimanya.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">15. Bersegeralah berangkat untuk shalat Jumat dan janganlah berlambat-lambat sampai</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">setelah adzan kedua karena engkau akan berdosa.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">16. Puasalah di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">agar Allah mengampuni dosa-dosamu baik yang telah lalu ataupun yang akan datang.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">17. Hati-hatilah dari berbuka di siang hari di bulan Ramadhan tanpa udzur syar’i sebab</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">engkau akan berdosa karenanya.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">18. Tegakkanlah shalat malam (tarawih) di bulan Ramadhan terlebih-lebih pada malam</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">lailatul qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah agar engkau</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">mendapatkan ampunan atas dosa-dosamu yang telah lalu.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">19. Bersegeralah untuk haji dan umrah ke Baitullah Al-Haram jika engkau termasuk orang</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">yang mampu dan janganlah menunda-nunda.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">20. Bacalah Al-Qur’an dengan mentadaburi maknanya. Laksanakanlah perintahnya dan jauhi</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">larangannya agar Al-Qur’an itu menjadi hujjah bagimu di sisi rabmu dan menjadi penolongmu</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">di hari qiyamat.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">21. Senantiasalah memperbanyak dzikir kepada Allah baik perlahan-lahan ataupun</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">dikeraskan, apakah dalam keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring. Dan hati-hatilah</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">engkau dari kelalaian.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">22. Hadirilah majelis-majelis dzikir karena majelis dzikir termasuk taman surga.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">23. Tundukkan pandanganmu dari aurat dan hal-hal yang diharamkan dan hati-hatilah</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">engkau dari mengumbar pandangan, karena pandangan itu merupakan anak panah beracun</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">dari anak panah Iblis.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">24. Janganlah engkau panjangkan pakaianmu melebihi mata kaki dan janganlah engkau</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">berjalan dengan kesombongan/keangkuhan.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">25. Janganlah engkau memakai pakaian sutra dan emas karena keduanya diharamkan bagi</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">laki-laki.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">26. Janganlah engkau menyeruapai wanita dan janganlah engkau biarkan wanita-wanitamu</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">menyerupai laki-laki.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">27. Biarkanlah janggutmu karena Rasulullah: “Cukurlah kumis dan panjangkanlah janggut.”</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">(HR. Bukhari Dan Muslim)</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">28. Janganlah engkau makan kecuali yang halal dan janganlah engkau minum kecuali yang</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">halal agar doamu diijabah.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">29. Ucapkanlah "bismillah" ketika engkau hendak makan dan minum dan ucapkanlah</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">"alhamdulillah" apabila engkau telah selesai.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">30. Makanlah dengan tangan kanan, minumlah dengan tangan kanan, ambillah dengan</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">tangan kanan dan berilah dengan tangan kanan.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">31. Hati-hatilah dari berbuat kezhaliman karena kezhaliman itu merupakan kegelapan di hari</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">kiamat.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">32. Janganlah engkau bergaul kecuali dengan orang mukmin dan janganlah dia memakan</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">makananmu kecuali engkau dalam keadaan bertaqwa (dengan ridla dan memilihkan makanan</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">yang halal untuknya).</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">33. Hati-hatilah dari suap-menyuap (kolusi), baik itu memberi suap, menerima suap ataupun</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">perantaranya, karena pelakunya terlaknat.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">34. Janganlah engkau mencari keridlaan manusia dengan kemurkaan Allah karena Allah akan</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">murka kepadamu.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">35. Ta’atilah pemerintah dalam semua perintah yang sesuai dengan syari’at dan doakanlah</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">kebaikan untuk mereka.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">36. Hati-hatilah dari bersaksi palsu dan menyembunyikan persaksian.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">“Barangsiapa yang menyembunyikan persaksiannya maka hatinya berdosa. Dan Allah maha</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (Al-Baqarah: 283)</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">37. “Dan ber amar ma’ruf nahi munkarlah serta shabarlah dengan apa yang menimpamu.”</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">(Luqman: 17)</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Ma’ruf adalah apa-apa yang diperintahkan oleh Allah dan rasul-Nya , dan munkar adalah apaapa</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">38. Tinggalkanlah semua hal yang diharamkan baik yang kecil ataupun yang besar dan</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">janganlah engkau bermaksiat kepada Allah dan janganlah membantu seorangpun dalam</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">bermaksiat kepada-Nya.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">39. Janganlah engkau dekati zina. Allah berfirman: “Janganlah kalian mendekati zina.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Sesungguhnya zina itu adalah kekejian dan sejelek-jelek jalan.” (Al-Isra’:32)</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">40. Wajib bagimu berbakti kepada orang tua dan hati-hatilah dari mendurhakainya.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">41. Wajib bagimua untuk silaturahim dan hati-hatilah dari memutuskan hubungan</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">silaturahim.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">42. Berbuat baiklah kepada tetanggamu dan janganlah menyakitinya. Dan apabila dia</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">menyakitimu maka bersabarlah.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">43. Perbanyaklah mengunjungi orang-orang shalih dan saudaramu di jalan Allah.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">44. Cintalah karena Allah dan bencilah juga karena Allah karena hal itu merupakan tali</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">keimanan yang paling kuat.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">45. Wajib bagimu untuk duduk bermajelis dengan orang shalih dan hati-hatilah dari</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">bermajelis dengan orang-orang yang jelek.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">46. Bersegeralah untuk memenuhi hajat (kebutuhan) kaum muslimin dan buatlah mereka</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">bahagia.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">47. Berhiaslah dengan kelemahlembutan, sabar dan teliti. Hatilah-hatilah dari sifat keras,</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">kasar dan tergesa-gesa.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">48. Janganlah memotong pembicaraan orang lain dan jadilah engkau pendengar yang baik.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">49. Sebarkanlah salam kepada orang yang engkau kenal ataupun tidak engkau kenal.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">50. Ucapkanlah salam yang disunahkan yaitu "assalamualaikum" dan tidak cukup hanya</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">dengan isyarat telapak tangan atau kepala saja.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">51. Janganlah mencela seorangpun dan mensifatinya dengan kejelekan.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">52. Janganlah melaknat seorangpun termasuk hewan dan benda mati.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">53. Hati-hatilah dari menuduh dan mencoreng kehormatan oarng lain karena hal itu termasuk</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">dosa yang paling besar.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">54. Hati-hatilah dari namimah (mengadu domba), yakni menyampaikan perkataan di antara</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">manusia dengan maksud agar terjadi kerusakan di antara mereka.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">55. Hati-hatilah dari ghibah, yakni engkau menceritakan tentang saudaramu apa-apa yang</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">dia benci jika mengetahuinya.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">56. Janganlah engkau mengagetkan, menakuti dan menyakiti sesama muslim.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">57. Wajib bagimu melakukan ishlah (perdamaian) di antara manusia karena hal itu</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">merupakan amalan yang paling utama.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">58. Katakanlah hal-hal yang baik, jika tidak maka diamlah.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">59. Jadilah engkau orang yang jujur dan janganlah berdusta karena dusta akan</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">mengantarkan kepada dosa dan dosa mengantarakan kepada neraka.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">60. Janganlah engkau bermuka dua. Datang kepada sekelompok dengan satu wajah dan</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">kepada kelompok lain dengan wajah yang lain.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">61. Janganlah bersumpah dengan selain Allah dan janganlah banyak bersumpah meskipun</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">engkau benar.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">62. Janganlah menghina orang lain karena tidak ada keutamaan atas seorangpun kecuali</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">dengan taqwa.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">63. Janganlah mendatang dukun, ahli nujum serta tukang sihir dan jangan membenarkan</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">(perkataan) mereka.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">64. Janganlah menggambar gambar manuasia dan binatang. Sesungguhnya manusia yang</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">paling keras adzabnya pada hari kiamat adalah tukang gambar.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">65. Janganlah menyimpan gambar makhluk yang bernyawa di rumahmu karena akan</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">menghalangi malaikat untuk masuk ke rumahmu.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">66. Tasymitkanlah orang yang bersin dengan membaca: "yarhamukallah" apabila dia</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">mengucapkan: "alhamdulillah"</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">67. Jauhilah bersiul dan tepuk tangan.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">68. Bersegeralah untuk bertaubat dari segala dosa dan ikutilah kejelekan dengan kebaikan</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">karena kebaikan tersebut akan menghapuskannya. Dan hati-hatilah dari menunda-nunda.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">69. Berharaplah selalu akan ampunan Allah serta rahmat-Nya dan berbaik sangkalah kepada</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Allah .</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">70. Takutlah kepada adzab Allah dan janganlah merasa aman darinya.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">71. Bersabarlah dari segala mushibah yang menimpa dan bersyukurlah dengan segala</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">kenikamatan yang ada.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">72. Perbanyaklah melakukan amal shalih yang pahalanya terus mengalir meskipun engkau</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">telah mati, seperti membangun masjid dan menyebarakan ilmu.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">73. Mohonlah surga kepada Allah dan berlindunglah dari nereka.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">74. Perbanyaklah mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Shalawat dan salam senantiasa Allah curahkan kepadanya sampai hari kiamat juga kepada</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">keluarganya dan seluruh shahabatnya.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">(Diterjemahkan dari buletin berjudul 75 Washiyyah li Asy-Syabab terbitan Daarul Qashim</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Riyadl-KSA oleh Abu Abdurrahman Umar Munawwir)</span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-86689890608110661792013-05-23T10:26:00.002+07:002013-05-23T10:26:36.325+07:00AJARAN-AJARAN MADZHAB SYAFI'I YANG DITINGGALKAN OLEH SEBAGIAN PENGIKUTNYA<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-e0CkDUIvSN8/UZ2MGV0rG5I/AAAAAAAACuM/b4dol9A8kpg/s1600/beard+wearing.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-e0CkDUIvSN8/UZ2MGV0rG5I/AAAAAAAACuM/b4dol9A8kpg/s320/beard+wearing.jpg" width="219" /></a></div>
<br />
AJARAN-AJARAN MADZHAB SYAFI'I YANG DITINGGALKAN OLEH SEBAGIAN PENGIKUTNYA<br />
Kategori: Fiqh<br />
Diterbitkan pada 11 May 2013 Klik: 7088 <br />
Berikut ini beberapa ajaran madzhab syafi'iyah yang ditinggalkan (tidak dikerjakan) oleh sebagian penganutnya, padahal begitu getolnya mereka mengaku-ngaku sebagai pengkut madzhab syafi'iyah yang setia !!!<br />
<br />
<br />
PERTAMA : MEMANJANGKAT JENGGOT<br />
<br />
Merupakan perkara yang aneh adalah semangatnya sebagian ustadz dan kiyai (yang mengaku bermadzhab syafi'iyah) untuk memangkas habis jenggot mereka…, bahkan sebagian mereka mencela orang yang memanjangkan jenggotnya, atau mengecapnya sebagai teroris. Padahal Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah mengharamkan mencukur habis jenggot.<br />
<br />
Banyak sekali hadits yang menunjukkan wajibnya memelihara jenggot, diantaranya:<br />
<br />
1. Rosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda:<br />
<br />
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ، وَفِّرُوا اللِّحَى، وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ! (رواه البخاري: 5892)ـ<br />
<br />
Dari Ibnu Umar r.a., Rosul -shollallohu alaihi wasallam- pernah bersabda: Selisihilah kaum musyrikin, biarkanlah jenggot kalian panjang, dan potong tipislah kumis kalian! (HR. Bukhori: 5892)<br />
<br />
2. Rosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda:<br />
<br />
انْهَكُوا الشَّوَارِبَ وَأَعْفُوا اللِّحَى! (رواه البخاري: 5893)ـ<br />
<br />
Dari Ibnu Umar r.a., Rosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: Potong tipislah kumis kalian, dan biarkanlah jenggot kalian! (HR. Bukhori: 5893)<br />
<br />
3. Rosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda:<br />
<br />
خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ، أَحْفُوا الشَّوَارِبَ، وَأَوْفُوا اللِّحَى! (رواه مسلم: 259)ـ<br />
<br />
Dari Ibnu Umar, Rosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: “Selisilah Kaum Musyrikin, potong pendeklah kumis kalian, dan sempurnakanlah jenggot kalian!”. (HR. Muslim: 259)<br />
<br />
4. Rosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda:<br />
<br />
جُزُّوا الشَّوَارِبَ، وَأَرْخُوا اللِّحَى، خَالِفُوا الْمَجُوسَ! (رواه مسلم: 260)ـ<br />
<br />
Dari Abu Huroiroh r.a., Nabi -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: Potonglah kumis kalian, biarkanlah jenggot kalian, dan selisihilah Kaum Majusi. (HR. Muslim: 260)<br />
<br />
5. Rosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda:<br />
<br />
جُزُّوا الشَّوَارِبَ، وَأَرْجوا (أو وأرجئوا) اللِّحَى، خَالِفُوا الْمَجُوسَ. (رواه مسلم: 260, مع الرجوع إلى شرح صحيح مسلم للنووي, وفتح الباري شرح حديث رقم: 5892)ـ<br />
<br />
Dari Abu Huroiroh r.a., Nabi -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: Potonglah kumis kalian, panjangkanlah jenggot kalian, dan selisihilah Kaum Majusi. (HR. Muslim: 260, lihat juga Syarah Shohih Muslim karya Imam Nawawi, dan Fathul Bari Syarah Shohih Bukhori karya Ibnu Hajar hadits no: 5892)<br />
<br />
6. Hadits Nabi -shollallohu alaihi wasallam-:<br />
<br />
عن أبي أمامة قَالَ: …فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ يَقُصُّونَ عَثَانِينَهُمْ وَيُوَفِّرُونَ سِبَالَهُمْ قَالَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُصُّوا سِبَالَكُمْ وَوَفِّرُوا عَثَانِينَكُمْ وَخَالِفُوا أَهْلَ الْكِتَابِ (رواه أحمد: 21780)ـ<br />
<br />
Dari Abu Umamah: …lalu kami (para sahabat) pun menanyakan: “Wahai Rosululloh, sungguh kaum ahli kitab itu (biasa) memangkas jenggot mereka dan memanjangkan kumis mereka?”. Maka Nabi -shollallohu alaihi wasallam- menjawab: “Potonglah kumis kalian, dan biarkanlah jenggot kalian panjang, serta selisilah Kaum Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani)!”. (HR. Ahmad: 21780, dihasankan oleh Albani, dan dishohihkan oleh Muhaqqiq Musnad Ahmad, lihat Musnad Ahmad 36/613)<br />
<br />
7. Hadits dari Abdulloh bin Umar r.a.:<br />
<br />
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما: أن النبي صلى الله عليه وسلم أمر بإحفاء الشوارب, وإعفاء اللحى (رواه مسلم: 259)ـ<br />
<br />
Ibnu Umar r.a. mengatakan: “Sesungguhnya Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- memerintahkan untuk memangkas tipis kumis dan membiarkan jenggot panjang. (HR. Muslim: 259).<br />
<br />
8. Pernyataan Sahabat Jabir bin Abdulloh r.a.:<br />
<br />
كنا نؤمر أن نوفي السبال ونأخذ من الشوارب (مصنف ابن أبي شيبة 5/25504). وفي لفظ: كنا نعفي السبال, ونأخذ من الشوارب (أخرجه أبو داود: 4201). وحسنه الحافظ ابن حجر في فتح الباري 13/410, وصححه الشيخ عبد الوهاب الزيد في كتابه إقامة الحجة في تارك المحجة ص 36 و 79)ـ<br />
<br />
Jabir r.a. mengatakan: “Sungguh kami (para sahabat), diperintah untuk memanjangkan jenggot dan mencukur kumis”. (Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah: 26016). Dalam riwayat lain dengan redaksi: “Kami (para sahabat) membiarkan jenggot kami panjang, dan mencukur kumis” (HR. Abu Dawud: 4201). Atsar ini dihasankan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 13/410, dan di shohihkan oleh Syeikh Abdul Wahhab alu Zaid dalam kitabnya Iqomatul Hujjah fi Tarikil Mahajjah, hal: 36 dan 79)<br />
<br />
<br />
<br />
Dari sabda-sabda di atas, kita dapat mengambil kesimpulan berikut:<br />
<br />
1. Sabda-sabda di atas, semuanya menunjukkan perintah untuk memanjangkan jenggot, dan sebagaimana kita tahu kaidah ushul fikih, “setiap perintah dalam nash-nash syariat itu menunjukkan suatu kewajiban, dan haram bagi kita menyelisihinya, kecuali ada dalil khusus yang merubahnya menjadi tidak wajib”. Itu berarti wajib bagi kita memanjangkan jenggot, dan haram bagi kita memangkasnya.<br />
<br />
2. Rosul -shollallohu alaihi wasallam- menghubungkan perintah memanjangkan jenggot, dengan perintah menyelisihi Kaum Ahli Kitab (Yahudi Nasrani), Kaum Musyrikin, dan Kaum Majusi. Itu menambah kuatnya hukum wajibnya memanjangkan jenggot ini, mengapa?… Karena dua perintah, jika berkumpul dalam satu perbuatan yang sama, itu lebih kuat dari hanya satu perintah saja.<br />
<br />
3. Pada sabda-sabda di atas, terkumpul 5 redaksi perintah yang berbeda (perhatikan kalimat arab yang kami cetak merah, dari hadits 1-5), yang semuanya menunjukkan perintah memanjangkan jenggot… Ini juga meneguhkan petunjuk wajibnya memanjangkan jenggot… Karena perintah dengan lima redaksi yang berbeda-beda lebih meyakinkan, dari pada hanya menggunakan satu redaksi saja.<br />
<br />
4. Para Sahabat Nabi, semuanya memanjangkan jenggotnya, karena mereka diperintah oleh Rosul -shollallohu alaihi wasallam- untuk melakukan itu. Jika perintah itu tidak wajib dilakukan, mengapa tidak ada satu pun sahabat yang menggundul jenggotnya?!. (lihat hadits no: 8)<br />
<br />
5. Memanjangkan jenggot adalah ibadah yang diperintahkan oleh Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, oleh karena itulah para sahabat bersemangat menerapkannya dalam kehidupan mereka, bahkan tidak satupun dari mereka menyelisihi perintah ini… Coba perhatikan masyarakat sekitar kita di era ini, kenyataannya sangat bertolak belakang, para sahabat dahulu semuanya memelihara jenggot, tapi di lingkungan kita tidak ada yang memelihara jenggot kecuali hanya sedikit saja… Semoga Alloh merubah keadaan umat ini, pada keadaan yang lebih baik, dan lebih dekat kepada ajaran islam yang mulia dan suci, sehingga umat ini dapat menggapai kejayaan yang mereka impikan… amin.<br />
<br />
Terlebih lagi sebagian ulama menukil tentang ijmak akan dilarangnya mencukur jenggot.<br />
<br />
(1) Ibnu Hazm azh-Zhohiri -rohimahulloh-:<br />
<br />
اتفقوا على أن حلق اللحية مثلة لا يجوز<br />
<br />
Para ulama telah sepakat, bahwa sesungguhnya menggundul jenggot termasuk tindakan mutslah, itu tidak diperbolehkan. (Marotibul Ijma’ 157)<br />
<br />
(2) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rohimahulloh-:<br />
<br />
يحرم حلق اللحية للأحاديث الصحيحة ولم يبحه أحد<br />
<br />
Menggundul jenggot itu diharamkan, karena adanya hadits-hadits shohih (tentang itu), dan tidak ada seorang pun yang membolehkannya. (Ushulul Ahkam 1/37, Ikhtiyarot Syaikhil Islam Ibni Taimiyah 19)<br />
<br />
(3) Al-Ala’i -rohimahulloh-:<br />
<br />
إن الأخذ من اللحية دون القبضة كما يفعله بعض المغاربة ومخنثة الرجال لم يبحه أحد, وأخذ كلها من فعل يهود الهند ومجوس الأعاجم.<br />
<br />
Sesungguhnya memangkas sebagian jenggot (hingga) lebih pendek dari genggaman tangan, sebagaimana dilakukan oleh sebagian orang maroko dan para banci itu tidak ada seorang pun yang membolehkannya. Sedangkan memangkas semuanya (hingga habis), itu termasuk tindakan orang-orang Yahudi Hindia dan orang-orang Majusi A’jam. (al-Uqudud Durriyah 1/329) (Roddul Muhtar 3/398) (Fathul Qodir 2/352)<br />
<br />
(4) Abul Hasan al-Qoththon al-Maliki -rohimahulloh-:<br />
<br />
واتفقوا على أن حلق اللحية مثلة لا تجوز<br />
<br />
Para ulama sepakat bahwa sesungguhnya menggundul jenggot, termasuk tindakan mutslah yang tidak diperbolehkan. (al-Iqna’ fi Masailil Ijma’ 2/3953)<br />
<br />
<br />
<br />
Para pembaca yang dirahmati Alloh…<br />
<br />
Sebenarnya sudah cukup, bagi insan muslim yang inshof, untuk menerima kesimpulan wajibnya memanjangkan jenggot ini, dengan berdasar pada dalil Al-Quran, Hadits, dan Ijma’ yang kami sebutkan. (Tulisan diatas seluruhnya diambil dari tulisan sahabat kami al-Ustadz Musyaffa' MA sebagaimana bisa dilihat di http://addariny.wordpress.com/2010/01/12/jenggot-haruskah-2/)<br />
<br />
Akan tetapi sebagian orang sulit kalau hanya sekedar diberi dalil, dan hanya bisa menerima dengan puas jika disertai dengan perkataan para ulama dari madzhab yang diikutinya. Karenanya berikut ini penulis sebutkan madzhab syafi'iyah tentang hukum mencukur jenggot.<br />
<br />
Imam Asy-Syafi’i -rohimahulloh- mengatakan:<br />
<br />
ولا يأخذ من شعر رأسه ولا لحيته شيئا لان ذلك إنما يؤخذ زينة أو نسكا<br />
<br />
“Ia (orang yang memandikan mayat) tidak boleh memangkas rambut kepala maupun jenggotnya si mayat, karena kedua rambut itu hanya boleh diambil untuk menghias diri dan ketika ibadah manasik saja”. (al-Umm 2/640)<br />
<br />
Imam Syafi’i -rohimahulloh- juga mengatakan :<br />
<br />
والحِلاق ليس بجناية لان فيه نسكا في الرأس وليس فيه كثير ألم، وهو -وإن كان في اللحية لا يجوز- فليس كثير ألم ولا ذهاب شعر، لانه يستخلف، ولو استخلف الشعر ناقصا أو لم يستخلف كانت فيه حكومة<br />
<br />
“Menggundul rambut bukanlah kejahatan, karena adanya ibadah dengan menggundul kepala, juga karena tidak adanya rasa sakit yang berlebihan padanya. Tindakan menggundul itu, meski tidak diperbolehkan pada jenggot, namun tidak ada rasa sakit yang berlebihan padanya, juga tidak menyebabkan hilangnya rambut, karena ia tetap akan tumbuh lagi. Seandainya setelah digundul, ternyata rambut yang tumbuh kurang, atau tidak tumbuh lagi, maka ada hukumah (semacam denda/sangsi, silahkan lihat makan al-hukuumah di Al-Haawi al-Kabiir 12/301)". (al-Umm 7/203)<br />
<br />
Para ulama syafi'iyah telah memahami bahwa perkataan Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah menunjukkan bahwa beliau mengharamkan menggunduli janggut. Diantara para ulama tersebut adalah :<br />
<br />
(1) Ibnu Rif'ah :<br />
<br />
قال ابن رفعة: إِنَّ الشَّافِعِي قد نص في الأم على تحريم حلق اللحية<br />
<br />
Ibnu Rif’ah -rohimahulloh- mengatakan: Sungguh Imam Syafi’i telah menegaskan dalam kitabnya Al-Umm, tentang haramnya menggundul jenggot. (Hasyiatul Abbadi ala Tuhfatil Muhtaj 9/376)<br />
<br />
(2) Abdurrahman bin 'Umar Baa 'Alawi; ia berkata : <br />
<br />
نص الشافعي رضي الله عنه على تحريم حلق اللحية ونتفها<br />
<br />
"Imam Asy-Syafii radhiallahu 'anhu telah menyatakan akan haramnya mencukur gundul jenggot dan mencabuti jenggot" (Bugyatul Mustarsyidin hal 20, cetakan Daarul Fikir)<br />
<br />
Sebagian ulama syafi'iyah juga memandang haramnya menggunduli jenggot, diantara mereka adalah :<br />
<br />
(1) Al-Halimi (wafat 403 H), beliau berkata dalam kitab beliau Al-Minhaaj Fi Syu'abil Iimaan:<br />
<br />
لا يحل لأحد أن يحلق لحيته ولا حاجبيه, وإن كان له أن يحلق سباله, لأن لحلقه فائدة, وهي أن لا يعلق به من دسم الطعام ورائحته ما يكره, بخلاف حلق اللحية, فإنه هجنة وشهرة وتشبه بالنساء, فهو كجب الذكر<br />
<br />
"Tidak seorang pun dibolehkan memangkas habis jenggotnya, juga alisnya, meski ia boleh memangkas habis kumisnya. Karena memangkas habis kumis ada faedahnya, yakni agar lemak makanan dan bau tidak enaknya tidak tertinggal padanya. Berbeda dengan memangkas habis jenggot, karena itu termasuk tindakan hujnah, syuhroh, dan menyerupai wanita, maka ia seperti menghilangkan kemaluan" (Sebagaimana dinukil dalam kitab al-I’lam fi fawaaid Umdatil Ahkaam, karya Ibnul Mulaqqin (wafat 804 H), terbitan Daarul 'Aaashimah)<br />
<br />
(2) Abul Hasan Al-Maawardi (wafat 450 H), ia berkata :<br />
<br />
نَتْفُ اللِّحْيَةِ مِنَ السَّفَهِ الذي تُرَدُّ به الشهادة<br />
<br />
Imam al-Mawardi -rohimahulloh- mengatakan: Mencabuti jenggot merupakan perbuatan safah (bodoh) yang menyebabkan persaksian seseorang ditolak. (al-Hawil Kabir 17/151)<br />
<br />
Meskipun dalam perkataan Al-Maawardi ini tidak ada nas tegas dalam pengharaman akan tetapi cukup menunjukkan akan buruknya orang yang menggundul jenggotnya karena bisa mengakibatkan 'adalahnya gugur sehingga persaksiannya tertolak.<br />
<br />
(3) Abu Hamid Al-Gozzali rahimahullah (wafat tahun 505 H0, beliau berkata :<br />
<br />
وأما نتفها في أول النبات تشبها بالمرد فمن المنكرات الكبار فإن اللحية زينة الرجال<br />
<br />
"Adapun mencabuti jenggot di awal munculnya, agar menyerupai orang yang tidak punya jenggot, maka ini termasuk kemungkaran yang besar, karena jenggot adalah penghias bagi laki-laki" (Ihya’ Ulumiddin 1/280)<br />
<br />
Akan tetapi al-Gozali memberi keringanan jika jenggot yang panjangnya lebih dari satu genggam boleh untuk dipotong, dengan syarat tidak sampai mencukur gundul jenggot tersebut. Beliau rahimahullah berkata :<br />
<br />
والأمر في هذا قريب إن لم ينته إلى تقصيص اللحية<br />
<br />
"Perkaranya dalam masalah ini adalah mendekati, jika tidak sampai mencukur habis jenggot" (Ihyaa Uluumiddin 1/277)<br />
<br />
(4) Ahmad Zainuddin Al-Malibaari Al-Fannaani (wafat tahun 1310 H), ia berkata :<br />
<br />
وَيَحْرُمُ حلقُ لِحْيَةٍ<br />
<br />
"Dan diharamkan menggungul jenggot"<br />
<br />
(Fathul Mu'iin Bi Syarh Qurrotil 'Ain Bi Muhimmaatid diin, hal 305, terbitan Daar Ibnu Hazm)<br />
<br />
Tentunya tidak dipungkiri bahwa sebagian ulama madzhab Syafi'iyah memandang mencukur habis jenggot hanyalah makruh dan tidak haram. Akan tetapi meskipun makruh namun ia merupakan perkara yang dibenci dan hendaknya ditinggalkan.<br />
<br />
Imam An-Nawawi rahimahullah berkata :<br />
<br />
والصحيح كراهة الاخذ منها مطلقا بل يتركها على حالها كيف كانت، للحديث الصحيح واعفوا اللحي. وأما الحديث عمرو بن شعيب عن ابيه عن جده “ان النبي صلي الله عليه وسلم كان يأخذ من لحيته من عرضها وطولها” فرواه الترمذي باسناد ضعيف لا يحتج به<br />
<br />
"Yang benar adalah dibencinya perbuatan memangkas jenggot secara mutlak (meskipun jenggot telah panjang dan lebih dari segenggam tangan-pen), tapi harusnya ia membiarkan apa adanya, karena adanya hadits shohih “biarkanlah jenggot panjang“. Adapun haditsnya Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya: “bahwa Nabi -shollallohu alaihi wasallam- dahulu mengambil jenggotnya dari sisi samping dan dari sisi panjangnya”, maka hadits ini telah diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dengan sanad yang lemah dan tidak bisa dijadikan hujjah. (al-Majmu’ 1/343)<br />
<br />
Imam An-Nawawi juga berkata :<br />
<br />
والمختار ترك اللحية على حالها وألا يتعرض لها بتقصير شيء أصلا<br />
<br />
"Pendapat yang terpilih adalah membiarkan jenggot apa adanya, dan tidak memendekkannya sama sekali" (Al-Minhaaj Syarah Shohih Muslim, 3/151, hadits no: 260)<br />
<br />
Abu Syaamah rahimahullah berkata :<br />
<br />
وقد حدث قوم يحلقون لحاهم, وهو أشد مما نقل عن المجوس أنهم كانوا يقصونها<br />
<br />
"Telah datang sekelompok kaum yang menggunduli jenggotnya, perbuatan mereka itu lebih parah dari apa yang dinukil dari kaum Majusi, bahwa mereka dulu memendekkannya". (Fathul Bari 10/351)<br />
<br />
<br />
<br />
Maka sungguh aneh jika yang terjerumus dalam kemakruhan (perkara yang dibenci Allah) malah mengejek mereka yang menjalankan sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Jika enggan untuk memelihara jenggot maka minimal jangan menghina yang berjenggot, apalagi mengidentikkan dengan teroris !!!. Meskipun benar sebagian teroris berjenggot, akan tetapi apakah lantas semua yang berjenggot dijuluki teroris ??!! Bukankah mereka para teroris juga adalah orang-orang yang rajin membaca al-Qur'an dan sholat berjama'ah?. Maka apakah kalau ada orang yang rajin membaca Al-Qur'an dan sholat berjama'ah diejek juga dengan terrorist??<br />
<br />
Syeikh Albani -rohimahulloh- berkata:<br />
<br />
ومحمد عليه الصلاة والسلام كان له لحية عظيمة, وكذلك الصحابة, وكذلك السلف الصالح, وكذلك الأئمة, لم يوجد فيهم من حلق لحيته في حياته مرة واحدة<br />
<br />
(Nabi) Muhammad -alaihish sholatu was salam-, dahulu (di masa hidupnya) memiliki jenggot yang lebat, begitu pula para sahabat beliau, para salafus sholih, dan para imam. Tidak ada satu pun dari mereka yang mencukur jenggotnya, meski hanya sekali semasa hidupnya. (Al-Lihyah fil kitab was sunnah wa aqwali salafil ummah, karya Muhammad Hasunah, hal 58).<br />
<br />
Kalau dahulu para ulama yang tidak berjenggot berangan-angan untuk jenggotan, akan tetapi sebaliknya sebagian kiyai dan ustadz zaman sekarang justru berangan-angan tidak berjenggot, sehingga selalu mencukur habis jenggot mereka.<br />
<br />
Abu Haamid Al-Gozzali rahimahullah berkata :<br />
<br />
وقال شريح القاضي : وَدِدْتُ أَنَّ لِي لَحْيَةً وَلَوْ بَعَشْرَةِ آلاَفٍ<br />
<br />
"Syuraih Al-Qoodhli berkata : "Aku berharap kalau aku memiliki jenggot, meskipun harus membayar 10 ribu dinar/dirham" (Ihyaa 'Uluum ad-Diin 2/257)<br />
<br />
Al-Gozali juga berkata :<br />
<br />
قال أصحاب الأحنف بن قيس وددنا أن نشتري للأحنف لحية ولو بعشرين ألفا<br />
<br />
"Para sahabat Al-Ahnaf bin Qois berkata, "Kami berangan-angan untuk membelikan jenggot buat Al-Ahnaf meskipun harus membayar 20 ribu dinar/dirham"<br />
<br />
Kenapa bisa demikian??, Al-Gozali berkata :<br />
<br />
فإن اللحية زينة الرجال ...وبها يتميز الرجال عن النساء<br />
<br />
"Sesungguhnya jenggot adalah perhiasan para lelaki…dengannya terbedakan antara para lelaki dan para wanita" (Ihyaa 'Uluum ad-Diin 2/257)<br />
<br />
Yang lebih lucu lagi jika ada orang yahudi dan nashrani mencibir orang Islam yang berjenggot…bahkan dikatakan seperti kambing ??!!, apakah mereka lupa bahwa Nabi Musa 'alaihis salaam dan juga Nabi Isa –yang dianggap tuhan oleh mereka- juga berjenggot??<br />
<br />
<br />
<br />
Karenanya sungguh lucu jika ada seseorang yang menolak hukum wajibnya memelihara jenggot dengan alasan kalau hukumnya wajib maka hal ini adalah ketidak adilan, karena terlalu banyak orang Indonesia yang tidak tumbuh jenggotnya. Sebagaimana yang disampaikan sebagian orang : ((Selain menggunakan logika perbedaan ’illat, mereka tidak mewajibkan atau menyunnahkan memelihara jenggot karena masalah ketidak-adilan.<br />
<br />
Kalau memelihara jenggot dianggap sebagai ibadah, entah hukumnya wajib atau sunnah, maka betapa agama Islam ini sangat tidak adil. Sebab hanya mereka yang ditakdirkan punya bakat berjenggot saja yang bisa mengamalkannya.<br />
<br />
Hal itu mengingat keberadaan jenggot amat berbeda dengan rambut pada kepala manusia, dimana setiap bayi yang lahir, sudah dipastikan di kepalanya tumbuh rambut. Demikian juga dengan kuku, setiap manusia tentu punya kuku yang terus tumbuh sejak lahir hingga mati.<br />
<br />
Namun tidak demikian halnya dengan jenggot. Ada berjuta-juta manusia di dunia ini yang secara sunnatullah memang tidak tumbuh jenggotnya. Dan hal itu terjadi sejak dari lahir sampai tua dan mati. Allah SWT mentaqdirkan memang tidak ada satu pun jenggot tumbuh di dagu mereka.<br />
<br />
Maka kalau berjenggot panjang itu diwajibkan atau sunnahkan, apakah mereka yang ditakdirkan punya wajah tidak tumbuh jenggot lantas menjadi berdosa atau tidak bisa mendapatkan pahala? Dan apakah ukuran ketaqwaan seseorang bisa diukur dengan keberadaan jenggot?<br />
<br />
Kalau memang demikian ketentuanya, maka betapa tidak adilnya syariat Islam, karena hanya memberi kesempatan bertaqarrub kepada orang-orang tertentu saja dengan menutup kesempatan buat sebagian orang.<br />
<br />
Memang buat bangsa-bangsa tertentu, seperti bangsa Arab, semua laki-laki mereka lahir dengan potensi berjenggot, bahkan sejak dari masih belia, sudah ada tanda-tanda akan berjenggot. Namun buat ras manusia jenis tertentu, seperti umumnya masyarakat Indonesia, tidak semua orang punya bakat berjenggot, bahkan meski sudah diberi berbagai obat penumbuh dan penyubur jenggot, tetap saja sang jenggot idaman tidak tumbuh-tumbuh juga.<br />
<br />
Betapa malangnya orang-orang Indonesia, yang lahir tanpa potensi untuk memiliki jenggot. Lantas apakah dosa mereka sehingga ’dihukum’ Allah sehingga tidak bisa berjenggot?)) (lihat : http://www.rumahfiqih.com/m/x.php?id=1365327813)<br />
<br />
Tentu perkaranya adalah mudah, jika seseorang janggutnya tidak bisa tumbuh ya jelas tidak berdosa… Allah tidak membebani diluar kemampuan seorang hamba. Seluruh perintah Allah berkaitan dengan kemampuan seorang hamba. Hal ini merupakan perkara yang sangat mendasar diketahui oleh para penuntut ilmu. Dalam sholat berdiri adalah hukumnya wajib, akan tetapi jika seseorang cacat tidak mampu untuk berdiri, maka tidak diwajibkan baginya untuk sholat berdiri, dan jangan lantas kita menuduh syari'at tidak adil, karena mewajibkan apa yang tidak bisa dilakukan oleh orang cacat tersebut.<br />
<br />
Demikian juga haji, hanya wajib bagi yang mampu, maka yang tidak mampu sama sekali tidak tercela…padahal mayoritas kaum muslimin di dunia tidak mampu. Maka jangan lantas kita menuduh syari'at tidak adil??. Yang tercela adalah yang telah memiliki kemampuan lantas tidak melaksanakan ibadah haji…sebagaimana seseorang yang telah diberi anugrah oleh Allah tumbuh jenggotnya lantas iapun mencukur habis gundul jenggot tersebut !!!. Di zaman para ulama juga ada orang-orang yang tidak tumbuh jenggotnya atau sangat sedikit jenggotnya, akan tetapi tidak seorangpun dari mereka yang menolak hukum sunnahnya jenggot hanya karena alasan ketidak adilan syari'at??? Saya jadi penasaran ulama madzhab manakah yang menyatakan demikian??!, mohon infonya dari ustadz Ahmad Sarawat.<br />
<br />
Dalih "ketidak adilan syari'at" ini melazimkan bahwa memelihara jenggot sama sekali tidak disunnahkan, karena akan ada jutaan muslim yang tidak bisa menjalankan sunnah. Lantas bagaimana dengan sabda Nabi<br />
<br />
عَشْرٌ مِنَ الْفِطْرَةِ قَصُّ الشَّارِبِ وَإِعْفَاءُ اللَّحْيَةِ...<br />
<br />
"10 perkara termasuk fitrah, mencukur kumis dan membiarkan (tumbuhnya) jenggot…" (HR Muslim no 261)<br />
<br />
Apakah hadits Nabi ini tidak ada artinya sama sekali…?? Ataukah hadits Nabi ini hanya berlaku kepada orang-orang Arab dan orang-orang yang berjanggut??, apakah Allah tidak memberi tahu Nabi bahwasanya akan ada kaum muslimin yang tidak bisa tumbuh jenggotnya??<br />
<br />
Dan pada hadits ini juga ada bantahan terhadap mereka yang berpendapat bahwa disyari'atkannya memanjangkan jenggot berkaitan dengan adat, yang hukumnya bisa berubah dengan perubahan zaman dan perubahan adat istiadat. Hal ini karena membiarkan jenggot tumbuh dan tidak dicukur merupakan fitroh yang tidak mungkin berubah hukumnya. Allah berfirman<br />
<br />
فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ<br />
<br />
"tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" (QS Ar-Ruum : 30)<br />
<br />
Maksud kata fitrah dalam hadits di atas, sebagaimana dikemukakan oleh para penyarah hadits, adalah: “Sunnah (tuntunan) yang dipilih oleh para Nabi terdahulu, yang seluruh ajaran langit sepakat dengannya, karena ia memang sesuai dengan tabiat asal manusia”. Anda bisa merujuk keterangan ini di kitab (an-Nihayah fi Ghoribil Hadits, karya Ibnul Atsir, hal: 710), (Fathul Bari Syarah Shohih Bukhori, hadits no: 5889), (al-Majmu’ syarhul Muhadzdzab, karya Imam Nawawi 1/338 ), (Tuhfatul Ahwadzi Syarah Sunan Tirmidzi, hadits no: 2756).<br />
<br />
Intinya, karena yang dimaksud dengan kata fitrah adalah ajaran seluruh Nabi yang sesuai dengan tabiat asal manusia, maka ia ada yang wajib, ada juga yang sunat… Bukankah khitan hukumnya wajib, meski beliau memasukkannya dalam fitrah sebagaimana hadits berikut?!<br />
<br />
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الْفِطْرَةُ خَمْسٌ أَوْ خَمْسٌ مِنْ الْفِطْرَةِ: الْخِتَانُ وَالِاسْتِحْدَادُ وَتَقْلِيمُ الْأَظْفَارِ وَنَتْفُ الْإِبِطِ وَقَصُّ الشَّارِبِ (متفق عليه)ـ<br />
<br />
Dari Abu Huroiroh r.a., bahwa Nabi -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: “Fitroh itu lima”, atau dengan redaksi “Lima diantara fitroh“: khitan, istihdad, memotong kuku, mencabut (bulu) ketiak, dan memotong kumis. (Muttafaqun Alaih)<br />
<br />
Imam al-Mawardi yang bermadzhab syafi’i juga telah menjawab syubhat ini, beliau berkata:<br />
<br />
وَأَمَّا الْجَوَابُ عَنْ قَوْلِهِ: عَشْرٌ مِنَ الْفِطْرَةِ، فَهُوَ أَنَّ الْفِطْرَةَ الدِّينُ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا [الرُّومِ : 30] يَعْنِي دِينَهُمُ الَّذِي فَطَرَهُمْ عَلَيْهِ. وَمَا قَرَنَ بِهِ مِنْ غَيْرِ الْوَاجِبَاتِ لَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ فِي حُكْمِهَا، لِأَنَّهُ قَدْ يَقْتَرِنُ الْوَاجِبُ بِغَيْرِ وَاجِبٍ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: كُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَآتُوا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ (الْأَنْعَامِ: 141)<br />
<br />
Adapun jawaban dari hadits “Sepuluh hal yang termasuk fitroh“, maka (jawabannya adalah), bahwa yang dimaksud dengan kata fitroh di sini adalah agama, sebagaimana dalam firman Alloh ta’ala: “Itulah fitroh yang manusia diciptakan atasnya” (Surat ar-Rum: 30), maksudnya adalah agama yang mereka diciptakan atasnya. Adapun hal-hal tidak wajib lainnya yang disebutkan bersamanya, itu tidak menunjukkan bahwa hal itu seperti hukumnya, karena kadang sesuatu yang wajib digandengkan dengan sesuatu yang tidak wajib, sebagaimana dalam firman-Nya: “Makanlah dari buahnya saat ia berbuah, dan tunaikanlah kewajiban (zakat)-nya saat panennya”. (Surat al-An’am: 141) (lihat http://addariny.wordpress.com/2010/01/31/jenggot-haruskah-5-terakhir/)<br />
<br />
<br />
<br />
Demikian juga bantahan terhadap perkataan sebagian orang ((Namun ketika ’urf atau tradisi orang-orang musyrik dan majusi berubah, seiring dengan berjalannya waktu dan penyebaran budaya mereka, maka mereka pun punya penampilan dan ciri fisik yang berbeda juga. Ketika banyak dari orang-orang musyrik dan majusi yang tidak lagi memanjangkan kumis dan memotong jenggot, sebagaimana yang mereka lakukan di masa hidup Rasulullah SAW, maka dalam logika mereka, hukumnya pun juga ikut berubah juga.)) (lihat http://www.rumahfiqih.com/m/x.php?id=1365327813)<br />
<br />
Dan kenyataan juga mendustakan… hingga saat ini jenggot identik dengan cirri khas kaum muslimin.<br />
<br />
Jika ada yang mengatakan bahwa sebagian kaum musyrikin seperti Yahudi juga memelihara jenggot…, maka jawabannya adalah : Sejak zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kaum yahudi, dan demikian juga kaum musyrikin Arab telah berjenggot, dan tidak dikenal bahwasanya musyrikin Arab mencukur jenggot mereka !!. Akan tetapi hal ini tidak menjadikan Nabi membatalkan hukum disyari'atkannya berjenggot. Oleh karenanya Nabi tetap menysari'atkan jenggot untuk menyelisihi kaum musyrikin yang tidak berjenggot seperti majusi. Selain itu kaum yahudi yang memelihara jenggot hanyalah sebagian kecil dari mereka, itupun jenggot sebagian mereka memiliki penampilan lain, yaitu dikuncir. Sepertinya mereka ingin tampil beda dari kaum muslimin??!!.<br />
<br />
Jika ada yang berkata, "Zaman sudah berubah kaum majusi sudah tidak lagi memanjangkan kumis dan sudah tidak lagi memotong jenggot". Jawabannya, Kapankah datang zaman tersebut??. Hingga detik ini para penyembah api atau penyembah matahari masih tidak memelihara jenggot mereka !!!. Jenggot masih dinilai sebagai ciri khas kaum muslimin… Dan jika seandainya kaum majusi sudah merubah tradisi mereka menjadi gemar memelihara jenggot maka hukum disyari'atkannya jenggot tidak akan pernah berubah karena merupakan fitroh sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits di atas lalu. Wallahu a'lam bis shawab.<br />
<br />
<br />
<br />
Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 01-07-1434 H / 11 Mei 2013 M<br />
Abu Abdil Muhsin Firanda<br />
www.firanda.com<br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-57580521273758761122013-05-08T12:22:00.001+07:002013-05-08T12:22:53.723+07:00STANDAR GANDA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-X3W-jI7Loxk/UYnhEKhVNFI/AAAAAAAACsE/TAGznd_I-K0/s1600/American_Chestnut_Tree.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-X3W-jI7Loxk/UYnhEKhVNFI/AAAAAAAACsE/TAGznd_I-K0/s1600/American_Chestnut_Tree.jpg" /></a></div>
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Ada yang menarik dari kasus Eyang Subur yang punya istri 8 orang wanita ini:</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">1).Tidak seperti biasanya, aktivis Femenis, Liberal dan HAM tidak menyerang praktek poligami yang dilakukan oleh Eyang Subur, begitu juga dengan berita2 di media sekuler yang memberitakan sangat positif kehidupan rumah tangga Eyang Subur, berbeda dengan kasus Poligami nya aa Gym yang dicerca habis2an oleh media.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">2).Padahal aa Gym cuma menikahi 2 orang wanita, sedangkan Eyang Subur menikahi 8 orang wanita sekaligus.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">3).Poligami aa Gym masih sesuai koridor syariat (tidak melebihi batas jumlah wanita yang boleh dinikahi yaitu maksimal 4 orang) sedangkan Eyang Subur melakukan poligami bathil yang diharamkan syariat karena over kuota syariat.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">4).Justru disini masalahnya, para aktivis HAM dan Feminis itu adalah kepanjangan tangan dari kafir barat yang menyerang siapapun yang hidupnya sesuai dgn syariat termasuk dalam masalah poligami.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">5).Jadi ternyata bukan Poligami nya yang mereka serang, tapi Syariat Islam-nya, jika praktek poligami itu bertentangan dengan syariat maka mereka akan dukung.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">6).Jadi jelas, bahwa aktivis HAM, Feminis, Liberal dll adalah musuh2 Islam yang berusaha untuk mengacak-acak syariat Islam dalam segala aspeknya. Waspadalah!</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">-Dede Sulaeman-</span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-47975006229399386052013-04-23T15:02:00.002+07:002013-04-23T15:02:50.570+07:00Mengapa Harus Kartini?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-izeXbNO_gZQ/UXY_9XqOchI/AAAAAAAACqA/FbdYaonblME/s1600/Pahlawanperempuan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="http://1.bp.blogspot.com/-izeXbNO_gZQ/UXY_9XqOchI/AAAAAAAACqA/FbdYaonblME/s400/Pahlawanperempuan.jpg" width="400" /></a></div>
<span style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">Ditulis oleh </span><span style="background-color: white; color: #666666; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 10px; line-height: 18px; text-transform: uppercase;">TIAR ANWAR BACHTIAR</span><br />
<span style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">Disadur dari website www.insistnet.com</span><br />
<span style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">Mengapa harus Kartini? Mengapa setiap 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan dan diteladani dibandingkan Kartini?</span><br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" /><br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">Pada dekade 1980-an, guru besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Harsya W. Bachtiar pernah menggugat masalah ini. Ia mengkritik pengkultusan R.A. Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia. Tahun 1988, masalah ini kembali menghangat, menjelang peringatan hari Kartini 21 April 1988. Ketika itu akan diterbitkan buku</span><em style="background-color: white; border: 0px; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Surat-Surat Kartini </em><span style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">oleh F.G.P. Jacquet melalui penerbitan </span><em style="background-color: white; border: 0px; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Koninklijk Institut voor Tall-Landen Volkenkunde (KITLV)</em><span style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">.</span><br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" /><br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">Tulisan ini bukan untuk menggugat pribadi Kartini. Banyak nilai positif yang bisa kita ambil dari kehidupan seorang Kartini. Tapi, kita bicara tentang Indonesia, sebuah negara yang majemuk. Maka, sangatlah penting untuk mengajak kita berpikir tentang sejarah Indonesia. Sejarah sangatlah penting. Jangan sekali-kali melupakan sejarah, kata Bung Karno. Al-Quran banyak mengungkapkan betapa pentingnya sejarah, demi menatap dan menata masa depan.</span><br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" /><br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">Banyak pertanyaan yang bisa diajukan untuk sejarah Indonesia. Mengapa harus Boedi Oetomo, Mengapa bukan Sarekat Islam? Bukankah Sarekat Islam adalah organisasi nasional pertama? Mengapa harus Ki Hajar Dewantoro, Mengapa bukan KH Ahmad Dahlan, untuk menyebut tokoh pendidikan? Mengapa harus dilestarikan ungkapan</span><em style="background-color: white; border: 0px; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani</em><span style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;"> sebagai jargon pendidikan nasional Indonesia? Bukankah katanya, kita berbahasa satu: Bahasa Indonesia? Tanyalah kepada semua guru dari Sabang sampai Merauke. Berapa orang yang paham makna slogan pendidikan nasional itu? Mengapa tidak diganti, misalnya, dengan ungkapan Iman, Ilmu, dan amal, sehingga semua orang Indonesia paham maknanya.</span><br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" /><br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">Kini, kita juga bisa bertanya, Mengapa harus Kartini? Ada baiknya, kita lihat sekilas asal-muasalnya. Kepopuleran Kartini tidak terlepas dari buku yang memuat surat-surat Kartini kepada sahabat-sahabat Eropanya, Door Duisternis tot Licht, yang oleh Armijn Pane diterjemahkan menjadi </span><em style="background-color: white; border: 0px; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Habis Gelap Terbitlah Terang</em><span style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">. Buku ini diterbitkan semasa era Politik Etis oleh Menteri Pengajaran, Ibadah, dan Kerajinan Hindia Belanda Mr. J.H. Abendanon tahun 1911. Buku ini dianggap sebagai grand idea yang layak menempatkan Kartini sebagai orang yang sangat berpikiran maju pada zamannya. Kata mereka, saat itu, tidak ada wanita yang berpikiran sekritis dan semaju itu.</span><br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" /><br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">Beberapa sejarawan sudah mengajukan bukti bahwa klaim semacam itu tidak tepat. Ada banyak wanita yang hidup sezamannya juga berpikiran sangat maju. Sebut saja Dewi Sartika di Bandung dan Rohana Kudus di Padang (terakhir pindah ke Medan). Dua wanita ini pikiran-pikirannya memang tidak sengaja dipublikasikan. Tapi yang mereka lakukan lebih dari yang dilakukan Kartini. Dewi Sartika (1884-1947) bukan hanya berwacana tentang pendidikan kaum wanita.</span><br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" /><br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">Ia bahkan berhasil mendirikan sekolah yang belakangan dinamakan Sakola Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung. Rohana Kudus (1884-1972) melakukan hal yang sama di kampung halamannya. Selain mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia (1911) dan Rohana School (1916), Rohana Kudus bahkan menjadi jurnalis sejak di Koto Gadang sampai saat ia mengungsi ke Medan. Ia tercatat sebagai jurnalis wanita pertama di negeri ini.</span><br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" /><br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">Kalau Kartini hanya menyampaikan Sartika dan Rohana dalam surat, mereka sudah lebih jauh melangkah: mewujudkan ide-ide dalam tindakan nyata. Jika Kartini dikenalkan oleh Abendanon yang ber inisiatif menerbitkan surat-suratnya, Rohana menyebarkan idenya secara langsung melalui koran-koran yang ia terbitkan sendiri sejak dari Sunting Melayu (Koto Gadang, 1912), Wanita Bergerak (Padang), Radio (padang), hingga Cahaya Sumatera (Medan).</span><br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" /><br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">Kalau saja ada yang sempat menerbitkan pikiranpikiran Rohana dalam berbagai surat kabar itu, apa yang dipikirkan Rohana jauh lebih hebat dari yang dipikirkan Kartini. Bahkan kalau melirik kisah-kisah Cut Nyak Dien, Tengku Fakinah, Cut Mutia, Pecut Baren, Pocut Meurah Intan, dan Cutpo Fa -timah dari Aceh, klaim-klaim ke terbe lakang an kaum wanita di negeri pada masa Kartini hidup ini harus segera digugurkan. Mereka adalah wanita-wanita hebat yang turut berjuang mempertahankan kemerdekaan Aceh dari serangan Belanda. Tengku Fakinah, selain ikut berperang juga adalah seorang ulama-wanita.</span><br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" /><br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">Di Aceh kisah wanita ikut berperang atau menjadi pemimpin pasukan perang bukan sesuatu yang aneh. Bahkan jauh-jauh hari sebelum era Cut Nyak Dien dan sebelum Belanda datang ke Indonesia, Kerajaan Aceh sudah memiliki Panglima Angkatan Laut wanita pertama, yakni Malahayati. Aceh juga pernah dipimpin oleh Sultanah (sultan wanita) selama empat periode (1641-1699). Posisi sulthanah dan panglima jelas bukan posisi rendahan.</span><br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" /><br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">Jadi, ada baiknya bangsa Indonesia bisa berpikir lebih jernih: Mengapa Kartini? Mengapa bukan Rohana Kudus? Mengapa bukan Cut Nyak Dien? Mengapa Abendanon memilih Kartini? Dan mengapa kemudian bangsa Indonesia juga mengikuti kebijakan itu? Cut Nyak Dien tidak pernah mau tunduk kepada Belanda. Ia tidak pernah menyerah dan berhenti menentang penjajahan Belanda atas negeri ini.</span><br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" /><br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">Meskipun aktif berkiprah di tengah masyarakat, Rohana Kudus juga memiliki visi keislaman yang tegas. Perputaran zaman tidak akan pernah membuat wanita menyamai laki-laki. Wanita tetaplah wanita dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah wanita harus menda -pat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Wanita harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan, begitu kata Rohana Kudus.</span><br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" /><br style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;" /><span style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;">Bayangkan, jika sejak dulu anak-anak kita bernyanyi: Ibu kita Cut Nyak Dien. Putri sejati. Putri Indonesia..., mungkin tidak pernah muncul masalah Gerakan Aceh Merdeka. Tapi, kita bukan meratapi sejarah, Ini takdir. Hanya, kita diwajibkan berjuang untuk menyongsong tak dir yang lebih baik di masa depan. Dan itu bisa dimulai dengan bertanya, secara serius: Mengapa Harus Kartini?</span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-53353250280933170562013-04-01T11:41:00.003+07:002013-04-01T11:44:16.454+07:0010 Rahasia Sukses Orang Jepang (Sudah Ada Dalam Ajaran Islam Tetapi Ditinggalkan)<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-M6PtwLceK4g/UVkPuQSqTPI/AAAAAAAACpw/Ok0PdzQl52M/s1600/jepang1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="http://3.bp.blogspot.com/-M6PtwLceK4g/UVkPuQSqTPI/AAAAAAAACpw/Ok0PdzQl52M/s400/jepang1.jpg" width="398" /></a></div>
<h1 style="background-color: white; border: 0px; font-family: 'Droid Serif', arial, serif; font-size: 26px; font-style: italic; font-weight: normal; line-height: 1.2em; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-transform: capitalize; vertical-align: baseline;">
</h1>
<h1 style="background-color: white; border: 0px; font-family: 'Droid Serif', arial, serif; font-size: 26px; font-style: italic; font-weight: normal; line-height: 1.2em; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-transform: capitalize; vertical-align: baseline;">
10 Rahasia Sukses Orang Jepang (Sudah Ada Dalam Ajaran Islam Tetapi Ditinggalkan)</h1>
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Telah kita ketahui dan saksikan Negara Jepang adalah negara maju yang sangat hebat dan berjaya. Namun gempa dan tsunami yang melanda negeri matahari itu menghancurkan sebagian besar wilayah jepang yang berdampak pada perekonomiannya. Akan tetapi sepertinya tidak perlu lama bagi jepang agar bisa kembali menguasai perekonomian dunia, karena Jepang dikenal memiliki rakyat yang sangat luar biasa ulet. Banyak orang-orang sukses berasal dari Jepang.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Akan tetapi ternyata penyebab majunya mereka sudah diajarkan dalam agam Islam jauh sebelum negara Jepang ada. Kita bisa berkaca kepada sejarah, di mana belum ada dalam sejarah dunia, yang bisa menguasai sepertiga dunia hanya dalam waktu 30 tahun. Itulah masa para Khalifah Rasyidin. Kaum muslimin sendiri yang meninggalkan ajaran agama mereka sehingga inilah yang diberitakan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Jika kalian berjual beli dengan cara ‘inah, memegangi ekor-ekor sapi [sibuk berternak, pent], dan menyenangi pertanian dan meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menimpakan pada kalian kehinaan, tidak akan mencabutnya dari kalian sampai kalian kembali kepada agama kalian”.[1]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Berikut kita bahas, bahwa apa yang menjadi penyebab majunya mereka ternyata ada dalam ajaran Islam sejak dahulu.[2]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1.Malu</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">#“Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dalam pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena “mengundurkan diri” bagi para pemimpin yang terlibat korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.”#</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Malu yang terpuji jelas adalah ajaran Islam. Bahkan jelas dan tegas dari sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">إِنَّ لِكُلِّ دِيْنٍ خُلُقًا وَخَلُقُ اْلإِسْلاَمِ الْـحَيَاءُ.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah malu.”[3]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">اَلْـحَيَاءُ لاَ يَأْتِيْ إِلاَّ بِخَيْـرٍ.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan semata-mata.”[4]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam riwayat Muslim disebutkan,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">اَلْـحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Malu itu kebaikan seluruhnya.”[5]]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling pemalu. Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu anhu berkata,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشَدَّ حَيَاءً مِنَ الْعَذْرَاءِ فِـيْ خِدْرِهَا.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih pemalu daripada gadis yang dipingit di kamarnya.”[6]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2.Mandiri</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">#“Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Bahkan seorang anak TK sudah harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Biasanya mereka mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang nantinya akan mereka kembalikan di bulan berikutnya.”#</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Anjuran untuk berusaha sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain adalah ajaran agama Islam.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">لأَنْ يَأْخُذَ اََحَدُكُمْ اَحْبُلَهُ ثُمَّ يَاْتِى الْجَبَلَ فَيَاْتِىَ بِحُزْمَةٍ مِنْ حَطَبٍ عَلَى ظَهْرِخِ فَيَبِيْعَهَا فَيَكُفَّ اللهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌلَهُ مِنْ اَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ اَعْطَوْهُ اَوْ مَنَعُوْهُ.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Sesungguhnya, seorang di antara kalian membawa tali-talinya dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar yang diletakkan di punggungnya untuk dijual sehingga ia bisa menutup kebutuhannya, adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik mereka memberi atau tidak”.[7]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Demikian juga nabi Dawud, seorang Raja besar, tetapi ia tetap makan dari hasil kerjanya yaitu mengolah besi.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">مَا اَكَلَ اَحَدٌطَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ اَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِْهِ, وَاِنَّ نَبِيَّّ اللهِ دَاوُدُ عَلَيْهِ السَّلامُ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِْهِ.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Tidaklah seseorang makan makanan yang lebih baik daripada hasil usahanya sendiri, sedang Nabi Daud Alaihissalam juga makan dari hasil usahanya sendiri”.[8]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3. Pantang menyerah</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">#“Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki , disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambah dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo, ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen).</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan).”#</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Semangat dan pantang menyerah!! Ini adalah ajaran Islam.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">احرص على ما ينفعك، واستعن بالله ولا تعجزن، وإن أصابك شيء فلا تقل لو أني فعلت لكان كذا وكذا؛ ولكن قل: قدر الله وما شاء فعل، فإن لو تفتح عمل الشيطان</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Bersemangatlah kamu terhadap apa-apa yang bermanfaat bagi kamu, dan mohonlah pertolongan pada Allah dan jangan merasa lemah (pantang menyerah). Dan jika meminpamu sesuatu maka jangan katakan andaikata dulu saya melakukan begini pasti akan begini dan begini, tetapi katakanlah semua adalah takdir dari Allah dan apa yang dikehendakiNya pasti terjadi.”[9]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ada tawakkal dalam ajaran Islam, lihat bagaimana motivasi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar kita mencontoh burung dalam berusaha, burung tidak tahu pasti di mana ia akan mendapat makanan, akan tetapi yang terpenting bagi burung adalah ia berusaha keluar dan terbang mencari.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">”Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.”[10]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“selalu ada Jalan”. ya, ini juga adalah ajaran Islam. Jika kita berusaha dan tawakkal, maka kita akan medapat jalan keluar dari arah yang tidak kita sangka-sangka.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Allah Ta’ala berfirman,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (At-Thalaq: 3)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">4.Loyalitas</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">#”Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan.”#</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam ajaran Islam seorang muslim diajarkan agar mematuhi persyaratan yang telah mereka sepakati. Jika dalam suatu perusahan mereka bekerja, maka mereka harus mematuhi persyaratan perusahaan yaitu harus mencurahkan yang terbaik serta loyal dengan perusahaan teresebut selama tidak melanggar batas syariat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">المُسْلِمُوْنَ عَلَى شُرُوطِهِمْ</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> “Umat Islam berkewajiban untuk senantiasa memenuhi persyaratan mereka.“[11]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">5.Inovasi</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">#”Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat.’#</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Islam juga mengajarkan agar kita mengembangkan Ilmu dan belajar (bukan iovasi dalam urusan agama = bid’ah). Bahkan kedudukan orang yang berilmu tinggi baik. Baik Ilmu dunia maupun akhirat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Allah Ta’ala berfirman,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadilah: 11)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">6. Kerja keras</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">#“Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun).Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan.”#</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kerja keras juga Ajaran Islam. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam mengajarkan kita berlindung kepada Allah dari sifat malas,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian).”[12]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bahkan kita harus bersegera dalam kebaikan untuk diri kita.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Allah Ta’ala berfirman,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan”. (Al-Baqarah: 148)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (Al-Imran:133)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">7.Jaga tradisi, menghormati orang tua dan Ibu Rumah Tangga</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">#“Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari Anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki, maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan.”#</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tentu saja tradisi yang baik yang dilestarikan. Tradisi yang sesuai dengan nilai luhur dan ajaran Islam. Ajaran Islam juga melertarikan tradisi yang baik. Sebagaimana tradisi orang Arab Jahiliyah yang memuliakan tamu, menepati janji dan sumpah walaupun sumpah itu berat sekali. Bahkan adat/tradisi bisa dijadikan patokan hukum dalam ajaran Islam. Sebagaimana kaidah fiqhiyah.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">العادة مجكمة</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Adat/tradisi dapat dijadikan patokan hukum”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Syaikh Doktor Muhammad Al-Burnu Hafizahullah menjelaskan makna kaidah ini, “Bahwasanya adat manusia jika tidak menyelisihi syari’at adalah hujjah dan dalil, wajib beramal dengan konsekuensinya karena adat dapat dijadikan hukum”.[13]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mengenai perempuan yang sudah menikah dan tidak bekerja (IRT), ini juga ajaran utama agama Islam (Ibu rumah tangga bukan pekerjaan yang sepele dan hina, akan tetapi adalah sebuah kehormatan dan butuh pengorbanan yang akan melahirkan dan mendidik generasi terbaik).</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">لا تمنعوا نساءكم المساجد وبيوتهن خير لهن</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Janganlah kalian melarang istri-istri kalian pergi ke masjid-masjid, dan rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka”[14]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mengenai menghormati orang tua. Jelas ini ajaran Islam. Bahkan digandengkan dengan ridha Allah.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Allah Ta’ala berfirman:</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” (Al-Israa’ : 23-24)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">8.Budaya baca</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">#“Jangan kaget kalau Anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran.Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca”#</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ayat yang pertama kali turun adalah perintah membaca. Ini adalah ajaran Islam.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Alla Ta’ala berfirman,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan” (Al-Alaq: 1)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Begitupula jika kita membaca teladan para ulama, misalnya syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah yang membaca setiap hari 12 jam. Begitu juga ulama yang lain, ada yang membaca sambil berjalan, hingga ia terperosok dalam lubang. Ada yang membaca sampai ia tertidur dengan buku di atas wajahnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">9 Hidup hemat</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">#“Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, mungkin kita sedikit heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30, dan ternyata sebelum tutup itu pihak supermarket memotong harga hingga setengahnya.”#</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">jelas ini ajaran islam, hemat dan berusaha qona’ah. Allah Ta’ala berfirman,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">وَالَّذِينَ إِذَا أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (hartanya), mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (Al-Furqan: 67)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">10.Kerjasama kelompok</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">#”Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, namun 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok”.”#</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Anjuran untuk bekerja sama adalah ajaran Islam. Saling membantu dalam kebaikan dan pahala.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Allah Ta’ala berfirman,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">{وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ} [المائدة: 2]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Qs. Al Maidah: 2.)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Syaikh Abdurrahman Bin Nashir As-Sa’diy rahimahullah menafsirkan,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">{وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى} أي: ليعن بعضكم بعضا على البر. وهو: اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه، من الأعمال الظاهرة والباطنة، من حقوق الله وحقوق الآدميين.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Hendaknya sebagian kalian menolong sebagian yang lain dalam al birr, dan ia adalah sebuah kata yang mencakup setiap apa yang dicintai oleh Allah dan diridha-Nya berupa amalan-amalan yang lahir dan batin dari hak-hak Allah dan manusia.“[15]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dan Allah memerintah kita agar bersatu dan bekerja sama,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Allah Ta’ala berfirman,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Dan berpeganglah kalian dengan tali Allah seluruhnya, dan jangan bercerai-berai” (Ali ’Imran : 103)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Demikian, semoga bermanfaat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">@perpus FK UGM, 2 Jumadil Awwal</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Penyusun: Raehanul Bahraen</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Artikel www.muslimafiyah.com</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[1] HR. Abu Dawud, dihasankan oleh syaikh Al-Albani dalam Al-silsilah Ash-shahihah</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[2] Sumber tulisan asli: http://peluangusaha-oke.com/rahasia-sukses-orang-jepang/</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[3] HR.Ibnu Majah (no. 4181) Lihat Silsilah al-Ahadîts ash-Shahahah (no. 940).</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[4] Muttafaq ‘alaihi</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[5] HR. Al-Bukhari no. 6117 dan Muslim no. 37/60</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[6] HR. Al-Bukhari no. 6119.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[7] HR Bukhari, no. 1471</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[8] HR Bukhari, no. 2072</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[9] HR Muslim</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[10] HR. Ahmad 1/30 dan Tirmidzi no. 2344 Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no.310 mengatakan bahwa hadits ini shahih</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[11] Shahih Al Jaami no. 6714.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[12] HR. Bukhari no. 6367 dan Muslim no. 2706</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[13] Al-Wajiz fi idhohi qowa’idi fiqhil kulliyah hal 292, cetakan kelima, Muassasah Risalah</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[14] HR. Ahmad 2/76, Abu Daawud no. 567, Ibnu Khuzaimah o. 1684, Ath-Thabaraani 12/328, dishahihkan oleh Al-Albaani dalam Shahih Sunan Abi Daawud 1/169</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[15] Taisir Karimir Rahman hal 218 , Mu’asassah Risalah, cet. I, 1420 H, syamilah</span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-26694343989636239822013-03-28T09:59:00.000+07:002013-03-28T09:59:12.835+07:00Faedah 2 Surat Al Fatihah<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-nDZlRRIqxpM/UVOxy37o5XI/AAAAAAAACpg/MeNoeQ8oa28/s1600/mekkah-petang-hari.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="265" src="http://3.bp.blogspot.com/-nDZlRRIqxpM/UVOxy37o5XI/AAAAAAAACpg/MeNoeQ8oa28/s400/mekkah-petang-hari.jpg" width="400" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam pembahasan sebelumnya telah diulas mengenai nama atau sebutan lain surat Al Fatihah. Pada postingan kali ini, kami masih melanjutkan penamaan surat Al Fatihah sebelum masuk pembahasan inti.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Al Fatihah Disebut Ash Shalah</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Surat Al Fatihah disebut pula ash shalah. Surat Al Fatihah disebut shalat karena shalat tidaklah sah kecuali dengan Al Fatihah. Dalilnya adalah hadits qudsi berikut,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهْىَ خِدَاجٌ - ثَلاَثًا - غَيْرُ تَمَامٍ ». فَقِيلَ لأَبِى هُرَيْرَةَ إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ الإِمَامِ. فَقَالَ اقْرَأْ بِهَا فِى نَفْسِكَ فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ ( الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ). قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِى عَبْدِى وَإِذَا قَالَ (الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ). قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَىَّ عَبْدِى. وَإِذَا قَالَ (مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ). قَالَ مَجَّدَنِى عَبْدِى - وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَىَّ عَبْدِى - فَإِذَا قَالَ (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ). قَالَ هَذَا بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ. فَإِذَا قَالَ (اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ). قَالَ هَذَا لِعَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ ».</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa yang shalat lalu tidak membaca Ummul Qur’an (yaitu Al Fatihah), maka shalatnya kurang (tidak sah) -beliau mengulanginya tiga kali-, maksudnya tidak sempurna.” Maka dikatakan pada Abu Hurairah bahwa kami shalat di belakang imam. Abu Hurairah berkata, “Bacalah Al Fatihah untuk diri kalian sendiri karena aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku membagi shalat (maksudnya: Al Fatihah) menjadi dua bagian, yaitu antara diri-Ku dan hamba-Ku dua bagian dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika hamba mengucapkan ’alhamdulillahi robbil ‘alamin (segala puji hanya milik Allah)’, Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah memuji-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘ar rahmanir rahiim (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)’, Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah menyanjung-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘maaliki yaumiddiin (Yang Menguasai hari pembalasan)’, Allah berfirman: Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku. Beliau berkata sesekali: Hamba-Ku telah memberi kuasa penuh pada-Ku. Jika ia mengucapkan ‘iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in (hanya kepada-Mu kami menyebah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)’, Allah berfirman: Ini antara-Ku dan hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika ia mengucapkan ‘ihdiinash shiroothol mustaqiim, shirootolladzina an’amta ‘alaihim, ghoiril magdhuubi ‘alaihim wa laaddhoollin’ (tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai dan bukan jalan orang yang sesat), Allah berfirman: Ini untuk hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta.” (HR. Muslim no. 395). Juga dalam hadits di atas disebut pula bahwa Al Fatihah disebut pula Ummul Qur’an.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam penjelasan hadits qudsi di atas disebutkan bahwa surat Al Fatihah yang tujuh ayat terbagi menjadi dua. Tiga-setengah ayat yang pertama adalah untuk Allah dan sanjungan untuk-Nya. Tiga-setengah ayat yang berikutnya adalah untuk hamba, yaitu mulai dari ayat ‘wa iyyaka nasta’in’ hingga akhir surat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Al Fatihah Disebut Juga Ruqyah</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Surat Al Fatihah disebut pula ruqyah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Sa’id Al Khudri berikut ini,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانُوا فى سَفَرٍ فَمَرُّوا بِحَىٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوهُمْ فَلَمْ يُضِيفُوهُمْ. فَقَالُوا لَهُمْ هَلْ فِيكُمْ رَاقٍ فَإِنَّ سَيِّدَ الْحَىِّ لَدِيغٌ أَوْ مُصَابٌ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ نَعَمْ فَأَتَاهُ فَرَقَاهُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَبَرَأَ الرَّجُلُ فَأُعْطِىَ قَطِيعًا مِنْ غَنَمٍ فَأَبَى أَنْ يَقْبَلَهَا. وَقَالَ حَتَّى أَذْكُرَ ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم-. فَأَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ. فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ مَا رَقَيْتُ إِلاَّ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ. فَتَبَسَّمَ وَقَالَ « وَمَا أَدْرَاكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ ». ثُمَّ قَالَ « خُذُوا مِنْهُمْ وَاضْرِبُوا لِى بِسَهْمٍ مَعَكُمْ »</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwa ada sekelompok sahabat Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dahulu berada dalam safar (perjalanan jauh), lalu melewati suatu kampung Arab. Kala itu, mereka meminta untuk dijamu, namun penduduk kampung tersebut enggan untuk menjamu. Penduduk kampung tersebut lantas berkata pada para sahabat yang mampir, “Apakah di antara kalian ada yang bisa meruqyah (melakukan pengobatan dengan membaca ayat-ayat Al Qur’an, -pen) karena pembesar kampung tersebut tersengat binatang atau terserang demam.” Di antara para sahabat lantas berkata, “Iya ada.” Lalu ia pun mendatangi pembesar tersebut dan ia meruqyahnya dengan membaca surat Al Fatihah. Akhirnya, pembesar tersebut sembuh. Lalu yang membacakan ruqyah tadi diberikan seekor kambing, namun ia enggan menerimanya -dan disebutkan-, ia mau menerima sampai kisah tadi diceritakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan kisahnya tadi pada beliau. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidaklah meruqyah kecuali dengan membaca surat Al Fatihah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas tersenyum dan berkata, “Bagaimana engkau bisa tahu Al Fatihah adalah ruqyah (artinya: bisa digunakan untuk meruqyah, -pen)?” Beliau pun bersabda, “Ambil kambing tersebut dari mereka dan potongkan untukku sebagiannya bersama kalian.” (HR. Bukhari no. 5736 dan Muslim no. 2201). Imam Nawawi membuat Bab dalam Shahih Muslim tentang bolehnya mengambil upah dari ruqyah dengan Al Qur’an atau dzikir.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Demikian beberapa pembahasan nama untuk Al Fatihah. Moga bermanfaat. Moga Allah mudahkan untuk melanjutkan pada bahasan selanjutnya. Hanya Allah yang memberi petunjuk hidayah.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">---</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">@ Pesantren Darush Sholihin, Panggang-Gunungkidul 3 Jumadal Ula 1434 H</span><br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-55785954881024245232013-03-26T11:47:00.002+07:002013-03-26T11:47:37.887+07:00SEORANG PEDAGANG BERHARTA MENJADI ZUHUD DAN AHLI IBADAH<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">SEORANG PEDAGANG BERHARTA MENJADI ZUHUD DAN AHLI IBADAH</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-oJv245M-LTA/UVEoSGKT3OI/AAAAAAAACpM/KXbm1I_m7W8/s1600/Indahnya-Zuhud.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-oJv245M-LTA/UVEoSGKT3OI/AAAAAAAACpM/KXbm1I_m7W8/s1600/Indahnya-Zuhud.jpg" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Oleh</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Syaikh Abdul Aziz Al Abdul Latif</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sesungguhnya berdakwah kepada Allah adalah tugas para nabi (semoga kesejahteraan dilimpahkan atas mereka), dan jalan para ulama rabbaniyyin, oleh karena itu berdakwah kepada Allah adalah sebuah amal pendekatan diri kepada Allah yang paling utama, dan paling agung kedudukannya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Allah berfirman.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Artinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata : “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?”[Fushilat/41 : 33]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dan berdakwah kepada Allah itu, harus benar tujuannya, bersih manhajnya (caranya), inilah jalan dakwah nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan siapa saja yang mengikuti beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan baik, sebagaimana firman Allah.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Artinya : Katakanlah : Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik” [Yusuf/12 : 108]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sungguh para Salafush Shalih kita (semoga Allah merahmati mereka) menempuh jalan ini, mereka menyuruh kebaikan, mencegah kemungkaran dan mengajarkan manusia kebaikan, menyampaikan sejelas-jelasnya melalui berbagai cara, seperti pengajaran, harta, nasehat, fatwa, hukum dan selainnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dan sungguh Salafus Shalih telah menegakkan dakwah ini untuk mengharapkan wajah Allah, mereka tidak menginginkan dari manusia balasan dan tidak pula ucapan terima kasih, dan disaat itu juga mereka menetapi keselamatan manhaj dengan mengikuti dan meninggalkan perbuatan bid’ah.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kebangkitan Islam saat ini membutuhkan pengetahuan pada contoh-contoh perbuatan dan fenomena yang nyata dari dakwah Salafus Shalih : agar keadaan-keadaan mereka itu menjadi pendorong serta pemberi semangat untuk mencontoh mereka, dan berjalan diatas uslub (metode) mereka.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Salah seorang ulama berkata : “Barangsiapa melihat sejarah Salafush Shalih pasti ia mengetahui kekurangannya, dan ketertinggalannya dari derajat seorang manusia”.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dan makalah ini berisikan fenomena-fenomena dakwah dari kehidupan Salafush Shalih, kami akan memaparkannya sebagaimana yang berikut ini.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Habib Al-Ajami adalah salah seorang penduduk Basrah, Pedagang berharta, suatu ketika ia menghadiri majelis Al-Hasan Al-Basri (semoga Allah merahmati beliau) dan mendengarkan nasehatnya, maka nasehat itu merasuk dalam hati Habib Al-Ajami, semenjak itulah Habib Al-Ajami menjadi seorang yang paling zuhud dan ahli ibadah di kota Basrah.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Inilah kisahnya untukmu secara rinci.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">‘Adalah Al-Hasan Al-Basri duduk dalam majelisnya dimana setiap hari ia mengadakan majelis ditempat itu. Adapun Habib Al-Ajami duduk dalam majelisnya dimana ahli dunia dan perdagangan mendatanginya. Dan ia lalai dengan menjelis Al-Hasan Al-Basri, dan tidak menoleh sedikitpun dengan apa yang disampaikan oleh Al-Hasan Al-Basri. Hingga suatu hari ia ingin mengetahui apa yang disampaikan Al-Hasan Al-Basri, maka dikatakan kepadanya : “Dalam majelis Al-Hasan Al-Basri diceritakan tentang surga, neraka dan manusia diberi semangat untuk mendapatkan akhirat, dan ditanamkan sikap zuhud terhadap dunia (memfokuskan segala karunia Allah untuk akhirat). Maka perkataan ini menancap dalah hatinya, lalu ia pun berkata : “Mari kita mendatangi majelis Al-Hasan Al-Basri!”, maka berkatalah orang-orang yang duduk dalam majelis kepada Al-Hasan Al-Basri : “Wahai Abu Said ini adalah Habih Al-Ajami menghadap kepadamu nasehatilah ia. Lalu Habib Al-Ajami menghadap Hasan Al-Basri dan Hasan Al-Basri menghadap kepadanya, lalu ia nasehati Habib Al-Ajami, ia ingatkan dengan syurga, ia takut-takuti dengan neraka, ia hasung untuk melakukan kebaikan, ia ingatkan untuk berlaku zuhud di dunia. Maka Habib Al-Ajami pun terpengaruh dengan nasehat itu, lalu bersedekah 40 ribu dinar. Dan iapun berlaku qona’ah (menerima) dengan hal sedikit, dan ia terus beribadah kepada Allah hingga meninggal dunia” [1]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Barangkali engkau melihat kejujuran Al-Hasan Al-Basri (semoga Allah merahmati beliau) dalam dakwahnya, selamatnya tujuan dakwahnya, hingga nasehatnya membekas dalam hati Habib Al-Ajami, nasehat yang jujur itu telah memindahkan dari riuhnya suara di pasar dan perdagangan hingga menjadi sorang ahli ibadah dan ahli zuhud yang mempunyai do’a yang mustajab (doa yang dikabulkan) dan karamah yang mulia, sebagaimana ia seorang ahli bersedekah dan berinfak di jalan Allah Ta’ala.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Alangkah indahnya perkataan Malik bin Dinar dalam permasalahan ini : “Kejujuran itu nampak dalam hati dalam keadaan lemah, lalu pemilik hati itupun mencarinya, dan Allah menambahnya hingga menjadikannya berbarakah pada dirinya, dan menjadilah perkataannya obat bagi orang-orang bersalah”.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Lalu Malik berkata : “Apakah kalian tidak melihat mereka ? kemudian ia kembali kepada dirinya : “Ya, benar demi Allah kami telah melihat mereka itu : Al-Hasan Al-Basri, Said bin Jubair dan semisal mereka itu, seorang lelaki diantara mereka yang Allah hidupkan perkataannya kepada sekelompok manusia” [2]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dan tatkala Zainal Abidin Ali bin Al-Husain mendengar nasehat Al-Hasan Al-Basri, ia berkata : “Maha suci Allah ini adalah perkataan orang yang jujur” [3]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Salah seorang ulama ditanya : “Mengapa perkataan Salafus Shalih lebih bermanfaat dari perkataan kita?” maka iapun menjawab : “Karena mereka berbicara untuk kemulian Islam, untuk keselamatan jiwa, untuk mencari ridho Allah Yang Maha Pemurah, sedangkan kita berbicara untuk kemuliaan diri, mencari dunia dan mencari keridhaan mahluk” [4]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dan sebab-sebab seseorang mendapatkan manfaat dari nasehat-nasehat Al-Hasan Al-Basri dan dari majelis-majelisnya, bahwasanya Al-Hasan Al-Basri (semoga Allah merahmati beliau) adalah panutan yang baik, dan tidaklah termasuk orang-orang yang mengatakan apa yang tidak ia kerjakan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dikatakan kepada salah seorang dari teman Al-Hasan Al-Basri : “Apakah sesuatu yang menyebabkan Al-Hasan Al-Basri mencapai kedudukannya seperti ini ? Padahal diantara kalian terdapat para ulama dan ahli-ahli fikih ? Teman Al-Hasan Al-Basri itupun berkata : “Adalah Al-Hasan Al-Basri jika memerintahkan suatu perkara maka ia adalah seorang manusia yang paling mengamalkan terhadap apa yang ia perintahkan, dan jika ia melarang dengan suatu kemungkaran maka ia adalah seorang manusia yang paling jauh meninggalkan larangan itu” [5]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dan perkara lain yang wajib kita perhatikan terhadap kejadian diatas, yaitu perhatian Al-Hasan Al-Basri terhadap masalah-masalah yang halus, masalah zuhud, dan akhlak, sampai-sampai Al-Hasan Al-Basri mempunyai majelis khusus dalam majelisnya, yang mana ia tidak berbicara padanya melainkan makna-makna zuhud dan ibadah. Maka jika seseorang meminta untuk berbicara masalah lainnya karena merasa jemu, iapun berkata : “Sesungguhnya kita berkhalwat bersama-sama teman kami adalah untuk berdzikir” [6]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sesungguhnya sebagian besar dari nasehat dan wasiat Al-Hasan Al-Basri adalah tentang mencela dunia, dan larangan dari memanjangkan harapan, dan perintah untuk mensucikan jiwa, serta membetulkan tujuan-tujuan dan niat-niat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Alangkah butuhnya kita kepada semisal nasehat-nasehat itu dan larangan-larangan dari para ulama, demikianlah para ulama terdahulu, para pemberi nasehat sebagaimana yang dikatakan Ibnul Jauzi. [7]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Berkata Al-Imam Ahmad bin Hambal : “Alangkah butuhnya kita terhadap penasehat yang jujur” [8]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dan sungguh Al-Hasan Al-Bashri pada sebagian besar keadaannya bersikap zuhud terhadap dunia, memperingatkan dari dunia, menghasung untuk akhirat, dan inilah jalan kenabian yang berpengaruh, sungguh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. yang artinya "Sesungguhnya sesuatu yang terbesar yang aku khawatirkan kepada kalian adalah apa yang dikeluarkan dari barakah bumi”, ditanyakan : “Apakah barakah bumi itu ? Beliau menjawab : “Bunga kehidupan dunia” [9]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Oleh karena itu Al-Hasan Al-Basri berkata : “Demi Allah saya tidaklah ta’ajjub (heran) dengan sesuatu seperti keheranan saya kepada seseorang yang tidak menganggap bahwa cinta dunia itu termasuk salah satu dosa besar, demi Allah sesungguhnya cinta kepada dunia adalah termasuk dosa-dosa besar, tidaklah cabang-cabang dosa-dosa besar itu melainkan dengan sebab cinta dunia? Tidaklah berhala-berhala disembah, Allah Subhanahu wa Ta’ala didurhakai melainkan karena cinta dunia ? (ya). Maka seorang yang mengetahui tidak akan mengeluh dari kehinaan dunia, dan tidak akan berlomba-lomba mendekatinya dan tidak akan putus asa karena jauh terhadap dunia” [10]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Benarlah ucapan Al-Hasan Al-Basri, sebagian dosa-dosa besar adalah tumbuh dari cinta dunia : mencuri, zina, dengki, berdusta, sombong, berbuat riya (ingin di puji) dan selainnya adalah lantaran cinta terhadap dunia, dan saling menerkam dunia, bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menghabarkan dalam kitabNya yang mulia bahwasanya kekafiran dan pantasnya seseorang mendapatkan siksa adalah lantaran cinta dan mengutamakan dunia daripada akhirat, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ وَلَٰكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمُ اسْتَحَبُّوا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا عَلَى الْآخِرَةِ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Artinya : Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang-orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya adzab yang besar. Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir” [An-Nahl/16 : 106-107]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Disini terdapat catatan terakhir : “Bahwasanya sebagian orang yang bertaubat menjauhi kehidupan untuk beribadah, dalam hal ini ada komentar, dimana tidak dibenarkan bahwa setiap orang yang bertaubat harus menempuh jalan ini : yaitu memutuskan dan berlaku zuhud dari mengambil sebab-sebab kehidupan dunia yang diperbolehkan, maka itulah rahbaniyyah (peribadatan dengan memutus dunia) yang kita dilarang darinya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Maha benar Allah yang berfirman.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi” [Al-Qashas/28 : 77]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Karena sesungguhnya dari keistimewaan agama kita adalah berlaku lurus dan bersifat tengah</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tidak ada Rahbaniyyah dan juga tidak ada maadiyah (materialistis) dan hanyalah seorang muslim itu beribadah kepada Allah, berusaha dimuka bumi dengan beramal, artinya bekerja dengan hal yang pantas yang dapat mencukupi kebutuhannya, dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Dan tidaklah dikenal dalam Islam memutuskan hidup hanya untuk beribadah saja melainkan setelah berlalu masa yang penuh keutamaan (masa para sahabat), sejak datangnya ajaran sufi yang berbuat bid’ah (amal yang tidak terdapat tuntunannya dari agama ini), dan telah diketahui sikap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap tiga orang yang bertanya tentang ibadah Rasulullah, shalatnya, puasanya, menikahnya. Maka tatkala mereka diberitahu seolah-olah mereka memandang amal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedikit. Maka mereka berketetapan untuk menyelisihi amal-amal itu, maka berkata Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam yang artinya : "Demi Allah sesungguhnya aku adalah manusia yang paling takut dan taqwa kepada Allah, akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku shalat dan aku tidur, dan aku menikahi wanita-wanita, maka barangsiapa benci kepada sunnahku maka bukanlah termasuk golonganku”[11]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Abu Nu’aim mengutip dalam kitab “Al-Hilyah” dengan sanadnya kepada Ibrahim bin Sulaiman Az-Zayyat, dimana ia berkata :</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Adalah kami berada disisi Sufyan Ats-Tsauri, lalu datanglah seorang wanita dan mengeluhkan anak laki-lakinya, wanita itu berkata : “Wahai Abu Abdullah saya mendatangimu agar engkau menasehatinya? Maka Sufyan Ats-Tsauri berkata : Ya, datangkan anakmu itu”. Kemudian perempuan itu datang bersama anaknya, maka Sufyan Ats-Tsauri pun menasehati anak itu, setelah selesai berpalinglah anak itu pergi. Maka kembalillah wanita tadi sesudah beberapa waktu dan berkata : “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan wahai Abu Abdullah (Sufyan Ats-Tsauri) dan ia pun menceritakan perilaku anaknya yang ia sukai setelah mendapat nasehat Sufyan Ats-Tsauri.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah beberapa lama, datanglah kembali wanita itu dan berkata : “Wahai Abu Abdullah, annakku tidak pernah tidur dimalam hari, dan pada siang hari ia berpuasa, tidak makan dan tidak pula minum. Maka berkatalah Sufyan Ats-Tsauri : “Celaka anda, mengapa ia berbuat demikian ?” Wanita itu menjawab : “Untuk mencari hadits”. Maka Sufyan Ats-Tsauri berkata : “Harapkanlah dirimu darinya pahala dari sisi Allah” [12]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sufyan Ats-Tsauri adalah salah seorang ulama terkemuka, dan seorang yang banyak menyuruh kebaikan, tidaklah ia takut celaan orang yang suka mencela dijalan Allah, hingga berkata salah seorang diantara mereka ; “Adalah saya keluar bersama Sufyan Ats-Tsauri, maka hampir-hampir lisannya tidak putus dari menyuruh kebaikan dan melarang dari kemungkaran baik ketika pergi atau pulang” [13]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebagaimana ia adalah seorang yang peduli dengan keadaan kaum muslimin, dan dari kisah tentang ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Yahya bin Yaman: Sufyan Ats-Tsauri dan Ibrahim bin Adham berbincang-bincang pada malam hari hingga subuh, adalah mereka berdua memperbincangkan masalah-masalah kaum muslimin.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dan dalam kisah ini kita melihat bagusnya perangai wanita tadi dalam menyelesaikan problematika anaknya, ia pergi ke Sufyan Ats-Tsauri dan memaparkan masalah yang ia hadapi, dan meminta dari Sufyan Ats-Tsauri agar menasehati putranya. Dan kita telah membaca bagaimana Sufyan Ats-Tsauri menerima dengan cepat permintaan wanita itu, dan bagaimana baiknya perangai dan sikap tawadhunya, maka ia bersegera memenuhi permintaan itu dan menasehati anaknya, lalu perangai anak wanita itu menjadi baik, hingga datanglah wanita itu berterima kasih kepada Sufyan Ats-Tsauri atas perbuatan baiknya, dan tidak sampai disini saja hasil nasehat Sufyan Ats-Tsauri, bahkan anak itu bertambah keistiqomahan, akhlak serta perhatiannya dalam mencari ilmu dan hadits, yang menyebabkan wanita itu mengkisahkan keadaan anaknya pada kali ketiga, ia berkata : “Anakku tidak tidur pada malam hari dan ia berpuasa pada siang hari … untuk mencari hadits”.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Demikianlah nasehat itu berbekas dihati pemuda itu, hingga ia menjadi seorang yang bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu hadits.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebagaimana kita menyaksikan bagaimana wanita itu memantau terus keadaan putranya, dan mengkhabarkannya kepada Sufyan Ats-Tsuri, dan ia mendapat manfaat sesudah itu dengan pendapat dan nasehat Sufyan Ats-Tsauri.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Inilah fenomena yang mulia dari dakwah Salafush Shalih, dan dalam kitab-kitab yang menjelaskan biografi salafush shalih banyak dijumpai kisah-kisah yang indah (dalam kehidupan mereka), barangsiapa ingin mengambil contoh maka hendaklah mengambil contoh orang yang sudah meninggal dunia (para sahabat nabi), karena orang yang masih hidup tidak aman darinya fitnah.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">(Majalah Ad-Dakwah Edisi 1863)</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[Disalin dari Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Edisi 09/Th.II/2004M/1424H. “Seorang Penyanyi Yang Bertaubat Ditangan Ibnu Mas’ud Penulis Syaikh Abdul Aziz Al-Abdul Latif. Penerbit Ma’had Ali Al-Irsyad Surabaya, Jl. Sultan Iskandar Muda 46 Surabaya]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">_______</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Footnote</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[1]. Hilyatul Aulia 6/149 dengan sedikit perubahan, dan lihat Siyar ‘Alamun Nubala 6/144</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[2]. Hilyatul Aulia 2/359</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[3]. Akhbarul Hasan Al-Basri Li Ibnul Jauzi hal. 2</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[4]. Sifatu Sofwah karya Ibnul Jauzi 4/122</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[5]. Tablis Iblis karya Ibnul Jauzi hal. 68</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[6]. Talbis Iblis karya Ibnul Jauzi hal 68</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[7]. Akhbar Al-Hasan Al-Basri, karya Ibnul Jauzi hal. 68</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[8]. Akhbar Al-Hasan Al-Basri</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[9]. Kutipan dari hadits-hadits yang diriwayatkan Bukhari dalam kitab Raqaiq, bab sesuatu yang melarang dari bunga kehidupan manusia dan berlomba untuk dunia</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[10]. Hilyatul Aulia 6/13, dan lihat Siyar ‘Alaamun An-Nubala 7/259</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[11]. Muttafaq ‘alaihi</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[12]. Hilyatul Aulia 4/65,66</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[13]. Hilayatul Aulia</span><br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-2863549040948154002013-03-13T09:10:00.002+07:002013-03-13T09:10:55.401+07:00Faedah 1 Surat Al Fatihah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-zP-Nn_ivCPE/UT_fxpNBJmI/AAAAAAAACk8/bPfpFG39P0w/s1600/al-fatihah-assunnah+media.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="269" src="http://4.bp.blogspot.com/-zP-Nn_ivCPE/UT_fxpNBJmI/AAAAAAAACk8/bPfpFG39P0w/s400/al-fatihah-assunnah+media.jpg" width="400" /></a></div>
<span style="color: #666666; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 21px;"><br /></span>
<span style="color: #666666; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 21px;">Risalah kali ini menjelaskan mengenai faedah surat Al Fatihah. Serial pertama akan membicarakan mengenai nama lain dari surat Al Fatihah.</span><br />
<div style="border: 0px; color: #666666; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 21px; margin-bottom: 15px; margin-top: 15px; outline: 0px; padding: 0px;">
<strong style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;"><span style="border: 0px; color: red; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Nama Lain Surat Al Fatihah</span></strong></div>
<div style="border: 0px; color: #666666; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 21px; margin-bottom: 15px; margin-top: 15px; outline: 0px; padding: 0px;">
Surat ini disebut Al Fatihah karena sebagai pembuka dalam mushaf. Al Fatihah adalah surat pertama dalam mushaf Al Qur’an. Surat ini disebut pula <em style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Sab’ul Matsanni</em> karena terdiri dari tujuh ayat. Sebagaimana yang Allah sebutkan dalam ayat,</div>
<div align="center" dir="RTL" style="border: 0px; color: #666666; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 21px; margin-bottom: 15px; margin-top: 15px; outline: 0px; padding: 0px;">
<span style="border: 0px; font-size: 14pt; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;"><span style="border: 0px; color: maroon; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">وَلَقَدْ آَتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآَنَ الْعَظِيمَ</span></span></div>
<div style="border: 0px; color: #666666; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 21px; margin-bottom: 15px; margin-top: 15px; outline: 0px; padding: 0px;">
“<em style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang agung</em>.” (QS. Al Hijr: 87). Surat Al Fatihah itulah yang disebut <em style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">sab’ul matsanni</em>. Dalam <em style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Zaadul Masiir</em> disebutkan bahwa yang dimaksudkan <em style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">sab’ul matsanni</em> (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang) adalah Fatihatul Kitab. Pendapat ini dipilih oleh ‘Umar bin Al Khottob, ‘Ali bin Abi Tholib, salah satu pendapat Ibnu Mas’ud dan pendapat yang banyak dinukil dari Ibnu ‘Abbas, juga menjadi pendapat Abu Hurairah, Al Hasan Al Bashri dan Sa’id bin Jubair dalam salah satu pendapatnya dan lainnya.</div>
<div style="border: 0px; color: #666666; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 21px; margin-bottom: 15px; margin-top: 15px; outline: 0px; padding: 0px;">
Al Fatihah disebut pula dengan <em style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Al Matsanni</em> karena surat tersebut dibaca berulang kali dalam setiap raka’at. Begitu pula surat tersebut disebut <em style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Ummul Qur’an</em> (induk Al Qur’an) karena induknya sesuatu berarti yang menjadi tempat rujukan. Makna Al Qur’an semuanya kembali pada surat ini.</div>
<div style="border: 0px; color: #666666; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 21px; margin-bottom: 15px; margin-top: 15px; outline: 0px; padding: 0px;">
Al Fatihah disebut pula <em style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Ash Shalah</em> karena surat Al Fatihah disebutkan dalam hadits qudsi berikut dengan penyebutan tersebut,</div>
<div align="center" dir="RTL" style="border: 0px; color: #666666; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 21px; margin-bottom: 15px; margin-top: 15px; outline: 0px; padding: 0px;">
<span style="border: 0px; font-size: 14pt; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;"><span style="border: 0px; color: maroon; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ</span></span></div>
<div style="border: 0px; color: #666666; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 21px; margin-bottom: 15px; margin-top: 15px; outline: 0px; padding: 0px;">
“<em style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Allah Ta’ala berfirman: Aku membagi shalat menjadi dua bagian antara Aku dan antara hamba-Ku. Bagi hamba-Ku apa yang mereka minta ….</em>” (HR. Muslim no. 395).</div>
<div style="border: 0px; color: #666666; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 21px; margin-bottom: 15px; margin-top: 15px; outline: 0px; padding: 0px;">
Mengenai kelanjutan bahasan di atas akan dibahas dalam tulisan selanjutnya, bi idznillah …</div>
<div align="center" style="border: 0px; color: #666666; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 21px; margin-bottom: 15px; margin-top: 15px; outline: 0px; padding: 0px;">
<em style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.</em></div>
<div style="border: 0px; color: #666666; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 21px; margin-bottom: 15px; margin-top: 15px; outline: 0px; padding: 0px;">
---</div>
<div style="border: 0px; color: #666666; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 21px; margin-bottom: 15px; margin-top: 15px; outline: 0px; padding: 0px;">
@ <a href="http://darushsholihin.com/" style="border: 0px; color: #222222; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-decoration: none;" target="_blank"><span style="border: 0px; color: blue; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Pesantren Darush Sholihin</span></a>, Panggang-GK, 29 Rabi’ul Akhir 1434 H</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-53662668376420374602013-03-07T09:49:00.001+07:002013-03-07T09:49:37.436+07:00Ibu, Sungguh Begitu Mulia Peranmu<br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ibu, Sungguh Begitu Mulia Peranmu</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-YmQsbbaBQxo/UTgAEvryBwI/AAAAAAAACks/E07kmX_QAXU/s1600/baby-hand.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="226" src="http://1.bp.blogspot.com/-YmQsbbaBQxo/UTgAEvryBwI/AAAAAAAACks/E07kmX_QAXU/s320/baby-hand.jpeg" width="320" /></a></div>
<br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Agama Islam sangat memuliakan dan mengagungkan kedudukan kaum perempuan, dengan menyamakan mereka dengan kaum laki-laki dalam mayoritas hukum-hukum syariat, dalam kewajiban bertauhid kepada Allah, menyempurnakan keimanan, dalam pahala dan siksaan, serta keumuman anjuran dan larangan dalam Islam.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Allah Ta’ala berfirman,</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">{وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا}</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan sedang dia orang yang beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun” (QS an-Nisaa’:124).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman,</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">{مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS an-Nahl:97)[1].</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sebagaimana Islam juga sangat memperhatikan hak-hak kaum perempuan, dan mensyariatkan hukum-hukum yang agung untuk menjaga dan melindungi mereka[2].</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Syaikh Shaleh al-Fauzan berkata, “Wanita muslimah memiliki kedudukan (yang agung) dalam Islam, sehingga disandarkan kepadanya banyak tugas (yang mulia dalam Islam). Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menyampaikan nasehat-nasehat yang khusus bagi kaum wanita[3], bahkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan wasiat khusus tentang wanita dalam kutbah beliau di Arafah (ketika haji wada’)[4]. Ini semua menunjukkan wajibnya memberikan perhatian kepada kaum wanita di setiap waktu…[5].</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tugas dan peran penting wanita</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Agungnya tugas dan peran wanita ini terlihat jelas pada kedudukannya sebagai pendidik pertama dan utama generasi muda Islam, yang dengan memberikan bimbingan yang baik bagi mereka, berarti telah mengusahakan perbaikan besar bagi masyarakat dan umat Islam.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin berkata, “Sesungguhnya kaum wanita memiliki peran yang agung dan penting dalam upaya memperbaiki (kondisi) masyarakat, hal ini dikarenakan (upaya) memperbaiki (kondisi) masyarakat itu ditempuh dari dua sisi:</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">- Yang pertama: perbaikan (kondisi) di luar (rumah), yang dilakukan di pasar, mesjid dan tempat-tempat lainnya di luar (rumah). Yang perbaikan ini didominasi oleh kaum laki-laki, karena merekalah orang-orang yang beraktifitas di luar (rumah).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">- Yang kedua: perbaikan di balik dinding (di dalam rumah), yang ini dilakukan di dalam rumah. Tugas (mulia) ini umumnya disandarkan kepada kaum wanita, karena merekalah pemimpin/pendidik di dalam rumah, sebagaimana firman Allah Ta’ala kepada istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">{وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى، وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآَتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ، إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا}</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu, dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu, dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya” (QS al-Ahzaab:33).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Oleh karena itu, tidak salah kalau sekiranya kita mengatakan: bahwa sesungguhnya kebaikan separuh atau bahkan lebih dari (jumlah) masyarakat disandarkan kepada kaum wanita. Hal ini dikarenakan dua hal:</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">1. Jumlah kaum wanita sama dengan jumlah laki-laki, bahkan lebih banyak dari laki-laki. Ini berarti umat manusia yang terbanyak adalah kaum wanita, sebagaimana yang ditunjukkan dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam…Berdasarkan semua ini, maka kaum wanita memiliki peran yang sangat besar dalam memperbaiki (kondisi) masyarakat.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">2. Awal mula tumbuhnya generasi baru adalah dalam asuhan para wanita, yang ini semua menunjukkan mulianya tugas kaum wanita dalam (upaya) memperbaiki masyarakat[6].</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Makna inilah yang diungkapkan seorang penyair dalam bait syairnya:</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">الأم مدرسة إذا أعددتَها</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">أعددتَ شَعْباً طَيِّبَ الأعراق</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ibu adalah sebuah madrasah (tempat pendidikan) yang jika kamu menyiapkannya</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Berarti kamu menyiapkan (lahirnya) sebuah masyarakat yang baik budi pekertinya[7]</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Bagaimana seorang wanita mempersiapkan dirinya agar menjadi pendidik yang baik bagi anak-anaknya?</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Agar seorang wanita berhasil mengemban tugas mulia ini, maka dia perlu menyiapkan dalam dirinya faktor-faktor yang sangat menentukan dalam hal ini, di antaranya:</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">1- Berusaha memperbaiki diri sendiri.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Faktor ini sangat penting, karena bagaimana mungkin seorang ibu bisa mendidik anaknya menjadi orang yang baik, kalau dia sendiri tidak memiliki kebaikan tersebut dalam dirinya? Sebuah ungkapan Arab yang terkenal mengatakan:</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">فاقِدُ الشَّيْءِ لا يُعْطِيْهِ</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Sesuatu yang tidak punya tidak bisa memberikan apa-apa”[8].</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Maka kebaikan dan ketakwaan seorang pendidik sangat menetukan keberhasilannya dalam mengarahkan anak didiknya kepada kebaikan. Oleh karena itu, para ulama sangat menekankan kewajiban meneliti keadaan seorang yang akan dijadikan sebagai pendidik dalam agama.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dalam sebuah ucapannya yang terkenal Imam Muhammad bin Sirin berkata: “Sesungguhnya ilmu (yang kamu pelajari) adalah agamamu (yang akan membimbingmu mencapai ketakwaan), maka telitilah dari siapa kamu mengambil (ilmu) agamamu”[9].</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Faktor penting inilah yang merupakan salah satu sebab utama yang menjadikan para sahabat Nabi menjadi generasi terbaik umat ini dalam pemahaman dan pengamalan agama mereka. Bagaimana tidak? Da’i dan pendidik mereka adalah Nabi yang terbaik dan manusia yang paling mulia di sisi Allah Ta’ala, yaitu Nabi kita Muhammad bin Abdillah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Makna inilah yang diisyaratkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya,</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">{وكيف تكفرون وأنتم تتلى عليكم آيات الله وفيكم رسوله}</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Bagaimana mungkin (baca: tidak mungkin) kalian (wahai para sahabat Nabi), (sampai) menjadi kafir, karena ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kalian (sebagai pembimbing)” (QS Ali ‘Imraan:101).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Contoh lain tentang peranan seorang pendidik yang baik adalah apa yang disebutkan dalam biografi salah seorang Imam besar dari kalangan tabi’in, Hasan bin Abil Hasan Al Bashri[10], ketika Khalid bin Shafwan[11] menerangkan sifat-sifat Hasan Al Bashri kepada Maslamah bin Abdul Malik[12] dengan berkata: “Dia adalah orang yang paling sesuai antara apa yang disembunyikannya dengan apa yang ditampakkannya, paling sesuai ucapan dengan perbuatannya, kalau dia duduk di atas suatu urusan maka diapun berdiri di atas urusan tersebut…dan seterusnya”, setelah mendengar penjelasan tersebut Maslamah bin Abdul Malik berkata: “Cukuplah (keteranganmu), bagaimana mungkin suatu kaum akan tersesat (dalam agama mereka) kalau orang seperti ini (sifat-sifatnya) ada di tengah-tengah mereka?”[13].</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Oleh karena itulah, ketika seorang penceramah mengadu kepada Imam Muhammad bin Waasi’[14] tentang sedikitnya pengaruh nasehat yang disampaikannya dalam merubah akhlak orang-orang yang diceramahinya, maka Muhammad bin Waasi’ berkata, “Wahai Fulan, menurut pandanganku, mereka ditimpa keadaan demikian (tidak terpengaruh dengan nasehat yang kamu sampaikan) tidak lain sebabnya adalah dari dirimu sendiri, sesungguhnya peringatan (nasehat) itu jika keluarnya (ikhlas) dari dalam hati maka (akan mudah) masuk ke dalam hati (orang yang mendengarnya)” [15].</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">2- Menjadi teladan yang baik bagi anak-anak.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Faktor ini sangat berhubungan erat dengan faktor yang pertama, yang perlu kami jelaskan tersendiri karena pentingnya.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Menampilkan teladan yang baik dalam sikap dan tingkah laku di depan anak didik termasuk metode pendidikan yang paling baik dan utama. Bahkan para ulama menjelaskan bahwa pengaruh yang ditimbulkan dari perbuatan dan tingkah laku yang langsung terlihat terkadang lebih besar dari pada pengaruh ucapan[16].</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Hal ini disebabkan jiwa manusia itu lebih mudah mengambil teladan dari contoh yang terlihat di hadapannya, dan menjadikannya lebih semangat dalam beramal serta bersegera dalam kebaikan[17].</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Oleh karena itulah, dalam banyak ayat al-Qur’an Allah Ta’ala menceritakan kisah-kisah para Nabi yang terdahulu, serta kuatnya kesabaran dan keteguhan mereka dalam mendakwahkan agama Allah Ta’ala, untuk meneguhkan hati Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan mengambil teladan yang baik dari mereka[18]. Allah Ta’ala berfirman,</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">{وكلا نقص عليك من أنباء الرسل ما نثبت به فؤادك، وجاءك في هذه الحق وموعظة وذكرى للمؤمنين}</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Dan semua kisah para Rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman” (QS Hud:120).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Syaikh Bakr Abu Zaid, ketika menjelaskan pengaruh tingkah laku buruk seorang ibu dalam membentuk kepribadian buruk anaknya, beliau berkata,</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Jika seorang ibu tidak memakai hijab (pakaian yang menutup aurat), tidak menjaga kehormatan dirinya, sering keluar rumah (tanpa ada alasan yang dibenarkan agama), suka berdandan dengan menampakkan (kecantikannya di luar rumah), senang bergaul dengan kaum lelaki yang bukan mahramnya, dan lain sebagainya, maka ini (secara tidak langsung) merupakan pendidikan (yang berupa) praktek (nyata) bagi anaknya, untuk (mengarahkannya kepada) penyimpangan (akhlak) dan memalingkannya dari pendidikan baik yang membuahkan hasil yang terpuji, berupa (kesadaran untuk) memakai hijab (pakaian yang menutup aurat), menjaga kehormatan dan kesucian diri, serta (memiliki) rasa malu, inilah yang dinamakan dengan ‘pengajaran pada fitrah (manusia)’ “[19].</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sehubungan dengan hal ini, imam Ibnul Jauzi membawakan sebuah ucapan seorang ulama salaf yang terkenal, Ibarahim al-Harbi[20]. Dari Muqatil bin Muhammad al-’Ataki, beliau berkata: Aku pernah hadir bersama ayah dan saudaraku menemui Abu Ishak Ibrahim al-Harbi, maka beliau bertanya kepada ayahku: “Mereka ini anak-anakmu?”. Ayahku menjawab: “Iya”. (Maka) beliau berkata (kepada ayahku): “Hati-hatilah! Jangan sampai mereka melihatmu melanggar larangan Allah, sehingga (wibawamu) jatuh di mata mereka”[21].</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">3- Memilih metode pendidikan yang baik bagi anak</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Syaikh Muhammad bin Shaleh al-’Utsaimin berkata, “Yang menentukan (keberhasilan) pembinaan anak, susah atau mudahnya, adalah kemudahan (taufik) dari Allah Ta’ala, dan jika seorang hamba bertakwa kepada Allah serta (berusaha) menempuh metode (pembinaan) yang sesuai dengan syariat Islam, maka Allah akan memudahkan urusannya (dalam mendidik anak), Allah Ta’ala berfirman,</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْراً}</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya” (QS. ath-Thalaaq:4)[22].</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Termasuk metode pendidikan yang benar adalah membiasakan anak-anak sejak dini melaksanakan perintah Allah Ta’ala dan menjauhi larangan-Nya, sebelum mereka mencapai usia dewasa, agar mereka terbiasa dalam ketaatan.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Imam Ibnu Hajar al-’Asqalani ketika menjelaskan makna hadits yang shahih ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang Hasan bin ‘Ali memakan kurma sedekah, padahal waktu itu Hasan t masih kecil[23], beliau menyebutkan di antara kandungan hadits ini adalah: bolehnya membawa anak kecil ke mesjid dan mendidik mereka dengan adab yang bermanfaat (bagi mereka), serta melarang mereka melakukan sesuatu yang membahayakan mereka sendiri, (yaitu dengan) melakukan hal-hal yang diharamkan (dalam agama), meskipun anak kecil belum dibebani kewajiban syariat, agar mereka terlatih melakukan kebaikan tersebut[24].</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Syaikh Bakr Abu Zaid berkata, “Termasuk (pembinaan) awal yang diharamkan (dalam Islam) adalah memakaikan pada anak-anak kecil pakaian yang menampakkan aurat, karena ini semua menjadikan mereka terbiasa dengan pakaian dan perhiasan tersebut (sampai dewasa), padahal pakaian tersebut menyerupai (pakaian orang-orang kafir), menampakkan aurat dan merusak kehormatan”[25].</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin ketika ditanya: apakah diperbolehkan bagi anak kecil, laki-laki maupun perempuan, untuk memakai pakaian pendek yang menampakkan pahanya? Beliau menjawab: “Sudah diketahui bahwa anak kecil yang umurnya dibawah tujuh tahun, tidak ada hukum (larangan menampakkan) bagi auratnya. Akan tetapi membiasakan anak-anak kecil memakai pakaian yang pendek dan menampakkan aurat (seperti) ini tentu akan membuat mereka mudah (terbiasa) membuka aurat nantinya (setelah dewasa). Bahkan bisa jadi seorang anak (setelah dewasa) tidak malu menampakkan pahanya, karena sejak kecil dia terbiasa menampakkannya dan tidak peduli dengannya… Maka menurut pandanganku anak-anak (harus) dilarang memakai pakaian (seperti) ini, meskipun mereka masih kecil, dan hendaknya mereka memakai pakaian yang sopan dan jauh dari (pakaian) yang dilarang (dalam agama)”[26].</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Seorang penyair mengungkapkan makna ini dalam bait syairnya:</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Anak kecil itu akan tumbuh dewasa di atas apa yang terbiasa (didapatkannya) dari orang tuanya</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sesungguhnya di atas akarnyalah pohon itu akan tumbuh[27]</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Senada dengan syair di atas, ada pepatah arab yang mengatakan:</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Barangsiapa yang ketika muda terbiasa melakukan sesuatu maka ketika tua pun dia akan terus melakukannya”[28].</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">4- Kesungguhan dan keseriusan dalam mendidik anak</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Syaikh Bakr Abu Zaid berkata: “Anak-anak adalah amanah (titipan Allah Ta’ala) kepada kedua orang tua atau orang yang bertanggungjawab atas urusan mereka. Maka syariat (Islam) mewajibkan mereka menunaikan amanah ini dengan mendidik mereka berdasarkan petunjuk (agama) Islam, serta mengajarkan kepada mereka hal-hal yang menjadi kewajiban mereka, dalam urusan agama maupun dunia. Kewajiban yang pertama (diajarkan kepada mereka) adalah: menanamkan ideologi (tentang) iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab suci, para Rasul, hari akhirat, dan mengimani takdir Allah yang baik dan buruk, juga memperkokoh (pemahaman) tauhid yang murni dalam jiwa mereka, agar menyatu ke dalam relung hati mereka. Kemudian mengajarkan rukun-rukun Islam pada diri mereka, (selalu) menyuruh mereka mendirikan shalat, menjaga kejernihan sifat-sifat bawaan mereka (yang baik), menumbuhkan (pada) watak mereka akhlak yang mulia dan tingkah laku yang baik, serta menjaga mereka dari teman pergaulan dan pengaruh luar yang buruk.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Inilah rambu-rambu pendidikan (Islam) yang diketahui dalam agama ini secara pasti (oleh setiap muslim), yang karena pentingnya sehingga para ulama menulis kitab-kitab khusus (untuk menjelaskannya)…Bahkan (metode) pendidikan (seperti) ini adalah termasuk petunjuk para Nabi dan bimbingan orang-orang yang bertakwa (para ulama salaf)”[29].</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Lebih lanjut, syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin menekankan pentingnya masalah ini dalam ucapan beliau: “Anak-anak pada masa awal pertumbuhan mereka, yang selalu bersama mereka adalah seorang ibu, maka jika sang ibu memiliki akhlak dan perhatian yang baik (kepada mereka), (tentu) mereka akan tumbuh dan berkembang (dengan) baik dalam asuhannya, dan ini akan memberikan dampak (positif) yang besar bagi perbaikan masyarakat (muslim).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Oleh karena itu, wajib bagi seorang wanita yang mempunyai anak, untuk memberikan perhatian (besar) kepada anaknya dan kepada (upaya) mendidiknya (dengan pendidikan yang baik). Kalau dia tidak mampu melakukannya seorang diri, maka dia bisa meminta tolong kepada suaminya atau orang yang bertanggung jawab atas urusan anak tersebut…</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dan tidak pantas seorang ibu (bersikap) pasrah dengan kenyataan (buruk yang ada), dengan mengatakan: “Orang lain sudah terbiasa melakukan (kesalahan dalam masalah) ini dan aku tidak bisa merubah (keadaan ini)”.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Karena kalau kita terus menerus pasrah dengan kenyataan (buruk ini), maka nantinya tidak akan ada perbaikan, sebab (dalam) perbaikan mesti ada (upaya) merubah yang buruk dengan cara yang baik, bahkan merubah yang (sudah) baik menjadi lebih baik (lagi), supaya semua keadaan kita (benar-benar) menjadi baik.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Di samping itu, (sikap) pasrah pada kenyataan (buruk yang ada) adalah hal yang tidak diperbolehkan dalam syariat Islam. Oleh karena itulah, ketika Allah mengutus Nabi kepada kaumnya yang berbuat syirik (bangsa Arab jahiliyyah), yang masing-masing mereka menyembah berhala, memutuskan hubungan kekeluargaan, berbuat aniaya dan melampaui batas terhadap orang lain tanpa alasan yang benar, (pada waktu itu) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak lantas (bersikap) pasrah (pada kenyataan yang ada), bahkan Allah sendiri tidak mengizinkan beliau (bersikap) pasrah pada kenyataan (buruk tersebut). Allah memerintahkan kepada beliau:</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Maka sampaikanlah (secara terang-terangan) segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah (jangan pedulikan) orang-orang yang musyrik” (QS al-Hijr:94)”[30].</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Penutup</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Demikianlah, semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan taufik-Nya kepada para wanita muslimah, agar mereka menyadari mulianya tugas dan peran mereka dalam Islam, dan agar mereka senantiasa berpegang teguh dengan petunjuk-Nya dalam mendidik generasi muda Islam dan dalam urusan-urusan kehidupan lainnya.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kota Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, 8 Syawwal 1430 H</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Artikel www.muslim.or.id</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[1] Lihat keterangan syaikh Bakr Abu Zaid dalam kitab “Hiraasatul fadhiilah” (hal. 17).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[2] Lihat kitab “al-Mar’ah, baina takriimil Islam wa da’aawat tahriir” (hal. 6).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[3] Misalnya dalam HSR al-Bukhari (no. 3153) dan Muslim (no. 1468).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[4] Dalam HSR Muslim (no. 1218).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[5] Kitab “at-Tanbiihaat ‘ala ahkaamin takhtashshu bil mu’minaat” (hal. 5).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[6] Kitab “Daurul mar-ati fi ishlaahil mujtama’” (hal. 3-4).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[7] Dinukil oleh syaikh Shaleh al-Fauzan dalam kitab “Makaanatul mar-ati fil Islam” (hal. 5).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[8] Dinukil oleh syaikh al-Albani dalam kitab “at-Tawassul, ‘anwaa’uhu wa ahkaamuhu” (hal. 74).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[9] Muqaddimah shahih Muslim (1/12).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[10] Beliau adalah Imam besar dan terkenal dari kalangan Tabi’in ‘senior’ (wafat 110 H), memiliki banyak keutamaan sehingga sebagian dari para ulama menobatkannya sebagai tabi’in yang paling utama, biografi beliau dalam kitab “Tahdziibul kamaal” (6/95) dan “Siyaru a’laamin nubala’” (4/563).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[11] Beliau adalah Abu Bakr Khalid bin Shafwan bin Al Ahtam Al Minqari Al Bashri, seorang yang sangat fasih dalam bahasa Arab, biografi beliau dalam kitab “Siyaru a’laamin nubala’” (6/226).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[12] Beliau adalah Maslamah bin Abdil Malik bin Marwan bin Al Hakam (wafat 120 H), seorang gubernur dari Bani Umayyah, saudara sepupu Umar bin Abdul Aziz dan meriwayatkan hadits darinya, biografi beliau dalam kitab “Tahdziibul kamaal” (27/562) dan “Siyaru a’laamin nubala’” (5/241).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[13] Siyaru a’laamin nubala’ (2/576).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[14] Beliau adalah Muhammad bin Waasi’ bin Jabir bin Al Akhnas Al Azdi Al Bashri (wafat 123 H), seorang Imam dari kalangan Tabi’in ‘junior’ yang taat beribadah dan terpercaya dalam meriwayatkan hadits, Imam Muslim mengeluarkan hadits beliau dalam kitab “Shahih Muslim” . Biografi beliau dalam kitab “Tahdziibul kamaal” (26/576) dan “Siyaru a’laamin nubala’” (6/119).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[15] Kitab “Siyaru a’laamin nubala’” (6/122).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[16] Lihat “al-Mu’in ‘ala tahshili adabil ‘ilmi” (hal. 50) dan “Ma’alim fi thariqi thalabil ‘ilmi” (hal. 124).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[17] Lihat keterangan syaikh Abdurrahman as-Sa’di dalam tafsir beliau (hal. 271).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[18] Lihat “Tafsir Ibnu Katsir” (2/611).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[19] Kitab “Hirasatul fadhiilah” (hal. 127-128).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[20] Beliau adalah Imam besar, penghafal hadits, Syaikhul Islam Ibrahim bin Ishak bin Ibrahim bin Basyir al-Baghdadi al-Harbi (wafat 285 H), biografi beliau dalam “Siyaru a’alamin nubala’” (13/356).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[21] Kitab “Shifatush shafwah” (2/409).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[22] Kutubu wa rasaa-ilu syaikh Muhammad bin Shaleh al-’Utsaimiin (4/14).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[23] HSR al-Bukhari (no. 1420) dan Muslim (no. 1069).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[24] Fathul Baari (3/355).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[25] Kitab “Hiraasatul fadhiilah” (hal. 10).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[26] Kitab “Majmu’atul as-ilah tahummul usratal muslimah (hal. 146).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[27] Kitab “Adabud dunya wad diin” (hal. 334).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[28] Dinukil dan dibenarkan oleh syaikh Muhammad bin Shaleh al-’Utsaimin dalam “Majmu’atul as-ilah tahummul usratal muslimah (hal. 43).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[29] Kitab “Hiraasatul fadhiilah” (hal. 122).</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[30] Kitab “Daurul mar-ati fi ishlaahil mujtama’” (hal. 14-15).</span><br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-5141753544935717822013-03-06T09:47:00.002+07:002013-03-06T09:50:11.006+07:00PENYESALAN YANG TIADA BERGUNA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/--KAJfL6iIUc/UTar6uqp0OI/AAAAAAAACkg/2RZNOoJrhN8/s1600/sesal1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://3.bp.blogspot.com/--KAJfL6iIUc/UTar6uqp0OI/AAAAAAAACkg/2RZNOoJrhN8/s320/sesal1.jpg" width="237" /></a></div>
<br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">PENYESALAN YANG TIADA BERGUNA</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Oleh</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ustadz Nur Kholis Kurdian</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya, (mereka berkata), "Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yakin [as-Sajdah/32:12]</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">PENDAHULUAN</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Allâh Azza wa Jalla , Dzat Yang Maha Penyayang, kasih-sayang-Nya meliputi segala sesuatu. Di antara petunjuk akan kasih-sayang-Nya, Allâh Azza wa Jalla menciptakan alam semesta beserta isinya untuk kehidupan manusia, hamba-hamba-Nya. Tidak hanya itu saja, bahkan Allâh Azza wa Jalla mengutus para rasul dengan membawa risâlah (wahyu Allâh Azza wa Jalla ) untuk disampaikan kepada mereka, agar mereka dapat menggapai kebahagiaan yang hakiki di dunia maupun di akhirat. </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Meskipun demikian, tidak sedikit dari mereka yang masih berkubang dalam lembah kekufuran, mengingkari Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya, tidak mempercayai surga dan neraka, juga tidak mengimani hari Pembalasan. Bahkan jumlah mereka jauh lebih banyak ketimbang kaum Mukminin. Tidak sebatas menolak ajaran Allâh Azza wa Jalla dan dakwah para rasul-Nya, mereka bahkan berani memusuhi dan memerangi dakwah para rasul tersebut. Kendatipun telah diperingatkan dengan ancaman siksa Allâh Azza wa Jalla yang akan menimpa orang-orang yang tidak beriman, namun mereka tetap pada pendirian mereka yang batil. Wallâhul Hâdi</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">PENYESALAN ORANG-ORANG KAFIR DI HARI KIAMAT</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Melalui ayat di atas, Allâh Azza wa Jalla mengabarkan tentang keadaan orang-orang kafir pada hari Kiamat, saat mereka menyaksikan langsung adzab neraka dengan mata kepala mereka sendiri. Pada saat itu, mereka menjadi yakin sepenuhnya bahwa mereka akan ditimpa adzab yang ada di hadapan mereka. Betapa malunya mereka di hadapan Allâh Azza wa Jalla , sampai mereka menundukkan kepala. Betapa dalam penyesalan mereka saat itu, sampai mereka meohon kepada Allâh Azza wa Jalla agar dikembalikan ke dunia untuk melakukan amal shaleh. Mereka mengatakan:</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">"Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yakin."</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Maksud perkataan ini, sebagaimana dijelaskan Imam Ibnu Katsîr rahimahullah, "Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia untuk melakukan amal shaleh, sesungguhnya kami sekarang telah yakin bahwa janji-Mu adalah benar dan perjumpaan dengan-Mu adalah benar." [1] </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Imam Qatâdah rahimahullah mengatakan, “Demi Allâh, mereka tidak berharap dikembalikan ke dunia untuk menjumpai keluarga dan kaum kerabat, akan tetapi mereka berharap dikembalikan ke dunia untuk melaksanakan ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla . Lihatlah harapan dan keinginan orang-orang yang tidak melaksanakan ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla ketika di dunia ! Karena itu, berbuatlah ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla (sewaktu masih hidup di dunia)."[2] </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Semakna dengan penggalan ayat di atas, firman Allâh Azza wa Jalla : </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">أَسْمِعْ بِهِمْ وَأَبْصِرْ يَوْمَ يَأْتُونَنَا</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami [Maryam/19:38]</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ayat ini memuat dua shîghah al-ta’ajjub (bentuk takjub), kedua-duanya sebagai kinâyah untuk mewakili ancaman siksa yang akan menimpa mereka.[3] Artinya, Allâh Azza wa Jalla mengancam mereka dengan adzab yang telah mereka lihat dan mereka dengar. Ini menunjukkan bahwa penyesalan mereka pada saat itu tidak berguna, kenapa mereka baru mulai percaya saat itu? Mengapa ketika di dunia mereka menutup mata dan telinga terhadap peringatan para utusan Allâh Azza wa Jalla ? Marilah kita simak firman Allâh Azza wa Jalla dalam ayat yang lain :</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">لَقَدْ كُنْتَ فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَٰذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka kami singkapkan dari padamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu sangat tajam [Qâf/50:22] </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Mereka juga menyesali perbuatan mereka dengan cara menyalahkan diri mereka sendiri, seraya mengatakan ; </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Andaikata kami dahulu mau mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya kami tidaklah termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala [al-Mulk/67:10]</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ini menunjukkan betapa besar penyesalan mereka atas tingkah laku buruk mereka ketika di dunia. Akan tetapi, pada saat itu, penyesalan mereka sudah tidak berguna lagi. Ibarat nasi yang telah menjadi bubur. Andaikata penyesalan itu sebelum siksa berada di depan mereka (yaitu pada waktu mereka hidup di dunia), maka penyesalan itu akan bermanfaat bagi mereka. Mereka akan selamat dari siksa pada hari itu.[4] </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Begitulah keadaan mereka pada hari Kiamat, malang tak dapat ditolak, mereka akan mengalami penderitaan siksa yang amat pedih akibat perbuatan mereka di dunia. Semoga Allâh Azza wa Jalla melindungi kita darinya.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">MACAM-MACAM PENYESALAN[5] </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ungakapan "penyesalan kemudian tidak ada gunanya", sangat tepat untuk menggambarkan penyesalan orang-orang kafir, karena penyesalan mereka datang saat rasa sesal itu sudah tidak bermanfaat dan tidak berpengaruh untuk memperbaiki keadaan. Akan tetapi, jika setelah penyesalan itu masih ada kesempatan untuk memperbaiki apa yang disesalinya, maka penyesalan itu akan sangat berguna.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ada dua macam penyesalan yang tidak bermanfaat bagi seseorang. </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pertama, penyesalan di waktu ajal tiba. Di antara contohnya adalah penyesalan orang-orang fâsiq yang enggan melaksanakan kewajiban mengeluarkan sebagian harta mereka untuk bersedekah, sebagaimana yang telah disebutkan dalam firman Allâh Azza wa Jalla : </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, "Ya Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh" [al-Munâfiqûn/63:10]</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dalam ayat yang lain, Allâh Azza wa Jalla juga mengkisahkan penyesalan Fir’aun ketika ajal menghampirinya. Allâh Azza wa Jalla berfirman : </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">حَتَّىٰ إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Hingga bila Fir’aun itu hampir tenggelam, dia berkata, “Saya percaya bahwa tidak ada Rabb (berhak diibadahi) melainkan (Rabb) yang dipercayai oleh bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allâh). (Kemudian dikatakan kepadanya), “Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan". [Yûnus/10:90-91]</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kedua ayat di atas menunjukkan betapa tidak bergunanya suatu penyesalan ketika ajal sudah datang.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kedua; penyesalan pada waktu siksa akan menimpa (pada hari Kiamat). Seperti yang telah disebutkan pada ayat yang kita bahas di atas dan pada ayat yang lainnya, seperti firman Allâh Azza wa Jalla : </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">وَتَرَى الظَّالِمِينَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ يَقُولُونَ هَلْ إِلَىٰ مَرَدٍّ مِنْ سَبِيلٍ</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dan kamu akan melihat orang-orang yang zhalim ketika mereka melihat adzab berkata, “Adakah kiranya jalan untuk kembali ke dunia?” [asy-Syûrâ/42:44]</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jadi penyesalan, taubat maupun keimanan diwaktu kematian datang (sakaratul maut) atau di waktu siksa akan menimpa pada hari Kiamat, semuanya itu tidak bermanfaat bagi seseorang dan tidak diterima oleh Allâh Azza wa Jalla .[6] </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">PERMINTAAN ORANG-ORANG KAFIR DI HARI KIAMAT[7] </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Setelah kita mengetahui penyesalan orang-orang kafir pada waktu menyaksikan siksa Allâh Azza wa Jalla pada hari Kiamat, maka marilah kita melihat permintaan apa saja yang mereka ajukan kepada Allâh Azza wa Jalla yang timbul dari penyesalan mereka? Ada beberapa permintaan yang mereka ajukan, di antaranya :</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">1. Mereka meminta agar dikembalikan ke dunia supaya bisa melakukan amal shaleh. Amal shaleh, cakupannya sangat luas, mencakup ucapan dua kalimat syahadat, mengerjakan shalat, membayar zakat, menunaikan haji dan lainnya. Permintaan mereka itu sebagaimana Firman Allâh Azza wa Jalla di atas (as-Sajdah/32:12), dan ayat-ayat yang lainnya, seperti firman Allâh Azza wa Jalla :</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) adzab datang kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zhalim, “Ya Rabb kami, kembalikanlah kami meskipun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan-Mu dan mengikuti rasul-rasul”. [Ibrâhîm/14:44]</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dalam ayat yang lain, Allâh Azza wa Jalla juga berfirman;</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dan mereka berteriak didalam neraka itu, “Ya Rabb kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan melakukan amal saleh berbeda dengan yang telah kami kerjakan" [Fâthir/35:37]</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dan masih banyak ayat yang lainnya yang menunjukkan permintaan mereka untuk dikembalikan ke dunia agar mereka bisa beramal shaleh.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">2. Mereka mengharapkan ada yang mau (bisa) memberi syafa’at (pertolongan) bagi mereka agar selamat dari siksa Allâh Azza wa Jalla , sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla :</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">يَوْمَ يَأْتِي تَأْوِيلُهُ يَقُولُ الَّذِينَ نَسُوهُ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ فَهَلْ لَنَا مِنْ شُفَعَاءَ فَيَشْفَعُوا لَنَا أَوْ نُرَدُّ فَنَعْمَلَ غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al-Qur’an itu, berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu, “sesungguhnya telah datang rasul-rasul Rabb kami membawa yang haq, maka adakah bagi kami pemberi syafa’at yang akan memberi syafa’at bagi kami [al-A’râf/7:53]</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Akan tetapi, permohonan mereka tersebut tidak ada artinya, permintaan tersebut tidak dikabulkan oleh Allâh Azza wa Jalla . Allâh Azza wa Jalla telah mengetahui andaikata mereka dikembalikan ke dunia, niscaya mereka akan seperti semula, yaitu mendustakan ayat-ayat Allâh dan menyelisihi Rasul-Nya.[8] </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Allâh Azza wa Jalla berfirman: </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka [al-An’âm/6:28]</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">JANJI ALLAH AZZA WA JALLA PASTI TERLAKSANA</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Selanjutnya, Allâh Azza wa Jalla berfirman;</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">وَلَوْ شِئْنَا لَآتَيْنَا كُلَّ نَفْسٍ هُدَاهَا وَلَٰكِنْ حَقَّ الْقَوْلُ مِنِّي لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk baginya, akan tetapi telah tetaplah perkataan (ketetapan) dariku; sesungguhnya akan Aku penuhi neraka Jahannanm itu dengan jin dan manusia bersama-sama [as-Sajdah/32:13]</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ayat di atas semakna dengan ayat: </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dan andaikata Rabbmu menghendaki, tentulah semua orang yang ada di muka bumi itu beriman [Yûnus/10:99]</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Syaikh 'Abdurrahmân as-Sa’di rahimahullah mengatakan, ”Semua ini terjadi atas takdir Allâh Azza wa Jalla , yang mana Allâh Azza wa Jalla telah membiarkan mereka berkubang dalam kekafiran dan kemaksiatan, oleh sebab itu Allâh Subhanahu wa Ta’alaberfirman (dalam ayat diatas) yang artinya; Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami akan berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk baginya, ini menunjukkan bahwa Allâh Subhanahu wa Ta’alamampu memberikan petunjuk kepada semua manusia jika Ia menghendaki, akan tetapi Allâh Azza wa Jalla tidak menghendaki hal itu karena ada hikmah (yang tersirat didalamnya), oleh karena itu Allâh Subhanahu wa Ta’alaberfirman yang artinya; “akan tetapi telah tetaplah perkataan (ketetapan) dariku”, yaitu ketetapan yang tidak akan berubah, “sesungguhnya akan Aku penuhi neraka Jahannanm itu dengan jin dan manusia bersama-sama”, ini merupakan janji Allâh Subhanahu wa Ta’alayang pasti terlaksana, tidak ada yang bisa menolaknya, tentunya (hal itu) diiringi dengan adanya beberapa sebab yaitu kekafiran ataupun kemaksiatan. [9] </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">JAWABAN ALLAH AZZA WA JALLA ATAS PERMINTAAN ORANG-ORANG KAFIR[10] </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pada saat mereka meminta kepada Allâh Azza wa Jalla dengan penuh pengharapan atas terkabulkannya doa mereka, Allâh Azza wa Jalla menjawab permintaan tersebut dengan jawaban yang berbeda-beda, akan tetapi maknanya sama. Yakni, tidak mengabulkan permintaan mereka tersebut. Jawaban tersebut di antaranya, terdapat pada lanjutan ayat yang kita bahas kali ini, yaitu firman Allâh Azza wa Jalla : </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">فَذُوقُوا بِمَا نَسِيتُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَٰذَا إِنَّا نَسِينَاكُمْ ۖ وَذُوقُوا عَذَابَ الْخُلْدِ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Maka rasakanlah siksa ini disebabkan kamu melupakan pertemuan dengan harimu ini (hari kiamat); sesungguhnya kami telah melupakan kamu pula dan rasakanlah siksa yang kekal, disebabkan apa yang selalu kamu kerjakan. [as-Sajdah/32:14]</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Di dalam ayat yang lain, Allâh Azza wa Jalla juga menjawab permintaan mereka dengan berfirman: </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Bukankah kamu telah bersumpah dahulu ketika di dunia bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?.[Ibrâhîm/14:44]</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jawaban ini sekaligus sebagai celaan atas perkataan dan perbuatan mereka ketika di dunia.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Allâh Azza wa Jalla juga menjawab permintaan mereka pada surat Fâthir ayat 36 dalam firman-Nya: </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ ۖ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dan apakah kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan apakah tidak datang kepadamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (adzab Kami) dan tidak ada bagi orang yang zhalim seorang penolong [Fâthir/35:37]</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ayat ini menunjukkan bahwa Allâh Azza wa Jalla telah melakukan iqâmatul hujjah (menegakkan hujjah guna mematahkan alasan-alasan) terhadap mereka dengan memberikan umur panjang kepada mereka yang cukup bagi mereka untuk memikirkan ayat-ayat Allâh Azza wa Jalla ketika di dunia. Meskipun demikian, mereka tetap enggan memikirkan ayat-ayat tersebut, mereka lebih memilih kekafiran dari pada keimanan. </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Allâh Azza wa Jalla juga menjawab permintaan mereka pada surat al-Mu`minûn ayat 37 dengan menghinakan mereka dalam firman-Nya: </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">قَالَ اخْسَئُوا فِيهَا وَلَا تُكَلِّمُونِ</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Allâh berfirman, “Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan-Ku. [al-Mu`minûn/23:108]</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Demikianlah jawaban Allâh Azza wa Jalla terhadap permintaan orang-orang kafir ketika mereka sudah berada di dalam neraka, permintaan mereka sama sekali tidak diperhatikan, bahkan mereka disuruh diam dan dilarang berbicara dengan-Nya. Sungguh, betapa besar kesengsaraan yang mereka alami, dan alangkah besar penyesalan mereka. Mereka mengalami kehinaan yang luar biasa di neraka. </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Oleh sebab itu, menjadi kewajiban kita sekalian -selagi kesempatan masih ada- untuk beriman kepada Allâh Azza wa Jalla dan menaati segala perintah-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya. Sebab, pelangaran terhadap syariat-Nya hanya akan menimbulkan kehinaan bagi para pelakunya. </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Mudah-mudahan Allâh Azza wa Jalla memberikan kemudahan bagi kita untuk mendapatkan hidayah dan tauhfik untuk berbuat baik sesuai dengan perintah Allâh Azza wa Jalla dan petunjuk Rasul-Nya. </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">PELAJARAN DARI AYAT</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">1. Ancaman siksa bagi orang-orang kafir dan penyesalan mereka di hari Kiamat.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">2. Penyesalan, taubat maupun keimanan seseorang pada saat kematian menjemput dan di saat mereka melihat siksa pada hari Kiamat, semua itu tidaklah bermanfaat bagi mereka.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">3. Keinginan dan harapan orang-orang kafir untuk kembali ke dunia untuk melakukan amal shaleh setelah mereka mengetahui kebenaran siksa Allâh Azza wa Jalla . </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">4. Penyesalan di hari Kiamat tidak berguna.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">5. Ketetapan Allâh Azza wa Jalla tidak berubah</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">6. Amal perbuatan manusia merupakan sebab bagi mereka untuk mendapatkan balasan baik ataupun buruk. Wallâhu a'lam</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XIV/1431/2010M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">_______</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Footnote</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[1]. Tafsîr Ibnu Katsîr (6/362), tahqîq Sâmi bin Muhammad Salâmah, Cet. II, Thn. 1420 H/1999 M, Dârut Taibah, Saudi Arabia</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[2]. Ibid (6/494)</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[3]. Tafsîr Ibnu ‘Âsyur (16/40), Cet. I, Thn. 1420 H/2000 M, Mu’assasah Târîkh al-'Arabi, Beirut Libanon</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[4]. Tafsîr Ibnu Katsîr (5/232)</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[5]. Adhwâ’ul Bayân (3/574-575) secara ringkas dengan beberapa tambahan dari penulis </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[6]. Termasuk penyesalan yang tidak berguna, penyesalan yang dilakukan ketika siksa Allâh Azza wa Jalla telah datang untuk ditimpakan kepada kaum yang mendustakan Allâh dan rasul-Nya di dunia, sebagaimana yang dialami oleh umat nabi-nabi terdahulu, kecuali Nabi Yûnus q . Ketika ketentuan siksa telah tiba, penyesalan dan keimanan mereka tidak bermanfaat sedikit pun. Red)</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[7]. Lihat Tafsîr ath-Thabari (19/76), Tafsîr al-Qurthubi (9/379), Adhwâul Bayân (3/578)</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[8]. Tafsîr Ibnu Katsîr (6/362)</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[9]. Tafsîr as-Sa’di (1/654), Cet. I, Thn. 1420 H/2000 M, Muassasah ar-Risâlah, Beirut.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[10]. Lihat Tafsîr ath-Thabari (19/76), Tafsîr al-Qurthubi (9/379), Adhwâul Bayân (3/578)</span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-40554931617472205132013-03-01T08:53:00.000+07:002013-03-01T08:53:31.349+07:00ANTARA KETENANGAN JIWA, KEDAMAIAN HATI DAN SEBUAH KEBENARAN<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">ANTARA KETENANGAN JIWA, KEDAMAIAN HATI DAN SEBUAH KEBENARAN</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-E-GMocHcD7o/UTAJutMgIuI/AAAAAAAACkM/kKW0cveV-tc/s1600/kesulitan-hidup1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-E-GMocHcD7o/UTAJutMgIuI/AAAAAAAACkM/kKW0cveV-tc/s1600/kesulitan-hidup1.jpg" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Oleh</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Abu Abdillah Arief B. bin Usman Rozali</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pada zaman ini, banyak permasalahan yang dihadapi setiap manusia -dan secara khusus kaum Muslimin-, baik berkaitan dengan masalah lahir, batin, ataupun kejiwaan. Dari sini, muncullah berbagai ragam usaha untuk mengatasi problematika hidupnya. Tujuan utamanya, pada dasarnya hanya satu, yaitu; mendapatkan kepuasan hati, ketenteraman hidup, dan ketenangan jiwa.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Yang amat disayangkan, munculnya anggapan keliru karena ketidakpahaman atau karena belum mengerti, bahwa tidak semua hal yang mampu mendatangkan kepuasan, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa menunjukkan kebenaran sesuatu tersebut. Ya, kita bisa katakan, benar, memang sesuatu tersebut dapat mendatangkan kepuasan, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa. Namun permasalahannya, apakah semua hal yang bisa mendatangkan kepuasan, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa bisa dibenarkan secara syar’i? Jadi, yang dimaksud “benar” disini adalah, benar secara tinjauan dan hukum syar’i. Jika tidak demikian, kita akan menemukan betapa banyak praktek-praktek yang memang telah terbukti mampu mendatangkan kepuasan hati, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa orang. Sebagai contoh, sebutlah bersemedhi, bertapa, atau meditasi, atau terapi psikologis lainnya. Hal-hal tersebut memang terbukti mampu mendatangkan kepuasan hati, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa orang yang melakukannya [1]. Namun, apakah syariat Islam yang mulia dan sempurna ini membenarkannya? Atau minimal mengizinkannya? Atau; apakah kepuasan hati, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa tersebut -jika memang terjadi- adalah hakiki dan abadi? Inilah permasalahannya. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Al Imam al ‘Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,"Adapun di bawah derajat orang ini (yakni orang yang merasakan kelezatan dengan mengenal Allah dan bertaqarrub denganNya), maka sangatlah banyak, dan tidak bisa menghitung banyaknya kecuali Allah. Bahkan, sampai pada derajat orang (yang masih bisa merasakan kelezatan dengan) melakukan hal-hal yang sangat hina, hal-hal yang kotor dan menjijikan, baik berupa perkataan maupun perbuatan…”.[2]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Perkataan beliau ini menjelaskan, ternyata ada hal-hal yang memang terbukti mampu mendatangkan kepuasan hati, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa orang yang melakukannya, namun, tentu sangat berbeda derajat orang yang merasakan kepuasan hati, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa dengan cara bertaqarrub dan taat kepada Allah, dengan orang yang mencapainya tetapi dengan cara bermaksiat dan meninggalkan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Permasalahan ini, persis dengan seseorang yang mencari kesembuhan dari penyakit kronis yang dideritanya, sementara para dokter telah angkat tangan dari penyakitnya tersebut, lalu akhirnya, orang ini berobat ke dukun, kemudian sembuh. Maka, apakah kesembuhannya bisa ia jadikan dalil atas bolehnya berobat atau mendatangi dukun? Apakah kesembuhan yang ia dapati -dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala - menunjukkan bahwa dukun tersebut berada di atas al haq (baca : kebenaran)? Apakah kesembuhannya itu berasal dari cara yang dibenarkan oleh syariat? [3]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebagai seorang muslim -yang mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa memberikan taufiqNya- kita tentu tidak boleh ragu dan syak, bahwa kepuasan hati, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa adalah salah satu sifat syariat Islam yang mulia dan sempurna ini. Itupun, harus dilakukan sesuai dengan tuntunan syariat yang benar dalam beribadah. Yaitu, ikhlash hanya untuk Allah l semata, dan mutaba’atur rasul (mengikuti tuntunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam), sebagaimana yang telah banyak diterangkan oleh para ulama tentang masalah ini.[4]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dari sekilas penjelasan di atas, kita bisa pahami, bahwa merupakan kekeliruan jika ada seseorang yang berkata “Segala sesuatu yang bisa mendatangkan dan menimbulkan kepuasan hati, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa, maka hal itu boleh-boleh saja dilakukan, karena hal itu merupakan indikasi kebenaran sesuatu tersebut”. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di manakah letak kekeliruan perkataan ini? Kita katakan : “Memang, salah satu bukti benarnya sesuatu hal adalah timbulnya kepuasan hati, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa pada si pelakunya. Dan ini merupakan salah satu sifat syariat Islam jika dilakukan sesuai dengan tuntunan syariat yang benar dalam beribadah, sebagaimana telah diterangkan di atas. Namun, tidak semua yang bisa mendatangkan dan menimbulkan kepuasan hati, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa sebagai sebuah kebenaran”.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Seandainya orang itu hanya berkata “Segala sesuatu yang bisa mendatangkan dan menimbulkan kepuasan hati, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa boleh-boleh saja dilakukan,” hanya sampai disini saja, mungkin masih bisa kita benarkan. Itupun selama perbuatan tersebut tidak melanggar syariat. Karena segala sesuatu yang dilakukan, selama tidak berhubungan dengan permasalahan ibadah, dan selama tidak ada dalil yang melarangnya, maka hukum asalnya adalah boleh, sebagaimana telah diterangkan oleh para ulama dalam masalah ini.[5]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Permasalahannya, jika kita perhatikan dan pelajari secara lebih dalam, hal-hal yang bisa mendatangkan dan menimbulkan kepuasan hati, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa yang banyak digemari orang saat ini, pada kenyataannya tidak mungkin dapat dipisahkan dari praktek ibadah, bahkan sangat berkaitan erat dengan masalah aqidah yang letaknya di dalam hati, sedangkan hati merupakan sumber dari kebaikan atau keburukan seseorang, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">...أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْـغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُـلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُـلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ الْـقَلْبُ .</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"…Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad ini ada segumpal daging, apabila ia (segumpal daging) tersebut baik, baiklah seluruh jasadnya, dan apabila ia (segumpal daging) tersebut rusak (buruk), maka rusaklah (buruklah) seluruh jasadnya. Ketahuilah, segumpal daging tersebut adalah hati".[6] </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Oleh karena itu, jika ingin selamat dari hal-hal yang dapat merusak agama kita, bahkan dalam hal aqidah, hendaknya seorang muslim senantiasa berhati-hati dan waspada, serta penuh pertimbangan demi keselamatan agamanya, dan bertanya, apakah perbuatan yang hendak dilakukan untuk pencarian kepuasan hati, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwanya bertentangan dengan aqidah? Ataukah bagaimana?</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,"Karena hati itu diciptakan untuk diketahui kegunaannya, maka mengarahkan penggunaan hati (yang benar) adalah (dengan cara menggunakannya untuk) berfikir dan menilai…”. [7]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Berkaitan erat dengan permasalahan ini, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberikan solusi bagi setiap muslim yang senantiasa ingin mendapatkan kepuasan hati, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa yang hakiki dan abadi. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram". [ar Ra’d/13 : 28].</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Asy Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al Badr -hafizhahullah- berkata,"…… Sesungguhnya al Imam al ‘Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah telah menyebutkan di dalam kitab beliau yang sangat berharga, al Wabil ash Shayyib sebanyak tujuh puluh sekian faidah dzikir. Dan di sini, kami akan sempurnakan untuk menyebutkan beberapa faidah dzikir lainnya, dari sekian banyak faidah yang telah beliau sebutkan di dalam kitabnya. Di antara faidah-faidah dzikir yang begitu agung, yaitu (dzikir) dapat mendatangkan kebahagiaan, kegembiraan, dan kelapangan bagi orang yang melakukannya, serta dapat melahirkan ketenangan dan ketenteraman di dalam hati orang yang melakukannya. Sebagaimana firman Allah…,” dan asy Syaikh membawakan ayat ke-28 surat ar Ra’d di atas.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kemudian beliau kembali menjelaskan dan berkata,"Makna firman Allah (وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم) adalah hilangnya segala sesuatu (yang berkaitan dengan) kegelisahan dan kegundahan dari dalam hati, dan dzikir tersebut akan menggantikannya dengan rasa keharmonisan (ketentraman), kebahagiaan, dan kelapangan. Dan maksud firmanNya (أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ) adalah sudah nyata, dan sudah sepantasnya hati (manusia) tidak akan pernah merasakan ketentraman, kecuali dengan dzikir (mengingat) Allah Subhanahu wa Ta'ala.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bahkan, sesungguhnya dzikir adalah penghidup hati yang hakiki. Dzikir merupakan makanan pokok bagi hati dan ruh. Apabila (jiwa) seseorang kehilangan dzikir ini, maka ia hanya bagaikan seonggok jasad yang jiwanya telah kehilangan makanan pokoknya. Sehingga tidak ada kehidupan yang hakiki bagi sebuah hati, melainkan dengan dzikrullah (mengingat Allah). Oleh karena itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata [9] : "Dzikir bagi hati, bagaikan air bagi seekor ikan. Maka, bagaimanakah keadaan seekor ikan jika ia berpisah dengan air?”[10]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dari penjelasan yang begitu gamblang di atas, jelaslah sesungguhnya tidak ada penawar bagi orang yang hatinya gersang dan selalu gelisah, resah, dan gundah, melainkan hanya dengan dzikrullah.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dzikrullah dapat dilakukan dengan dua cara, dengan mengingat Allah dan banyak berdzikir dengan bertasbih, bertahmid, bertahlil (mengucapkan Laa ilaha illallaah), ataupun bertakbir. Dan dengan memahami makna-makna al Qur`an dan hukum-hukumnya; karena di dalam al Qur`an terdapat dalil-dalil dan petunjuk-petunjuk yang jelas, serta bukti kebenaran yang nyata.[11]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun, yang amat disayangkan, masih banyak kaum Muslimin yang belum memahami hal ini. Bahkan, untuk mendapatkan kepuasan hati, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa, justru mencari-cari solusi selainnya. Padahal kepuasan hati, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa yang hakiki tidaklah mungkin dihasilkan melainkan hanya dengan dzikrullah.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Al Imam al ‘Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah berkata : “…Sesungguhnya, hati tidak akan (merasakan) ketenangan, ketenteraman, dan kedamaian, melainkan jika pemiliknya berhubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala (dengan melakukan ketaatan kepadaNya)… sehingga, barangsiapa yang tujuan utama (dalam hidupnya), kecintaannya, rasa takutnya, dan ketergantungannya hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka ia telah mendapatkan kenikmatan dariNya, kelezatan dariNya, kemuliaan dariNya, dan kebahagiaan dariNya untuk selama-lamanya”. [12]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Penjelasan beliau ini, juga menujukkan pemahaman, bahwa jika seseorang meninggalkan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, atau bahkan bermaksiat kepadaNya, maka hatinya akan sempit, gersang, selalu gelisah, resah, dan gundah [13]. Adapun kemaksiatan yang terbesar adalah syirik, dan Allah tidak akan mengampuni orang yang berbuat syirik sampai ia bertaubat sebelum ia mati. (Lihat an Nisaa`/4 : 48 dan 116). Juga Allah berfirman:</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta". [Thaha/20 : 124].</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Salah satu penafsiran ulama tentang lafazh (مَعِيشَةً ضَنكاً) pada surat Thaha ayat ke-124 di atas adalah, kehidupan yang sangat sempit dan menyulitkan di dunia ini, disebabkan berpalingnya ia dari kitabullah dan dzikrullah. Ia akan merasakan kesempitan, kegelisahan, dan kepedihan-kepedihan lainnya dalam kehidupannya, dan itu adalah adzab secara umum.[14]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Adapun kadar kepuasan hati, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa seseorang, itu sangat bergantung kepada sejauh mana kedekatannya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Al Imam al ‘Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan : “Kelezatan (yang dirasakan oleh hati) setiap orang, bergantung pada sejauh mana keinginannya dalam mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan (keinginannya dalam meraih) kemuliaan dirinya. Orang yang paling mulia jiwanya, yang paling tinggi derajatnya dalam merasakan kelezatan (dalam hatinya), adalah (orang yang paling) mengenal Allah, yang paling mencintai Allah, yang paling rindu dengan perjumpaan denganNya, dan yang paling (kuat) mendekatkan dirinya kepadaNya dengan segala hal yang dicintai dan diridhai olehNya”. [15]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Itulah dzikrullah dan tha’atullah, sebagai kunci utama untuk membuka hati seseorang dalam merealisasikan kepuasan hati, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwanya. Sedangkan tingkatan tha’atullah yang paling tinggi dan agung adalah tauhidullah (mentauhidkan Allah). Dan (sebaliknya), tingkatan maksiat yang paling besar dosanya dan paling buruk akibatnya, adalah asy syirku billah (menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala). Dengan kata lain, orang yang paling berbahagia, tenteram, dan tenang jiwanya adalah seorang muslim yang bertauhid dan merealisasikan tauhidnya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan orang yang paling sengsara hidupnya di dunia ini, dan tidak merasakan kebahagiaan, ketenangan, dan ketenteraman jiwa yang hakiki dan abadi, adalah orang yang musyrik dan bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala [15]. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kemudian, adakah hal lainnya setelah dzikrullah dan tha’atullah yang secara khusus mampu mendatangkan kepuasan hati, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa seseorang? Jawabnya, ada. Yaitu shalat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hendaknya seorang mukmin menyibukkan dirinya untuk meraih kepuasan hati, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwanya dengan melakukan shalat secara benar dan khusyu’. Dengan demikian, ia merasa tenang ketika berhadapan dengan Rabb-nya. Hatinya menjadi tenteram, lalu diikuti ketenangan dan ketenteraman tersebut oleh seluruh anggota tubuhnya. Dari sini, ia akan merasakan kedamaian hati dan ketenangan jiwa yang luar biasa. Dia memuji Rabb dengan segala macam pujian di dalam shalatnya. Bahkan, ia berkata kepada Rabb-nya إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan). Dia memohon kepada Rabb-nya segala kebutuhannya. Dan yang terpenting dari seluruh kebutuhannya adalah memohon untuk istiqamah (konsisten) di atas jalan yang lurus. Yang dengannya terwujudlah kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dia pun berkata اِهْدِنَا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ (Tunjukilah kami jalan yang lurus). Dia mengagungkan Rabb-nya saat ruku’ dan sujud, dan memperbanyak doa di dalam sujudnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Betapa indah dan agungnya komunikasi yang ia lakukan dengan Rabb-nya. Sebuah komunikasi yang sangat luar biasa, mampu menumbuhkan ketenteraman dan kedamaian jiwa, sekaligus menjauhkan dirinya dari segala macam kegelisahan, keresahan, dan kesempitan hati dan jiwanya. Maka, tidak perlu heran, jika shalat ini merupakan penghibur dan penghias hati Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">... وَجُعِلَتْ قُـرَّةُ عَـيْـنِيْ فِي الصَّـلاَةِ .</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"…dan telah dijadikan penghibur (penghias) hatiku (kebahagiaanku) pada shalat".[17] </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah berkata kepada salah satu sahabatnya:</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">قُمْ يَا بِلاَلُ، فَـأَرِحْـنَا بِالصَّلاَةِ .</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Bangunlah wahai Bilal, buatlah kami beristirahat dengan (melakukan) shalat".[18]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Al Imam al ‘Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah, setelah menjelaskan hikmah-hikmah dan beberapa keistimewaan shalat, beliau berkata : “… Kemudian, disyariatkan baginya untuk mengulang-ulang raka’at ini satu per satu, sebagaimana disyariatkannya mengulang-ulang (lafazh) dzikir dan doa satu per satu. Hal itu agar ia mempersiapkan dirinya dengan raka’at yang pertama tadi, untuk menyempurnakan raka’at yang berikutnya. Sebagaimana raka’at yang kedua untuk menyempurnakan raka’at yang pertama. Semuanya itu bertujuan untuk memenuhi hatinya dengan makanan (rohani) ini, dan mengambil bekal darinya untuk mengobati penyakit yang ada dalam hatinya. Karena sesungguhnya kedudukan shalat terhadap hati, bagaikan kedudukan makanan dan obat terhadapnya… Maka, tidak ada satu pun yang mampu menjadi makanan dan bagi hatinya, selain shalat ini. Maksudnya, (fungsi) shalat dalam menyehatkan dan menyembuhkan hati, seperti (fungsi) makanan pokok dan obat-obatan terhadap badannya".[19]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dr. Hasan bin Ahmad bin Hasan al Fakki berkata,"Tatkala shalat dijadikan sebagai pembangkit ketenangan dan ketenteraman (jiwa), serta sebagai terapi psikologis, maka, tidak mengherankan jika sebagian dokter jiwa menganggapnya sebagai terapi utama dalam penyembuhan para pasien penyakit jiwa. Salah seorang di antara mereka ada yang mengatakan, sepertinya shalat ini salah satu terapi yang mampu mendatangkan kehangatan jiwa manusia. Sesungguhnya shalat bisa menjauhkan dirimu dari segala kesibukan yang membuatmu gundah dan resah. Shalat ini pun mampu membuatmu merasa tidak menyendiri dalam hidup ini. Mampu membuatmu merasakan bahwa Allah menyertaimu. Shalat pun ternyata mampu memberimu kekuatan dalam bekerja, yang sebelumnya dirimu tidak mampu berbuat apa-apa. Maka, pergilah ke kamar tidurmu! Lalu, mulailah melakukan shalat untuk menghadap Rabb-mu”.[20]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Demikianlah, sehingga memang shalat yang benar dan khusyu’, pasti akan melahirkan ketenteraman jiwa dan kedamaian hati. Bukan seperti shalat yang dilakukan oleh orang-orang Nashrani, yang telah disifatkan oleh al Imam al ‘Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah sebagai sebuah shalat yang pembukaannya adalah kenajisan, takbiratul ihramnya dengan bersalib di wajah, qiblatnya sebelah timur, syi’arnya adalah kesyirikan, (maka) bagaimana hal ini tersembunyi bagi orang berakal, bahwa hal ini sesuatu yang memang tidak pernah dibenarkan oleh satu syariat manapun? [21]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dr. Hasan bin Ahmad bin Hasan al Fakki kembali menjelaskan : “Adapun sebuah shalat yang permulaannya adalah pengagungan dan pemuliaan terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan shalat ini mengandung firmanNya, pujian dan pengagungan kepadaNya, rasa tunduk yang sempurna si pelakunya kepada Rabbnya, maka tidak ragu lagi, shalat seperti inilah yang mampu menjadi perantara seorang hamba dalam berkomunikasi dengan Rabb-nya. Shalatnya ini bermanfaat baginya untuk memohon kepada Rabb agar (Dia) membebaskan dari segala kesulitan. Di samping itu, ia pun akan mendapatkan manfaat dan pahala yang besar di akhirat, serta kemenangan dengan mendapatkan ridha ar Rahman (Allah Subhanahu wa Ta'ala). Dan kiaskanlah terhadap shalat ini seluruh ketaatan hamba terhadap Rabb-nya. Sungguh agama Islam adalah sebuah manhaj (metode, tata cara dan pola hidup) yang sempurna, yang sangat adil. Menjamin setiap orang bisa mencapai hidup bahagia di dunia dan akhirat. Dan ini sebagai sebuah kemenangan yang besar”.[22]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Demikianlah, mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi kita semua, bisa menambah iman, ilmu, dan amal shalih kita. Wallahu a’lam bish shawab.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Maraji’ & Mashadir:</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1. Al Qur`an dan terjemahnya, Cetakan Mujamma’ Malik Fahd, Saudi Arabia. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2. Shahih al Bukhari, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin al Mughirah al Bukhari (194-256 H), Tahqiq Musthafa Dib al Bugha, Daar Ibni Katsir, al Yamamah, Beirut, Cetakan III, Tahun 1407 H/1987 M. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3. Shahih Muslim, Abu al Husain Muslim bin Hajjaaj al Qusyairi an Naisaburi (204-261 H), Tahqiq Muhammad Fuad Abdul Baqi, Daar Ihya at Turats, Beirut. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">4. Sunan Abi Daud, Abu Daud Sulaiman bin al Asy’ats As Sijistani (202-275 H), Tahqiq Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, Daar al Fikr. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">5. Sunan an Nasa-i (al Mujtaba), Abu Abdirrahman Ahmad bin Syu’aib an Nasa-i (215-303 H), Tahqiq Abdul Fattah Abu Ghuddah, Maktab al Mathbu’at, Halab, Cetakan II, Tahun 1406 H/1986M. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">6. Musnad al Imam Ahmad, Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal asy Syaibani (164-241 H), Mu’assasah Qurthubah, Mesir. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">7. Risalah fii al Qalbi wa Annahu Khuliqa li Yu’lama bihi al Haqqu wa Yusta’malu fiima Khuliqa Lahu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (661-728 H), Tahqiq Salim bin ‘Id al Hilali, Daar Ibn al Jauzi, Dammam, KSA, Cet. I, Th. 1411 H/1990 M. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">8. Ighatsatul Lahfaan fi Mashayid asy Syaithan, Syamsuddin Ibnu Qayyim al Jauziyah (751 H), Takhrij Muhammad Nashiruddin al Albani (1332-1420 H), Tahqiq Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid al Halabi al Atsari, Daar Ibn al Jauzi, Dammam, KSA, Cetakan I, Tahun 1424 H. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">9. Ad Daa’u wa ad Dawaa’ (al Jawab al Kafi liman sa-ala ‘an ad Dawaa’ asy Syafi), Syamsuddin Ibnu Qayyim al Jauziyah (751 H), Tahqiq Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid al Halabi al Atsari, Daar Ibn al Jauzi, Dammam, KSA, Cetakan VI, Tahun 1423 H. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">10. Syifa-ul ‘Alil fi Masa-il al Qadha-i wa al Qadar wa al Hikmah wa at Ta’lil, Syamsuddin Ibnu Qayyim al Jauziyah (751 H), Tahqiq Khalid Abdullathif as Sab’u al Alami, Daar al Kitab al ‘Arabi, Beirut, Libanon, Cetakan II, Tahun 1417 H/1997 M. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">11. Al Wabil ash Shayyib, Syamsuddin Ibnu Qayyim al Jauziyah (751 H), Tahqiq Muhammad Abdurrahman ‘Awadh, Daar al Kitab al ‘Arabi, Beirut, Libanon, Cetakan VI, Tahun 1417 H/1996 M. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">12. Fawa-id al Fawa-id, Syamsuddin Ibnu Qayyim al Jauziyah (751 H), Tartib dan Takhrij Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid al Halabi al Atsari, Daar Ibn al Jauzi, Dammam, KSA, Cetakan V, Tahun 1422 H. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">13. Taisir al Karim ar Rahman fi Tafsiri Kalami al Mannan, Abdurrahman bin Nashir as Sa’di, Tahqiq Abdurrahman bin Mu’alla al Luwaihiq, Daar as Salam, Riyadh, KSA, Cetakan I, Tahun 1422 H/2001 M. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">14. Shahih Sunan Abi Daud, Muhammad Nashiruddin al Albani (1332-1420 H), Maktabah al Ma’arif, Riyadh. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">15. Shahih Sunan an Nasa-i, Muhammad Nashiruddin al Albani (1332-1420 H), Maktabah al Ma’arif, Riyadh. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">16. Shahih al Jami’ ash Shaghir, Muhammad Nashiruddin al Albani (1332-1420 H), al Maktab al Islami. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">17. As Silsilah as Shahihah, Muhammad Nashiruddin al Albani (1332-1420 H), Maktabah al Ma’arif, Riyadh. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">18. Al Qaul al Mufid ‘ala Kitab at Tauhid, Muhammad bin Shalih al Utsaimin (1421 H), Daar Ibn al Jauzi, Dammam, KSA, Cetakan III, Tahun 1419 H/1999 M. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">19. ‘Ilmu Ushuli al Bida’, Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid al Halabi al Atsari, Daar ar Rayah, Riyadh, KSA, Cetakan II, Tahun 1417 H. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">20. Fiqh al Ad’iyah wa al Adzkar, Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al Badr, Daar Ibn ‘Affan, Riyadh, KSA, Th. 1419 H. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">21. Sittu Durar min Ushuli Ahlil Atsar, Abdul Malik bin Ahmad Ramadhani al Jazairi, Mathabi’ al Humaidhi, KSA, Cetakan II, Tahun 1420 H. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">22. Ahkam al Adwiyah Fi asy Syari’ati al Islamiyyah, Dr. Hasan bin Ahmad bin Hasan al Fakki, Taqdim Syaikh Dr. Muhammad bin Nashir bin Sulthan as Suhaibani, Maktabah Daar al Minhaj, Riyadh, Cetakan I, Tahun </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun X/1427H/2006M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">_______</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Footnote</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[1]. Lihat Ahkam al Adwiyah fii asy Syari’ah al Islamiyah, hlm. 525-539.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[2]. Lihat Fawa-id al Fawa-id, hlm. 367.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[3]. Lihat permasalahan ini di kitab al Qaul al Mufid ‘ala Kitab at Tauhid (1/531-552), dan yang setelahnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[4]. Lihat -contohnya- kitab Sittu Durar min Ushuli Ahli al Atsar, hlm. 13 dan 65.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[5]. Lihat ‘Ilmu Ushuli al Bida’, hlm. 69 dan 211.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[6]. HR al Bukhari (1/28 no. 52), Muslim (3/1219 no. 1599), dan lain-lain, dari hadits an Nu’man bin Basyir g .</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[7]. Lihat Risalah fii al Qalbi wa Annahu Khuliqa li Yu’lama bihi al Haqqu wa Yusta’malu fiima Khuliqa lahu, hlm. 16.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[8]. Lihat al Wabil ash Shayyib, hlm. 61-111.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[9]. Sebagaimana yang dinukil oleh muridnya di dalam kitab al Wabil ash Shayyib, hlm. 63.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[10]. Lihat Fiqh al Ad’iyah wa al Adzkar (1/17-18).</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[11]. Lihat penjelasan ini dalam kitab Taisir Karim ar Rahman fi Tafsir Kalam al Mannan (1/1059-1060).</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[12]. Lihat Fawa-id al Fawa-id, hlm. 24.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[13]. Sesungguhnya dampak negatif dan pengaruh buruk dari perbuatan maksiat sangatlah banyak. Al Imam al ‘Allamah Ibnul Qayyim t menerangkan secara khusus dengan panjang lebar tentang hal ini dalam kitab beliau, ad Daa’u wa ad Dawaa’ atau dengan nama lain al Jawab al Kafi liman sa-ala ‘an ad Dawaa’ asy Syafi (85-170).</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[14]. Lihat Taisir Karim ar Rahman fi Tafsir Kalam al Mannan (2/74-75).</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[15]. Lihat Fawa-id al Fawa-id, hlm. 376.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[16]. Lihat permasalahan ini di kitab al Qaul al Mufid ‘ala Kitab at Tauhid (1/60-145), dan yang setelahnya, tentang keutamaan orang yang merealisasikan tauhid dan takut terjerumus ke dalam kesyirikan. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[17]. HR an Nasa-i (7/61 no. 3939-3940), Ahmad (3/128 no. 12315-12316, 3/199 no. 13079, 3/285 no. 14069), dan lain-lain dari hadits Anas z . Dan hadits ini dishahihkan oleh asy Syaikh al Albani t dalam Shahih Sunan an Nasa-i, Shahih al Jami’ (3124), dan as Silsilah ash Shahihah (3/98 dan 4/424).</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[18]. HR Abu Dawud (4/296 no. 4986). Dan hadits ini dishahihkan oleh asy Syaikh al Albani t dalam Shahih Sunan Abi Dawud.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[19]. Lihat Syifa-ul ‘Alil fi masa-il al Qadha-i wa al Qadar wa al Hikmah wa at Ta’lil, hlm. 396.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[20]. Lihat Ahkam al Adwiyah fii asy Syari’ah al Islamiyah, hlm. 549-550.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[21]. Lihat Ighatsatul Lahfaan fi Mashayid asy Syaithan (2/1052).</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">[22]. Lihat Ahkam al Adwiyah fii asy Syari’ah al Islamiyah, hlm. 550.</span><br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8252317204148042656.post-50831134595621111552013-02-28T10:34:00.001+07:002013-02-28T10:34:45.924+07:00PUTRIKU…SEBELUM NASI MENJADI BUBUR…<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-NT5KZL8ZL2U/US7QHBZP8NI/AAAAAAAACjs/2Td_glkEt3Y/s1600/nasihat-1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-NT5KZL8ZL2U/US7QHBZP8NI/AAAAAAAACjs/2Td_glkEt3Y/s1600/nasihat-1.jpg" /></a></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: Tahoma, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.5em; text-align: justify;">
(Nasehat Seorang ulama Suria Syaikh Ali At-Tonthowi rahimahullah kepada para gadis…agar tidak tertipu oleh para lelaki tukang gombal)<br /><br /><br />Wahai putriku…aku adalah seorang yang berjalan pada umur 50 tahunan…masa muda telah meninggalkanku, meninggalkan impian-impiannya dan angan-angan kosongnya. Aku pun telah banyak merantau di negeri-negeri, aku telah bertemu dengan berbagai model manusia. Aku memiliki banyak pengalaman tentang orang-orang…maka dengarlah -wahai putriku- sebuah nasehat yang sungguh-sungguh dariku, yang aku ungkapkan berdasarkan umurku dan pengalaman-pengalamanku, engkau tidak akan mendengarkannya dari selainku.<br /><br />Sungguh aku telah banyak menulis…aku telah menyeru…menyeru kepada pembenahan akhlak dan penghilangan kerusakan dan penundukan syahwat…bahkan sampai-sampai pena-penaku telah lelah…lisan-lisan telah bosan…akan tetapi kami tidak bisa berbuat apa-apa. Kami tidak berhasil menghilangkan kemungkaran, bahkan kemungkaran-kemungkaran semakin bertambah…kerusakan semakin tersebar…, para wanita semakin membuka wajah-wajah mereka, membuka aurot mereka, bahkan semakin buka-bukaan…semakin bertambah kerusakan, semakin melebar lingkaran kerusakan…, berkembang dari satu negeri ke negeri yang lain…bahkan sampai-sampai tidak ada satu negeri Islampun –menurut persangkaanku- yang selamat dari kerusakan ini. Bahkan negeri Syaam (Suria), yang dahulunya bertebaran jilbab yang menutup sekujur tubuh, yang memiliki sikap keras dalam menjaga kehormatan dan menutup aurot, maka sungguh telah nampak para wanita-wanita Syaam dalam kondisi membuka wajah-wajah mereka, membuka kerudung mereka, menampakan lengan-lengan dan leher-leher mereka….</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: Tahoma, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.5em; text-align: justify;">
<br />Ternyata kami –para dai- tidak berhasil, bahkan aku menyangka kami tidak akan pernah berhasil. Tahukah engkau wahai putriku kenapa demikian?<br /><br />Karena hingga hari ini kita belum berhasil menemukan pintu perbaikan, dan kita belum tahu jalan menuju perbaikan. Sesungguhnya pintu perbaikan berada di hadapanmu wahai putriku…kuncinya berada di tanganmu…<br /><br />Jika engkau telah memiliki kuncinya dan engkau memasuki pintu perbaikan tersebut maka kondisi akan berubah…<br /><br />Memang benar bahwasanya lelakilah yang menjalankan langkah awal dalam melakukan dosa…dan bukan seorang wanita yang melangkahkan langkah awal selamanya…akan tetapi kalau bukan karena keridhoanmu tentu sang lelaki tidak akan maju melangkah…<br /><br />Kalau bukan karena kelembutanmu…sang lelaki tidak akan semakin bersemangat.<br /><br />Engkaulah wahai putriku yang telah membukakan pintu baginya…lalu iapun membuka pintu tersebut. Engkaulah wahai putriku yang berkata, "Silahkan masuk wahai pencuri…!". Tatkala ia mencurimu lalu engkaupun berteriak, "Tolonglah aku…wahai manusia, sungguh aku telah dicuri…"<br /><br />Sungguh kalau engkau mengetahui wahai putriku bahwasanya para lelaki seluruhnya adalah serigala, dan engkau adalah seekor domba tentu engkau akan lari sejauh-jauhnya dari mereka sebagaimana larinya seekor domba dari terkaman serigala. Jika engkau tahu mereka para lelaki semuanya para pencuri tentunya engkau akan mengambil penjagaan untuk menjagamu sebagaimana seorang yang pelit menjaga hartanya dari pencuri. Jika serigala tidaklah menghendaki dari seekor domba kecuali dagingnya maka sesungguhnya apa yang diinginkan oleh seorang lelaki darimu (yaitu mahkota keperawananmu-pen) tentu lebih mulia di sisimu dari daging domba, dan lebih buruk pada dirimu kalau engkau hidup dalam kehilangan mahkotamu daripada engkau meninggal. Ia mengingkan dari perkara yang paling berharga pada dirimu, yaitu harga dirimu yang dengannya engkau menjadi mulia…, dengannya engkau bisa berbangga dan bisa menjalani kehidupan.<br /><br />Kehidupan seorang putri yang telah dicuri harga dirinya (mahkota keperawanannya) oleh seorang lelaki, seratus kali lebih berat dari kematian bagi seekor domba yang telah disantap dagingnya oleh seekor serigala…benar demi Allah..<br /><br />Tidaklah seorang pemuda melihat seorang gadis kecuali sang pemuda dengan khayalannya akan menelanjangi sang gadis dari pakaiannya, lalu ia mengkhayalkan sang gadis tanpa busana sama sekali. Sungguh demi Allah…, aku bersumpah kepada engkau untuk kedua kalinya…, dan jangan sekali-kali kau membenarkan perkataan sebagian pemuda yang menyatakan bahwa mereka tidaklah melihat pada seorang gadis kecuali akhlak dan adabnya…bahwasanya mereka berbicara dengan seorang gadis sebagaimana pembicaraan seorang sahabat, dan mereka mencintainya sebagaimana kecintaan seorang sahabat. Ini adalah kedustaan…demi Allah…<br /><br />Jika seandainya engkau –wahai putriku- mendengar pembicaraan para pemuda tatkala mereka sedang berkumpul sendirian maka engkau tentu akan mendengar hal-hal yang sangat ngeri dan menakutkan.<br /><br />Tidaklah seorang pemuda tersenyum kepadamu…, tidaklah ia lembut kepadamu…, tidaklah ia melayanimu kecuali ini hanya sebagai pembuka untuk mencapai apa yang ia inginkan. Atau paling tidak ia mengesankan pada dirinya bahwasanya itu adalah pembukaan saja.<br /><br />Lantas setelah itu apa? Apa seterusnya wahai putriku?, renungkanlah…kalian berdua bersama-sama akan merasakan kelezatan (zina) yang hanya sesaat, lalu iapun melupakanmu…akhirnya engkau sendirian yang akan merasakan pahitnya. Lelaki itu pergi meninggalkanmu dan mencari mangsa gadis lain yang hendak ia curi kehormatannya. Sementara engkau menanggung beratnya janin yang ada diperutmu, kesedihan yang menyelimuti dirimu, rasa malu dan aib yang tercapkan di keningmu. Masyarakat memaafkan sang lelaki yang zolim, mereka berkata, "Ia lelaki yang tersesatkan, kemudian bertaubat". Sementara engkau tetap menjadi corengan hitam kerendahan, kehinaan meliputimu sepanjang hayatmu, masyarakat tidak akan memaafkanmu.<br /><br />Jika engkau dahulu tatkala bertemu dengannya lantas engkau husungkan dadamu dan engkau palingkan pandanganmu darinya, engkau tunjukkan ketegasan dan sikap berpalingmu…lantas jika ia tidak juga berpaling darimu setelah sikapmu ini dan setelah engkau memakinya dengan lisanmu atau engkau tampar dia dengan tanganmu, lalu engkau lepaskan sendalmu dan kau pukulkan ke kepalanya…, seandainya engkau melakukan ini semua tentu setiap orang yang lewat akan menolongmu untuk mengusirnya. Dan setelah itu tidak akan ada pemuda fajirpun yang akan mengganggu para gadis sholehah. Engkau akan melihat –jika ia pemuda yang sholeh- tentu ia akan datang kepadamu dengan bertaubat dan memohon ampun darimu, dia akan meminta agar bisa menjalin hubungan denganmu dengan cara yang halal, ia akan mendatangimu untuk menikahimu.<br /><br />Ketahuilah…bahwasanya seorang gadis bagaimanapun tinggi kedudukannya, bagaimanapun kayanya dia, betapapun ketenarannya…ia tidak akan menemukan cita-citanya dan kebahagiaannya yang terbesar kecuali pada pernikahan, yaitu ia menjadi seorang istri yang sholihah, menjadi seorang ibu yang dihormati dan ibu rumah tangga. Apakah ia seorang ratu, ataukah putri raja, ataukah artis holiwood yang memiliki kesohoran dan ketenaran yang menipu banyak para wanita.<br /><br />Saya mengetahui dua orang wanita pujangga yang sudah tua di Mesir dan Syaam, mereka berdua benar-benar pujangga. Mereka telah memiliki harta dan puncak keahlian bahasa, akan tetapi keduanya kehilangan suami mereka berdua, jadilah mereka berdua kehilangan akal mereka, dan jadilah mereka berdua orang gila. Tidak usah kau bertanya kepadaku tentang nama mereka berdua !!! kedua wanita ini terkenal.<br /><br />Pernikahan merupakan puncak angan-angan seorang wanita, meskipun ia adalah anggota parlemen atau memiliki kekuasaan. Seorang wanita yang fasiq dan hina pengikut hawa nafsu tidak akan dinikahi oleh seorang lelakipun. Bahkan lelaki yang hobi menggelincirkan gadis yang mulia dengan janji akan menikahinya, jika ia berhasil menggelincirkannya (berhasil menzinahinya) maka iapun akan meninggalkan gadis tersebut setelah menjatuhkannya. Jika ia ingin menikah maka iapun akan mencari wanita yang mulia, karena ia tidak ridho jika istrinya, ibu rumah tangganya, ibu anak-anaknya seorang wanita yang rendahan.<br /><br />Seorang lelaki meskipun ia adalah seorang yang fasik dan suka berzina, jika ia tidak mendapatkan di pasar kelezatan seorang gadis yang rela untuk ditumpahkan mahkotanya dibawah kedua kaki sang lelaki, atau rela untuk menjadi bulan-bulanan sang lelaki, jika lelaki pezina ini tidak menemukan seorang gadis yang fasik, atau gadis yang buruk yang mau untuk dinikahinya dalam agama Iblis (yaitu zina) dan syari'at kucing-kucing jalanan…, maka ia akan mencari wanita yang akan menjadi istrinya sesuai dengan ajaran Islam. Maka kebangkrutan pasar pernikahan yang syar'i disebabkan oleh kalian para wanita, kalau seandainya tidak ada wanita-wanita yang fasiq maka tidak akan sepi pasar pernikahan yang syar'i dan tidak akan ramai pasar perzinahan…lantas kenapa kalian tidak bertindak?? Kenapa kalian tidak bertindak??<br /><br />Kalian –para wanita- lebih utama untuk bertindak, karena kalian lebih paham tentang bahwasanya wanita -yaitu kalian para wanita yang mulia hendaknya memerangi bencana ini-. Kalian pula yang lebih tahu tentang cara menjelaskan yang terbaik terhadap wanita (yang hendak dikerjain oleh para lelaki rusak-pen). Karena tidak ada yang menjadi korban kerusakan ini kecuali kalian para wanita, yaitu para gadis yang mulia, yang beragama…., betapa banyak wanita yang shalihah di rumah-rumah yang sudah mencapai usia pernikahan akan tetapi tidak menemukan calon suami dikarenakan para lelaki telah mendapatkan para wanita yang siap menjadi pacar dan kekasih mereka sehingga para pemuda tidak membutuhkan para wanita yang sholehah…..<br /><br />Ingatkanlah para wanita agar mereka takut kepada Allah…<br /><br />Jika mereka tidak takut kepada Allah maka sampaikanlah kepada mereka akan bahayanya penyakit yang timbul akibat pergaulan bebas…<br /><br />Jika mereka tidak kawatir dengan penyakit tersebut maka katakanlah kepada mereka, "kalian sekarang adalah wanita muda yang cantik, karenanya para pemuda mendatangi kalian dan berkumpul di sekitar kalian…, akan tetapi…apakah kecantikan dan masa muda kalian akan bertahan?, bagaimana nasib kalian jika kalian telah tua dengan pungguh yang bongkok, wajah yang keriput, maka siapakah yang akan memperhatikan kalian? Siapakah yang akan bertanya-tanya tentang kondis kalian?<br /><br />Tahukah kalian siapakah yang memperhatikan para wanita tua dan menghormati mereka??, putra dan putri merekalah yang akan menghormati dan menghargai mereka…cucu-cucu merekalah…maka tatkala itulah sang wanita tua menjadi seorang ratu yang menyandang mahkota di atas singgasananya.<br /><br />Lain halnya dengan wanita tua yang terjerumus dalam perzinahan…bagaimanakah kondisinya tatkala telah tua renta??<br /><br />Apakah kalian para wanita rela menghorbankan kebahagiaan kalian di masa tua hanya untuk memperoleh kelezatan perzinahan yang hanya sesaat??<br /><br /><br /><br />(Ditulis oleh Syaikh Ali At-Thonthowi pada tahun 1406 H (sekitar tahun 1985), dan tulisan ini masih ada kelanjutannya akan tetapi hingga disinilah diterjemahkan secara bebas oleh Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja)<br /><br /><br />Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 17-04-1434 H / 27 Februari 2013 M<br />www.firanda.com</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14049307704154245568noreply@blogger.com0