- Back to Home »
- Belajar Islam , Keluarga , Wanita »
- Surat terbuka untuk para istri (Bagian 7): KUNCI-KUNCI SUKSES MEMBINA RUMAH TANGGA
Posted by : Unknown
Jumat, 11 Januari 2013
Saudariku…
Banyak kunci sukses membina rumah tangga, di antaranya:
1. Mengenali karakter pasangan
Di antara perkara yang harus diperhatikan setelah pernikahan: berusaha mengenali karakter pasangan semampunya. Apa saja yang disukainya dan apa saja yang dibencinya. Sebab, dengan mengenali sifat dan karakter suamimu, akan tergambar di hadapanmu langkah-langkah yang jelas yang harus engkau ambil dalam berinteraksi dengannya.
Berikut beberapa tipe suami beserta solusi untuk menghadapinya:[2]
1. KERANJINGAN KERJA
Tipe suami seperti ini lebih mengutamakan pekerjaan daripada keluarga dan lingkungan sekitarnya. Tak heran jika waktu yang tersedia untuk keluarga sangatlah sedikit. Ia adalah seorang pekerja keras. Suami yang keranjingan kerja (workaholic) umumnya memiliki ego yang tinggi. Ia berpikir, toh semua demi kesejahteraan keluarga.
SOLUSI
Tak ada kata lain selain sabar. Carilah saat tepat untuk menyampaikan uneg-uneg Anda. Misalnya, menjelang tidur saat ia sudah dalam keadaan relaks. Katakan bahwa Anda dan anak-anak mengkhawatirkan kesehatannya yang terlalu diforsir untuk urusan pekerjaan, dan mengajaknya untuk berlibur di akhir pekan. Anda memang harus aktif. Ingatkan suami bahwa, sesibuk apa pun, ia harus menyempatkan diri bersama keluarga. Yang terpenting adalah komunikasi.
2. PEMALAS
Tipe ini kebalikan dari tipe workholic. Tipe seperti ini tentu sangat meresahkan istri. Pasalnya, selain tak mau bekerja, ia juga menyandarkan hidup sepenuhnya pada istri. Rumahtangga yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya sebagai kepala rumahtangga, ia alihkan pada istri. Istrilah yang menjadi tulang punggung keluarga.
SOLUSI
Sama halnya tipe workholic, menghadapi suami pemalas juga butuh kesabaran tinggi. Jika tidak, bisa-bisa ribut sepanjang hari. Berbicara dari hati ke hati merupakan cara efektif. Tanyakan apa yang menyebabkan ia tak mau bekerja. Jika alasannya sulit mencari pekerjaan, Anda bisa memintanya menciptakan pekerjaan baru sesuai kemampuan yang ia miliki. Katakan bahwa tidak selamanya bekerja itu harus di kantor. Di rumah pun bisa bekerja. Yang penting ada kemauan. Ingatkan suami bahwa rumahtangga adalah tanggungjawab bersama antara Anda dan dia.
Berikut kelanjutan pembahasan tentang bermacam tipe suami dan cara menghadapinya: [3]
3. PERFEKSIONIS
Ini yang seringkali membuat istri kewalahan. Segala sesuatu harus kelihatan sempurna di matanya. Tak boleh ada yang cacat. Suami perfeksionis biasanya banyak menuntut. Istri harus cantik-lah, pintar-lah, rajin, pandai masak, dan sebagainya. Padahal, semua itu belum tentu dapat terpenuhi oleh sang istri.
SOLUSI
Terkadang memang kesal melihat suami yang terlalu banyak menuntut. Tetapi Anda tak perlu emosi. Katakan bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan. Mintalah ia mengerti kekurangan Anda, seperti halnya Anda bisa mengerti kekurangannya.
4. ANAK MAMI
Suami tipe ini apa-apa, ia selalu minta pendapat sang ibu. Segala hal tentang diri Anda juga selalu dibandingkan dengan ibunya. Obsesinya adalah, Anda harus sama dengan figur ibunya. Mulai dari cara berdandan, memasak sampai memberikan kasih sayang. Parahnya jika suami tipe ini meminta istrinya mengubah sosok dan karakter agar serupa dengan ibunya. Jika keinginannya tidak terwujud, ia akan meminta bantuan sang ibu untuk memberi nasihat.
SOLUSI
Mintalah suami untuk memahami bahwa Anda dan ibunya memiliki perbedaan. Katakan, mengubah karakter dan penampilan agar serupa dengan ibunya bukanlah hal mudah. Semua itu butuh waktu dan proses. Tentu, tak ada salahnya Anda meniru hal positif dari ibu mertua Anda.
5. TIDAK ROMANTIS
Suami tipe ini cenderung kaku dan acuh pada istri. Ia tidak tahu bagaimana caranya memanjakan istri. Yang terjadi biasanya istrilah yang meminta dimanjakan dan diperhatikan.
SOLUSI
Anda dituntut untuk bersikap lebih agresif. Tak ada salahnya memulai bersikap romantis lebih dulu, dengan memberikan ciuman, belaian dan perhatian misalnya. Katakan bahwa Anda juga menginginkan hal itu dapat ia lakukan pada Anda. Tentu, tak mudah mengubah seseorang yang dingin menjadi agresif. Tetapi jika Anda sabar, insyaAllah sifat dingin suami akan mencair sedikit demi sedikit.
6. PEMARAH DAN BAWEL
Suami tipe ini memiliki temperamen tinggi dan gampang tersulut emosinya. Masalah kecil bisa menjadi besar. Umumnya suami pemarah sulit mengendalikan diri. Selain suka marah-marah, suami juga bawel. Segala hal tak luput dari ‘perhatiannya’. Penataan rumah yang kurang menarik, lantai yang kotor, dan sebagainya. Jika tak bisa menyikapi, bisa-bisa hubungan Anda menjadi terganggu.
SOLUSI
Kuncinya, berkepala dingin. Apalagi jika itu sudah merupakan pembawaannya. Saat ia melampiaskan emosinya, Anda harus mampu meredam diri, tidak terbawa emosi. Biarkan ia berbicara sepuasnya, baru setelah itu Anda sampaikan betapa sifatnya itu sangat mengganggu hubungan Anda. Jika Anda mampu menyampaikannya dengan baik, insyaAllah suami pun akan mencoba mengubah sifat pemarahnya.
Saudariku…
Di antara kunci sukses membina rumah tangga:
2. Jangan lupakan makna kepemimpinan dalam rumah tangga
Seperti kata pepatah, bahtera yang memiliki dua nahkoda tentu akan tenggelam. Demikian juga dengan bahtera rumah tangga. Agar bahtera dan segenap penumpangnya selamat sampai tujuan maka tidak boleh ada dua orang nahkoda.
Dan ingatlah bahwa nahkoda bagi bahtera rumah tangga adalah suami. Dialah pemimpin dalam rumah tangga. Allah ta’ala berfirman,
“الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ”.
Artinya: “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, dikarenakan Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), juga karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka”. QS. An-Nisa’: 34.
Di antara bentuk kelebihan tersebut adalah kelebihan dari sisi ilmu, akal dan kekuasaan. Demikian keterangan dalam Tafsîr al-Jalâlain.
Sebagai pemimpin, suami bertanggung jawab untuk mensukseskan mahligai rumah tangganya yang diibaratkan seperti sebuah perusahaan, yang mana kedua belah pihak telah menanamkan modal berharga yaitu hidup dan mati mereka berdua.
Keduanya sama-sama bercita-cita dapat meraih keuntungan tertinggi. Yaitu lahirnya generasi yang salih dan salihah. Kemudian keluarga muslim tersebut membangun masyarakat yang kuat beragama. Sehingga dari situ mereka dapat meraihkan puncak kesuksesan, yaitu surga Allah jalla wa ‘ala.
Dalam membina kehidupan rumah tangga ini, pemimpin harus bertindak sebagai pemimpin dan bawahan harus berlaku sebagai bawahan.
Tetapi, bukan berarti seorang istri tidak memiliki peran sama sekali. Justru istri memiliki peran yang sangat besar. Yaitu mendukung suami dalam setiap keputusan baik yang dibuatnya serta membantunya.
Istrilah yang tetap berdiri di samping suami dalam menghadapi kondisi-kondisi yang sulit.
Istrilah yang mendidik anak-anak dan memperhatikan keadaan mereka.
Istrilah yang menjadi sumber kedamaian dan ketenangan bagi suaminya.
Waspadalah!
Jangan hiraukan propaganda orang di luar Islam, yang berusaha mengangkat slogan emansipasi wanita, isu gender dan yang semisal. Sebab sejatinya mereka sedang berusaha keras menjauhkan para istri dari rumah, sehingga tugas utamanya dalam rumah tangga terbengkalai. Akibatnya anak-anak akan rusak, dan itu berujung kepada hancurnya umat Islam. Wallâhul musta’ân…
Saudariku…
Di antara kunci sukses membina rumah tangga:
3. Rebut hati suami dengan bersegera menaatinya
Sebuah kata hikmah menyebutkan, “Sebaik-baik istri adalah yang taat, pencinta, bijak, subur lagi penyayang, pendek lisan (tidak cerewet) dan mudah di atur”.
Wahai para istri, ketaatanmu kepada suami dalam hal yang baik akan mengangkat derajatmu di sisi Allah ta’ala. Sebagaimana dijelaskan Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam dalam sabdanya,
“إِذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا؛ قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ”.
“Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya; niscaya akan dikatakan padanya: “Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau”. HR. Ahmad dari Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu’anhu dan dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albany.
Ketaatanmu kepada suami akan mendatangkan kebahagiaan dan ketenangan bagimu. Sebab, suamimu pasti akan akan sangat gembira tatkala melihatmu bersegera menaatinya, tidak bermalas-malasan dalam menunaikan apa yang dikendakinya, sehingga iapun terdorong pula untuk menaatimu dan menuruti keinginanmu yang syar’i.
Seorang ibu pernah menasehati putrinya di hari pernikahannya, “Jadilah engkau seperti budak bagi suamimu, niscaya ia pun akan menjadi seperti budak bagi dirimu”.
Mungkin sekali setan akan membisikkan, “Aku juga punya harga diri!”. Apalagi manakala ada masalah di antara kalian berdua. Lalu bisikan tersebut mendorongmu untuk enggan mengakui kesalahanmu.
Sadarlah, harga diri apakah yang harus dipertahankan antara sepasang suami istri? Sesungguhnya harga diri mereka adalah satu. Permohonan maafmu kepada suami sama sekali tidak akan mengurangi harga dirimu. Justru, sebaliknya akan menambah kehormatan dan harga dirimu di mata suami. Bahkan permintaan maafmu –sekalipun sebenarnya engkau tidak bersalah–insyaAllah akan membuatnya malu terhadap dirinya sendiri. Dan akan menjadikannya insaf, sadar dan mengoreksi diri.
Selamat mencoba!
[1] Diringkas -dengan berbagai tambahan- dari buku “Surat Terbuka untuk Para Istri” karya Ummu Ihsan dan Abu Ihsan, penerbit Pustaka Darul Ilmi, Bogor (hal. 65-68).
[2] Diadaptasi dari makalah berjudul “Mengenal type sifat suami dan solusi menghadapinya”sebagaimana dalam http://falahlugmanulhakiem.wordpress.com.
[3] “Mengenal type sifat suami dan solusi menghadapinya”,http://falahlugmanulhakiem.wordpress.com dengan berbagi perubahan.
[4] Diringkas -dengan berbagai tambahan- dari buku “Surat Terbuka untuk Para Istri” karya Ummu Ihsan dan Abu Ihsan, penerbit Pustaka Darul Ilmi, Bogor (hal. 68-72).
[5] Diringkas -dengan sedikit perubahan- dari buku “Surat Terbuka untuk Para Istri” karya Ummu Ihsan dan Abu Ihsan, penerbit Pustaka Darul Ilmi, Bogor (hal. 72-74).
[6] Dinukil dari buku “Surat Terbuka untuk Para Istri” karya Ummu Ihsan dan Abu Ihsan, penerbit Pustaka Darul Ilmi, Bogor (hal. 81-83).